16. New relationship

70 46 6
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Brakk!!!

Naura memukul keras pintu kelasnya, dadanya naik turun menahan rasa marah. Berbeda dengan siswa-siswi kelas IPA-1 yang temage bukan main justru kini memandang Naura dengan tajam, dibelakang sana ada Kina yang menenangkan Naura.

"Nau Nau udah jangan marah, nggak da salahnya 'kan Diaz perhatian sama adiknya?" tanya Kina dengan ngos-ngosan.

Naura menepis kasar lengan kekar yang berada di bahunya saat ini. "Hati gue sakit Na! Temen gue yang lebih baik dari Bianca diperlakukan berbeda dengan cewek sinting itu! Gue nggak terima!"

Siska bangkit menghampiri mereka berdua dengan heran, "Kalian berdua habis darimana dulu? Kok bisa barengan?"

Naura menoleh sekilas menatap Kina dengan tajam, "Dia yang nggak pergi waktu lo pergi Sis! Udah gue usir juga." balas Naura dengan nada tinggi karena rasa kesalnya yang belum kunjung menghilang.

Siska hanya mengangguk.

"Terus kenapa lo kesel banget karena bang Diaz perhatian sama Bianca?" tanya Siska lagi.

Naura mendengkus pelan. "Kan udah gue bilang gue itu nggak suka kalo Anna diperlakukan berbed—"

"Alasan lo nggak logis!" sela Siska dengan datar.

Naura menganga tidak percaya, "Apa?! Gimana caranya biar lo nerima alasan gue Sis?! Orang gue bener kok nggak suka sama Bianca yang diperlakukan baik oleh manusia!"

"KARNA DIA MANUSIA NAU!" sentak Siska akhirnya. "Dia juga berhak mendapatkan itu semua, bukan cuma Anna!" lanjut gadis itu dengan suara bergetar.

Siska menarik napasnya panjang kemudian membuangnya. "Sekarang lo bilang sama gue—" jeda. "—lo suka sama bang Diaz?"

Shit!

"Selamat pagi anak-anak, duduk ditempat masing-masing! Kita akan memulai pembelajaran," intruksi guru muda yang baru saja tiba di kelas IPA-1.

Siska menatap Naura sekilas masih dengan perasaan yang terus menerus menuduh Naura menyukai Ardiaz, tidak akan mungkin gadis itu marah besar karena sikap perhatian Diaz terhadap seorang gadis yang pernah menjadi adiknya dulu. Karena hal itu termasuk kategori wajar.

Di bangku duduknya sana, Naura hanya memejamkan matanya guna menstabilkan emosinya yang menggebu-gebu. Lengannya masih terkepal kuat dikolong mejanya, kemudian ia mengusap wajahnya dengan kasar dan berakhir mengikuti pembelajaran dengan perasaan kesal yang masih setengah tertinggal.

***

"Hati-hati dong sayang," tegur Anita menepuk ringan bahu putrinya yang hendak turun dari mobil.

Zhivanna hanya terkekeh pelan. "Zhiva nggak sabar buat nonton dua botak kesayangan," cicit Zhivanna.

Deo hanya menggelengkan kepalanya. "Nontonnya di kamar ya? Biar sekalian tiduran, jangan di sofa!" perintah Deo, Zhivanna hanya mengangguk sebagai jawaban.

7 Rajawali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang