Bab 11: Kabar Eyang

1.2K 214 78
                                    

Zau memiliki metabolisme tubuh yang kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zau memiliki metabolisme tubuh yang kuat. Esok harinya, kondisi gadis itu berangsur-angsur membaik. Suhu tubuhnya sudah kembali normal. Namun, Zau masih harus banyak beristirahat dan tidak boleh banyak bergerak.

Zau sudah mandi dan terlihat lebih segar. Netranya yang awalnya sayu berubah lebih berbinar. Kini, gadis kecil itu duduk tenang di hadapan Zean. Ia sedang menjelma menjadi princess di antara raja dan pangeran. Di sisi Zean menikmati potongan apel, laki-laki itu memberikan suapan demi suapan untuk saudaranya. Jibran tengah menyisir dan mengucir rambut Zau menjadi dua sedangkan si princess kecil sibuk menunduk menonton video kartun melalui ponsel Jibran.

Padahal sudah ada televisi yang lebar, tetapi Zau tetap kukuh menonton melalui ponsel sang ayah. Jibran turuti saja keinginan putrinya.

"Aaa." Zean bersuara sembari mengulurkan potongan apel yang telah ditusuknya.

Zau mendongak. Mengalihkan pandangan dari ponsel di pangkuannya. Melihat kotak basah berwarna putih sudah ada di dekat mulutnya, Zau pun membuka bibir hingga akhirnya suapan Zean datang. Rasa manis menyapa lidahnya. Sari-sarinya ikut keluar saat gigi gerahamnya bergerak menghancurkan buah berkulit merah itu.

"Ayah juga mau, dong, Kak," kata Jibran lalu sedikit merundukkan tubuhnya.

Zean menusuk kotak yang lain kemudian menyuapkannya pada sang ayah.

"Terima kasih, Kak."

Zean tersenyum. Ia memakan apel bagiannya.

"Mas, aku mau mandi. Nanti dasterku diambil, ya. Minta tolong sekalian masukin ke mesin cuci."

Suara Windy mengalun bersamaan langkah kakinya mendekati ruang keluarga menuju tangga. Tangannya yang basah diusap-usapkan pada kain dasternya. Telapak kakinya pun menyentuh setiap anak tangga menuju atas guna sampai di lantai dua.

"Oke."

Windy melepas cepolannya yang sudah meluruh kemudian tangannya tergerak menyurai rambutnya. Kegiatan itu tidak lepas dari pandangan Jibran. Sudah lima tahun bersama, Windy masih saja terlihat attractive di matanya. Bukannya mengikis, Jibran semakin dibuat jatuh cinta. Rasanya, setelah memiliki anak, pesona Windy semakin merebak kemana-mana.

"Ayah, kucirannya miring."

Jibran tersentak. Pria itu menatap Zean yang menunjuk kepala Zau. Netranya pun menatap kuciran yang dibuatnya.

"Oh, iya."

Jibran terkekeh. Ia segera membenahi kucirannya.

"Kak, temenin Adek dulu, ya. Ayah ada urusan."

Jibran beranjak berdiri setelah selesai. Zau sudah semakin cantik. Rambutnya yang dikucir dua semakin membuat ia terlihat menggemaskan.

Zean mengangguk saja. Ia kembali memberi suapan pada saudara kembarnya.

Sembagi Arutala 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang