Dua Puluh Empat

2.8K 86 5
                                    

"Apa? Kau akan ke Chicago?" tanya Damian merasa terkejut, saat Arthur mengutarakan niatnya untuk pergi ke sana.

"Ya, Dad. Aku tidak akan pergi sendiri, Axel dan teman - temanku yang lain juga akan ikut kesana, kau tidak perlu khawatir."

"Bukan itu, tapi untuk apa kalian pergi kesana? Bukankah kalian belum libur semester, lalu untuk apa pergi berlibur ke Chicago?" tanya Damian yang diangguki oleh Rowena, Catarina dan Jacob.

Selama proses pencarian Cassandra, Catarina dan Jacob memilih tinggal untuk sementara waktu di kediaman Paulson, dengan alasan ingin
sama - sama memantau sejauh mana investigasi pencarian Cassandra dilakukan.

Dan saat mendengar rencana Arthur dan ketiga kawannya yang akan pergi ke Chicago, sontak saja mereka merasa heran. Cassandra belum ditemukan, namun bisa - bisanya mereka akan pergi liburan?

"Aku bukan pergi untuk berlibur, Paman." sanggah Arthur.

Jacob menaikkan sebelah alisnya bertanya. "Lalu?"

"Kami akan pergi mencari Cassandra, Austin berhasil menemukan titik terakhir hilangnya Cassandra."

"Benarkah? Dimana Austin menemukannya?" tanya Catarina dengan raut wajah yang berbinar, setelah sekian lama mendengar informasi kurang memuaskan, akhirnya dia bisa mendengar informasi melegakan seperti ini.

"Emm, Austin menemukan titik terakhir Cassandra di Hudson St, dekat dengan New Jersey."

"Lalu, apakah kalian sudah menemukan lokasi pasti dimana Cassandra berada?" cecar Catarina yang merasa senang karena pada akhirnya mereka menemukan titik terang.

"Maaf, Bibi. Kalau itu kami belum dapat menemukannya secara pasti. Dan alasan kami akan pergi ke Chicago adalah untuk memastikan jika Cassandra berada disana." jawab Arthur dengan raut merasa bersalah.

"Lalu kalian akan mengelilingi seluruh kota di Chicago? Chicago itu luas, Arthur." jawab Jacob yang akhirnya ikut membuka suara.

"Ya, kami tahu. Tapi Axel tetap mengajak kami pergi kesana, katanya dia tidak peduli jika harus menelusuri seluruh kota yang ada di Chicago. Karena dugaan kuat Austin, penculik itu membawa Cassandra kesana."

Catarina tertunduk lesu saat mendengarnya, dia benar - benar senang saat mendengar kabar baik itu, tapi dia juga merasa cemas karena tak ada satupun pihak yang bisa menemukan lokasi Cassandra secara pasti.

Catarina bahkan hampir menangis setiap hari saat mengingat putri semata wayangnya itu. Dia tak bisa membayangkan bagaimana caranya Cassandra bertahan hidup di luar sana.

"Sudah, tak apa - apa. Yang penting kita bisa menemukan titik terang mengenai putri kita." hibur Jacob, sembari merangkul istrinya mencoba untuk menguatkannya.

"Hm." jawab Catarina dengan memaksa menampilkan  seulas senyum tipis di wajah sayu nya.

"Kalau begitu biarkan kami ikut." pinta Rowena.

Arthur menggeleng pelan. "Tidak, kalian disini saja. Biarkan kami yang mencari Cassandra. Lagipula Paman dan Bibi pasti merasa kelelahan karena
akhir - akhir ini mereka harus membagi waktunya untuk bekerja dan mencari Cassandra. Dan untuk Mommy dan Daddy, lebih baik kalian temani Paman dan Bibi saja disini, serahkan semuanya pada kami." seru Arthur menolak secara halus permintaan para orang tua di hadapannya.

"Apa kau yakin?" tanya Damian.

"Kenapa tidak? Apa Daddy sedang meremehkanku?" selidik Arthur.

"Ah, tidak. Baiklah kita akan tetap tinggal." final Damian yang merasa percaya pada kemampuan putra dan teman - temannya itu.

Another Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang