Dua Puluh Lima

2.5K 91 9
                                    

⚠️🔞⚠️

Sepeninggal Arsen dan Austin, Teressa mengajak kedua temannya untuk mengikuti langkahnya. Seperti biasa, wanita itu berniat untuk menemui Axel. Namun saat di tengah perjalanan, tiba - tiba saja Teressa menghentikan langkahnya, lalu beralih menatap kedua temannya.

"Sepertinya kita harus kembali ke kafetaria, ada sesuatu yang ingin aku beli untuk Axel." ucap Teressa menjawab rasa penasaran kedua temannya.

"Aku saja yang membelinya, kau pergi saja." Selena mengusulkan dirinya untuk kembali ke kafetaria.

"Ah, apa tidak apa - apa? Aku takut merepotkan mu." Teressa mendadak tak enak hati.

"Tidak apa - apa, aku juga ingin membeli sesuatu, ya kan, Ify?" seru Selena.

"Heem, kau pergi saja terlebih dulu." timpal Ify.

"Baiklah kalau begitu, belikan aku beberapa makanan dan minuman kesukaan Axel, ya. Aku sudah mengirimkan list makanan yang harus kalian beli." Teressa menunjuk ponselnya sendiri, memberi tahukan bahwa ia baru saja mengirim pesan pada mereka. "Ini uangnya, sisanya untuk kalian." Teressa menyodorkan beberapa lembar uang yang langsung diterima dengan antusias oleh Ify dan Selena.

"Baiklah, kami pergi dulu."

"Hm."

Tepat setelah kedua temannya pergi, Teressa kembali membawa langkahnya menuju area rooftop yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat dia berdiri.

Sesekali Teressa bersenandung senang saat kedua tungkai jenjangnya itu menaiki satu persatu anak tangga yang merupakan satu - satunya akses jalan menuju ke arah rooftop.

Teressa tak pernah merasa se-bahagia ini sebelumnya. Dia tidak pernah menyangka jika hanya dengan menyingkirkan Cassandra, semua hal akan terasa mudah dan baik - baik saja.

Kenapa dia tidak terpikirkan hal itu sejak dulu, ya?

Teressa sangat menyayangkan hal itu, namun sama sekali tak menyesali hal yang terlambat dia sadari itu. Baginya dia sudah merasa cukup puas ketika sudah berhasil menyingkirkan Cassandra dari 'jalannya'.

Lamunan Teressa tertarik, saat langkah kakinya hampir sampai di depan pintu rooftop di atas sana. Bibirnya menyunggingkan seulas senyum tipis, saat telinganya samar - samar mendengar suara berat Axel yang tumpang tindih dengan beberapa suara pria lainnya.

Langkah Teressa memelan saat dia mendengar para pria itu sedang memperbincangkan sesuatu yang serius.

"Seperti yang sudah kita agendakan, kita akan ke Chicago untuk memastikan keberadaan Cassandra."

Teressa yang bersiap untuk membuka pintu rooftop, tiba - tiba mengepalkan tangannya kuat saat dia tak sengaja mencuri dengar apa yang Axel perbincangkan bersama teman - temannya.

"Bagaimana dengan kuliah kita?"

"Serahkan saja pada orang tua kita, lagipula aku sudah tak tahan lagi menunggu sesuatu yang tak pasti."

Kepalan di tangan Teressa semakin menguat saat mendengar rencana Axel yang akan mencari Cassandra. Wanita itu menatap bengis ke arah sekumpulan pria di depan sana melalui celah pintu yang sedikit terbuka.

Lalu tanpa di ketahui siapapun, Teressa mengangkat salah satu sudut bibirnya membentuk seringai licik.

"Kau tidak akan bisa menemukan Cassandra semudah itu, Axel. Jika kau terus mencoba untuk mencari gadis sialan itu, maka aku akan dengan senang hati semakin menjauhkannya dari jangkauan mu."

Tepat setelah mengatakan itu, Teressa membawa langkahnya menjauh dari arah rooftop. Wajah yang semula menampilkan raut cerah itu, tiba - tiba berubah dalam sekejap menjadi raut dingin dengan diselimuti amarah yang membuncah dalam dadanya.

Another Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang