Dua Puluh Sembilan

2.2K 81 0
                                    


Hallo guys!!
Sebelum baca part selanjutnya, aku mau ucapin makasih banyak buat yang udah
(baca, vote+komen) di cerita "Another Life" ini.
aku juga mau ngasih tau sesuatu ke kalian semua, kalo alur di cerita ini tuh 'lambat', karena seperti yang udah aku bilang di part sebelumnya, kalo aku ga bakal fokus nyeritain tentang kisah percintaan antara Axel sama Cassandra aja. Ada banyak hal yang mau aku tuangin di cerita pertama ku ini, jadi mohon maaf kalo alur cerita ini ada yang ga sesuai sama ekspektasi kalian semua.

And then, aku mau ucapin makasih banyak buat yang sering vote+komen di cerita aku🙏
Jujurly itu bikin aku seneng dan bikin semangat buat update, huhu❤

Silent Readers, tolong vote yaa👀

💡H A P P Y R E A D I N G💡

Sesuai rencana, Max Steel tiba di Chicago pada keesokan harinya. Detektif swasta itu langsung pergi ke kepolisian setempat, untuk memberikan laporan terkait orang hilang, dengan menyertakan beberapa berkas terkait bukti-bukti penting yang telah ia dapatkan selama melakukan penyelidikan.

Pihak kepolisian yang mendapat laporan itu, langsung bergerak cepat dengan mengerahkan beberapa anggotanya untuk melakukan pencarian. Dan berkat bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan Max, kepolisian juga berhasil mengidentifikasi pelaku yang menjadi dalang di balik menghilangnya Cassandra.

"Terimakasih atas kerjasamanya, Detektif Max. Kami akan mengusahakan yang terbaik agar segera menemukan Cassandra." seru kepala kepolisian, Sheriff George Michael Moddly.

Max tersenyum simpul, "Sama-sama, Mr. George. Saya harap, bukti-bukti yang saya kumpulkan dapat membantu proses pencarian."

"Tentu, kami akan melakukan yang terbaik. Kami juga akan melaporkan penemuan sekecil apapun kepada anda secara berkala." ucap Sheriff George, sesaat setelah menjabat lengan Detektif Max.

Max mengangguk singkat sembari menampilkan seutas senyum tipis, "Baik, kalau begitu saya permisi."

Setelah mendapat persetujuan berupa anggukan dari Sheriff George, Max segera berlalu dengan maksud akan kembali ke penginapan.

🦋🦋🦋

Sementara itu dilain tempat, Deren yang sedang menyesap mocktail dibuat terkejut, ketika pintu utama di rumah kayu yang sedang dia tempati, tiba-tiba dibuka secara paksa oleh seseorang diluar sana.

Deren yang merasa terkejut, sontak mewaspadai siapa saja yang ada di balik pintu itu dengan menodongkan sebuah pistol revolver miliknya dengan maksud untuk pertahanan diri.

Namun tingkah defensifnya segera menghilang, ketika mengetahui bahwa orang yang ada di balik pintu itu adalah Teressa. Wanita dengan beberapa mantel yang membalut tubuhnya itu, tampak
mendengus ketika dia melihat Deren yang baru saja menodongkan sebuah pistol tepat ke arahnya.

"Oh, hai, Teressa." sapa Deren riang, pria itu bahkan tak menyadari raut keruh yang di tampilkan oleh si lawan bicara.

"Kapan kau tiba?" tanya Deren lagi, karena sapaan sebelumnya sama sekali tak mendapat balasan.

"Baru saja, apakah kau tidak membaca pesanku? Dan kenapa dengan kepalamu? "
Tanya Teressa sembari membuka mantel dan sarung tangannya.

Another Life (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang