04

8.7K 554 3
                                    


Sejak kejadian itu Jaemin lebih banyak diam, pemuda manis itu hanya berbicara yang menurutnya penting saja. Ia juga sering kali menatap kearah lain atau pura-pura tak melihat.

Juga memilih menghabiskan banyak waktu di kamar, jarang keluar kecuali ada hal yang ingin ia lakukan segera.

Seperti saat ini, Jaemin keluar kamar ingin mengambil cemilan juga meminum susu.

"Jaemin." Pemuda manis yang tengah duduk menunggu susu jadi pun menoleh, mendapatkan Sehun yang mendekat kearahnya.

Jaemin menatap Sehun bingung.

"Rencana apa lagi yang kau buat?" Tanya Sehun, Jaemin menggeleng pelan setelah susu nya sudah selesai.

Pemuda manis itu beranjak ingin meninggalkan Sehun tapi tangannya lebih dulu di tahan.

"Jawab pertanyaan ku."

"Aku tidak membuat rencana apapun dan lepaskan tanganku." Jawab Jaemin, melepas tangannya dari Sehun.

"Apa mau mu." Jaemin terkekeh mendengar ucapan Sehun.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa mau mu. Bukankah aku sudah tak menganggu mu lagi dengan pertanyaan ataupun hal yang membuatmu muak dan itu sudah aku lakukan, apa itu tak cukup?" Tanya Jaemin.

"Aku harus melakukan apa agar kau puas? Pergi dari rumah ini? Atau ikut mati bersama papa?" Lanjut Jaemin.

Plak

Wajah Jaemin tertoleh ke samping, pemuda manis itu memegang pipi nya yang di tampar Sehun.

"Jaga ucapan mu." Jaemin terkekeh pelan, namun mata pemuda itu memerah.

"Aku rasa dua opsi itu benar, aku akan menuruti semua keinginan mu agar kau puas." Setelahnya Jaemin berlari ke arah kamar dengan air mata yang tiba-tiba saja turun.

Ia bingung, sebenarnya Sehun itu ingin apa? Saat ia menurut untuk diam dan tak banyak berbicara pun sudah ia lakukan tapi kenapa belum cukup? Apa yang harus Jaemin lakukan apa ia harus mati dulu baru keluarga ini merasakan kehilangan sosok Jaemin, anggota keluarga yang tak mereka anggap ada keberadaannya.

Menghapus air mata kasar, Jaemin merebahkan tubuh dan meminum susu. Pemuda manis itu ingin membuat rencana, tapi apa?

Jaemin menatap langit-langit kamar dan berpikir, hingga pemuda itu bangkit dan membuka laci samping tempat tidur.

Mendapatkan satu botol berisi obat penenang yang pemuda Choi itu konsumsi dulu, pemuda manis itu kemudian mengangguk dan menaruh botol itu di atas nakas. Lalu kembali merebahkan tubuhnya, tak lama pemuda manis itu terlelap.

...

Sehun diam di ruang kerjanya, pria tampan itu masih memikirkan perkataan Jaemin juga beberapa kali memandang tangannya yang menampar Jaemin tadi.

Mengacak rambutnya, pria tampan itu menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja dan memejamkan matanya.

"Sialan, kenapa aku memikirkan perkataannya." Gumam Sehun.

...

Malam ini Jaemin tak turun untuk makan malam bersama, pemuda itu meminta tolong pada maid untuk membawa makan malam nya ke kamar saja.

"Terima kasih." Ucap Jaemin, maid mengangguk dan membungkukkan badannya kemudian pamit.

Jaemin makan di meja bawah dan duduk di karpet, makan dengan malas sambil menonton kartun di ponselnya. Cukup lama hingga makanan dalam piring itu habis dan Jaemin langsung menyandarkan tubuhnya pada ranjang dan mengusap perut, tangan yang berada di belakang tubuhnya tak sengaja masuk ke kolong ranjang. Mendapatkan botol berukuran kecil berwarna putih, Jaemin langsung melihatnya.

transmigrasi nana [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang