20

3.8K 350 25
                                    


Perasaan tak enak sudah Jaemin rasakan beberapa hari lalu, namun pemuda manis itu menepisnya. Mengatakan dalam hati jika tidak akan terjadi apa-apa, meski dirinya juga takut terjadi apa-apa.

Menghela nafas, Jaemin berjalan memasuki area sekolah setelah mobil Siwon berlalu meninggalkannya.

Sudah tiga hari ini, wajah Jaemin tampak pucat. Pemuda manis itu kelihatan lelah sekali, juga jarang bicara dan hanya membalas seadanya.

Membuat Haechan bingung, biasanya Jaemin akan membalas dengan senang semua pertanyaan atau obrolan yang mereka bicarakan.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Haechan, pemuda manis itu memegang kening Jaemin.

"Nggak, emangnya aku kenapa?" Jawab Jaemin.

"Kamu aneh beberapa hari ini, kayak bukan kamu." Ucap Haechan.

Gua emang bukan pemilik tubuh ini, batin Jaemin.

"Perasaan kamu aja kali."

"Iya kali."

"Selamat pagi anak-anak." Sapa guru yang baru saja memasuki kelas.

"Pagi bu."

Pelajaran pertama sudah di mulai, lalu di lanjut pelajaran berikutnya hingga istirahat tiba.

Jaemin memilih diam di kelas sementara Haechan pergi ke kantin dan akan kembali dengan makanan yang pemuda itu bawa, Jaemin sudah bawa bekal jadi tak perlu ke kantin lagi. Kecuali nitip air mineral sama Haechan.

Saat diam memandang luar jendela, menatap siswa yang berlalu lalang di depan kelasnya tiba-tiba saja Jaemin merasakan nyeri pada dadanya.

Pemuda manis itu memegang dadanya, menundukkan kepalanya yang kini sedikit pusing.

Beberapa waktu juga Jaemin akan merasakan dadanya yang sakit, juga pusing namun hanya sebentar.

"Ini kenapa sih?" Gumam Jaemin.

...

"Aku mau beli es krim dulu di sebrang, kamu mau ikut atau nitip?" Tanya Haechan.

"Titip boleh?"

"Boleh dong, kan aku nawarin tadi." Jaemin tersenyum.

"Aku mau rasa coklat."

"Oke, tunggu sebentar ya." Jaemin mengangguk.

Ini sudah pulang sekolah, mereka akan kerja kelompok tapi lebih dulu membeli es krim di sebrang.

Saat menatap sekeliling pemuda manis itu melihat Haechan yang tengah menyebrang namun ada mobil yang melaju cepat, tanpa berpikir panjang Jaemin berlari dan mendorong tubuh Haechan.

Membiarkan tubuhnya tertabrak oleh mobil, rasanya sakit namun terbalaskan karena dirinya melihat Haechan tampak baik-baik saja.

Pusing mulai melanda, Jaemin berusaha untuk tetap tersadar namun ia tak tahan. Sebelum kesadarannya menghilang, Jaemin mendengar suara seseorang yang tak asing di telinga nya.

...

"Nana please..." Lirih sang papa, suara detak jantung yang begitu lemah membuatnya berkaca-kaca.

"Jangan tinggalkan papa." Lanjutnya, memegang tangan sang anak kemudian menciumnya.

Dokter pernah mengatakan jika semua alat yang ada pada tubuh Jaemin untuk di cabut, tapi Jungwoo menolak.

transmigrasi nana [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang