Hari-hari Tanpa Citra

70 6 0
                                    

Mencintai seorang pelacur adalah sesuatu yang tidak pernah seorang pun mungkin pikirkan. Kepalanya dipenuhi oleh dua hal sekaligus. Mengingat ciuman pertamanya adalah Citra membuat tubuhnya begitu menghangat. Ia kini tahu bahwa Citra juga memiliki perasaan kepadanya. Tetapi hal terakhir yang mereka lakukan membuat Garvi frustrasi. Kalau saja Citra bukan seorang pelacur, mereka pasti sudah bisa bersama. Tapi lagi-lagi kalau karena bukan profesinya, Garvi tidak akan bertemu dengan Citra. Ia kini merasa hubungannya dengan Citra adalah hal yang salah.

Sedari awal Citra sudah memberi batasan bahwa hubungan mereka hanya sebatas pelacur dan kliennya saja. Tidak lebih. Tapi Garvi yakin keduanya sama-sama menginginkan sesuatu yang lebih tertuju. Keluar dari lingkaran setan ini. Garvi ingin memiliki hubungan serius dengan Citra, dan ia juga ingin membebaskannya dari jeruji pekerjaannya.

Garvi tertegun. Apakah ia bisa benar-benar menerima masa lalu Citra? Apa benar ia bisa menerima Citra yang kini seorang pelacur?

Jangan sebut kata itu.

Tapi dia memang pelacur, Vi.

Nggak. Dia lebih dari itu. Pelacur merendahkan Citra sebagai manusia.

Itu caranya dia hidup, Vi. Lagipula, kenapa nggak coba buka profilnya? Coba baca review orang-orang. Apakah kamu bisa tahan?

Ia membuka ponselnya dan mengakses aplikasi perusahaan tempat Citra bekerja. Di sana ada banyak profil wanita dengan rate dan review dari para pelanggan. Ia membuka profil Citra dan membaca beragam review.

Agus, 35 tahun. Bodi gitar spanyol, ngobrol asik, seks berasa di surga. Bintang 5!

Radi, 55 tahun. Walau sudah tua, tetap cari yang muda dan sempit. Asiiikk. Bulan emang cocok untuk segala usia. Beda sama punya istri. Longgar!

Dita, 20 tahun. Pengalaman pertama memang nggak bisa dilupakan. Ah Bulan memang gila.

Beragam review ini dan yang lainnya pernah Garvi baca sebelumnya. Jika dibandingkan dengan pelacur lain, Citra adalah salah satu yang memiliki rate tertinggi dengan harga yang mahal. Memang benar apa yang Citra katakan di awal bahwa ia memang profesional. Tetapi memikirkannya ternyata membuat Garvi tidak tenang. Mulanya ia mual dan muak membaca komentar pengalaman para laki-laki yang malang ini. Tapi saat ini, tidak hanya mual yang terasa. Kepalanya pusing memutar. Darah dari seluruh tubuh berkumpul di kepala dalam keadaan yang sangat panas dan tidak tahan untuk diluapkan dalam bentuk pukulan ke tembok.

Setiap hentakan mengisyaratkan kalimat-kalimat marah. Cemburu, sedih, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Orang-orang hanya memanfaatkan Citra untuk kepentingan mereka. Sedangkan Garvi di sisi lain tidak menginginkan apa-apa dari Citra, kecuali waktu mereka bersama. Ia ingin membawa Citra pergi dari tempat terpuruk itu. Dari cerita singkatnya, ia sudah yakin bahwa Citra sangat layak akan sesuatu yang lebih dari dunia ini. Ia sudah pernah gagal menyelamatkan seseorang yang ia sayangi, kakaknya. Sebagai laki-laki ia merasa semakin terpuruk jika kesalahan yang kedua kali bisa terjadi. Apapun yang terjadi ia harus bisa berhasil membebaskan Citra.

Nggak usah ngarang-ngarang gitu, Vi. Kamu harus sadar kalau kamu salah jatuh cinta. Gagal move on dari orang lain yang betul-betul peduli sama kamu, malah ke pelacur.

Berhenti bilang kata itu. Citra lebih dari itu. Citra bukan sekadar pelacur.

Lalu apa?

Nggak tahu.. Tapi yang pasti, Citra itu baik. Dia layak mendapatkan apa yang dia inginkan.

Baru cerita sedikit tentang masa lalunya dan kamu sudah membuat sebuah kesimpulan?

Sedari kecil dia sudah berada di lingkungan kepelacuran, apa yang kamu harapkan?

Garvi Hinggap di BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang