Menerima diri mungkin dapat dilihat sebagai sesuatu yang mudah dilakukan. Tetapi pada kenyataannya tidak demikian. Selama hidup bertahun-tahun, Garvi harus dianggap sebagai sebuah kesalahan. Tanpa ia sadari, label itu menjadi bagian dari dirinya. Melepaskan sesuaatu yang sudah dianggap sebagai diri Garvi tentu sulit. Dalam kata lain, ia harus berubah.
Selama ini Garvi baru mengetahui bahwa apa yang ia harapkan pada orang lain adalah kekeliruan. Justru sebelum meminta orang lain untuk menerimanya, ia harus berdamai dengan diri sendiri. Selain itu, Garvi juga tidak seharusnya bersusah payah menjadi seseorang yang bisa bertanggungjawab atas kehidupan seseorang, jika masalah dalam dirinya sendiri belum tuntas.
Toni di sisi lain sejak awal sudah tahu bahwa dirinya tidak seberuntung orang lain. Ia besar di jalanan, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, menerima terik matahari sebagai kawan dan para preman yang menjadi mentor-mentornya. Hal ini terjadi karena ayahnya tidak dapat meminta bantuan kepada siapapun untuk menjaga Toni di rumah. Oleh karena itu, mau tidak mau Toni belajar bagaimana bertahan hidup sejak kecil. Melanggar berbagai macam aturan adalah makanan kesehariannya. Tentu ia sudah mendapatkan berbagai macam label, tetapi dari para mentornya ia tahu bahwa sebutan yang orang lain gunakan bukan menggambarkan siapa dirinya. Melainkan hanya sebagai penanda saja bahwa ia pernah memiliki jejak sebagai seseorang yang mendapat penghakiman dari banyak orang. Gelandangan, anak terlantar, preman cilik, dan lain sebagainya. Beranjak dewasa, Toni sudah terbiasa dengan orang-orang yang memandangnya rendah. Justru dengan pandangan tersebut membuat Toni tidak lagi takut akan jatuh ke sebuah lubang. Ia tahu seberapa dalam ia akan terjerumus, karena sudah tersungkur berkali-kali dan kembali bangkit lagi dan lagi. Oleh karenanya menerima diri, adalah kunci supaya seseorang bisa bertahan hidup.
Kini Garvi belajar dari seorang sahabat bagaimana bisa mengupayakan dirinya agar masa lalu yang ia miliki, kata-kata yang disebutkan ibunya, tidak menggambarkan siapa diri Garvi. Saat ini, masalah tersebut dapat ia atasi secara perlahan. Garvi saat ini tidak lagi meminta permohonan maaf dari ibunya. Justru ia yang meminta maaf kepada dirinya sendiri karena tidak pernah peduli dan selalu menyakiti diri. Namun tentu saja. Jika satu masalah akan selesai, masalah lain akan muncul. Bukan berarti manusia tidak pernah belajar dari konflik. Melainkan masalah dapat membuat seorang individu menjadi berkembang, menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Hubungan dengan Citra adalah sesuatu yang sekarang harus ia perbaiki. Bukan sebuah hal yang mudah. Tetapi ia tahu bahwa hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Sayangnya, Garvi tidak tahu harus ke mana. Di aplikasi tempat ia biasa memesan Citra, profil perempuan itu tidak dapat diakses. Informasi masih menandakan bahwa ia unavailable. Garvi tidak pernah menanyakan atau mendapatkan nomor pribadi Citra. Tentu saja karena pekerjaan dan ia tidak bisa menyalahkan keadaan. Yang sudah, biarlah sudah. Setelah beberapa hari, Garvi akhirnya pulih dari sakitnya dan mulai untuk mencari Citra.
"Kita bisa mulai dari toko bunga di Jakarta Pusat. Mulai dari yang terdekat dulu," Toni berkata. "Kalau lo butuh bantuan, tinggal bilang."
"Makasih banyak, Ton. Saya akan usaha sendiri dulu. Kalau sudah mentok, minta bantuan, ya."
"Santai, Vi."
Garvi mulai menyusuri satu per satu toko bunga yang ada di Jakarta Pusat. Tentu bukan sesuatu yang mudah. Baru 5 toko ia kunjungi dan tidak satu pun tahu nama perempuan bernama Citra atau Bulan. Garvi sampai mendeskripsikan bagaimana fitur wajah Citra. Tapi memang belum ada satu toko pun menyebutkannya.
Setiap toko pertanyaannya selalu sama. Tetapi Garvi mulai mengingat lagi jenis-jenis bunga yang Citra miliki. Barangkali ada satu pelanggan yang memesan bunga-bunga tanda cinta. Namun tidak pernah memesan bunga lily.
Tidak ada hasil. Hari itu Garvi harus beristirahat. Tidak hanya bensin mobil yang sudah habis, tapi hari sudah terlalu larut dan tenaganya juga turut berkurang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garvi Hinggap di Bulan
Romance"Jadi laki-laki harus kuat, Vi. Nggak apa-apa nangis, tapi kamu harus tahan, ya. Kamu juga harus tahu, kalau kamu bukan sebuah kesalahan." Suara Arunika bergetar. Itulah pesan almarhumah Arunika 20 tahun lalu kepada Garvi kecil. Kini saat ia sudah d...