Cara Lain

89 11 2
                                    

Benar-benar tidak dapat dipercaya. Toni memang memiliki ide-ide yang tidak bisa diandalkan. Garvi yakin jika ia terus menuruti saran sepupunya ini justru ia akan mendapatkan malapetaka. Ia juga baru saja menyadari cara berpikir Toni memang seperti predator seks.

"Apa hubungannya move on sama pesan pelacur, Ton? Kamu mesti ingat, kalau saya nggak seperti kamu yang doyan mainin perempuan buat kepuasan di ranjang aja."

"Kata siapa gue mainin cewek? Gue kan udah bilang ke lo kalau gue cuma FWB aja. Itu pun bukan berarti gue suka asal sama perasaan orang lain. Tapi hanya memenuhi kebutuhan orang lain yang kebetulan kebutuhan gue pun sama. Toh tiap cewe yang gue tidurin nggak ada yang pernah protes apa-apa. Malah bilangnya kontol gue ena-"

"Stop, stop. Saya nggak mau dengar apa-apa lagi. Saya juga nggak mau pesan pelacur." Garvi memejamkan matanya dan menggeleng kencang.

"Seenggaknya denger gue dulu, Vi. Gue punya alasan yang kuat kenapa lo harus ketemu sama nih pelacur."

"Nggak."

"Yakin nggak mau dengar?"

"Yakin."

"Padahal pelacur yang namanya Bulan ini udah bikin orang gagal move on bisa merelakan masa lalunya, lho."

"Nggak mungkin."

"Ye, lu nggak percaya? Gue punya temen di kantor, namanya Bagas. Dia nih sama-sama staf juga kayak gue. Intinya dia ama pacarnya udah tujuh tahun dan rencananya pertengahan tahun ini bakal nikah. Pas si Bagas udah beli cincin buat lamaran, eh si calonnya malah dijodohin sama orangtuanya. Gara-gara temen gue ini penghasilannya sama kayak gue, di bawah UMR. Jadi orangtuanya nggak setuju. Dinikahin lah si ceweknya ke laki-laki yang mapan dengan gaji dua digit."

"Susah banget berarti kondisinya si Bagas ini."

"Nah, suatu waktu dia stres banget, terus cari-cari pelacur. Denger dari temen-temennya ternyata ada satu pelacur yang bagus banget, namanya Bulan. Setelah kencan satu malam, langsung move on, dia."

"Ngaco banget. Mana ada orang udah tujuh tahun pacaran ditinggal nikah, baru sehari pesen pelacur langsung bisa move on?"

"Beberapa minggu setelah ditinggal ceweknya, si Bagas ini tiap masuk kantor nggak ada semangat hidup gitu. Kayak mau bundir. Begitu kencan sama Bulan, beuh," Toni menggelengkan kepala. "Besoknya langsung kayak orang dapet gaji 3 digit. Beda banget auranya aura pria sukses gitu."

"Nggak jelas. Saya nggak percaya ada yang bisa kayak gitu."

"Berdasarkan pengalamannya si Bagas, nih pelacur obat patah hati para lelaki."

"Emang itu pelacur kuliah psikologi? Emangnya dia belajar kedokteran supaya jadi psikiater tapi supaya dapet uang banyak dia jadi pelacur sampai bawa obat-obat khusus kejiwaan?"

"Nah, penasaran kan, lo? Yaudah gue pesenin aja."

"Nggak, jangan-"

Sebelum Garvi sempat berbicara lebih lanjut, Toni sudah memencet ponselnya.

"Tuh, udah. Dianya mau kencan sama lo. Besok jam delapan malam."

"Nggak mau. Kamu aja yang pergi."

"Ini permintaan maaf gue karena gue nyuruh lo main Tinder, Vi. Tolonglah diterima aja."

"Permintaan maaf macam apa yang ngasih janji kencan sama seorang pelacur?"

"Sumpah, Vi, ini pelacur dibayarnya dua juta semalam jadi-"

"DUA JUTA? Apa-apaan? Nggak. Mending saya balikin duit kamu aja." Garvi membuka ponselnya dan mengakses aplikasi mobile banking. Sebelum sempat mengklik tombol transfer, Toni merampas HP Garvi.

Garvi Hinggap di BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang