18

440 31 0
                                    

"sayangku..."

Phuwin mendongak, melihat Pond yang masih mengeringkan rambut dengan handuk di tangannya. "Kenapa?"

"Apa kata dokter saat Phuwin pergi kontrol kemarin?"

"Yah, begitu..."

Pond duduk di sisi ranjang, dengan tubuh setengah terbalut handuk dia memeluk nyaman tubuh sang pujaan hati "yah, begitu... bagaimana?"

"Kata dokter aku harus lebih sering berkunjung, ada pengobatan baru yang akan di jalani"

"Baiklah, untuk kontrol berikutnya aku akan ikut"

Phuwin mengangkat bahu, terserah saja kekasihnya mau apa.

"Aku akan menemanimu, sampai kapanpun, dimanapun" Pond berkata sambil bercanda mencubit pipi gembil si manis. membelai rambut legam itu sambil memeluk erat-erat. Dia menarik Phuwin mendekat, bibirnya menyentuh telinga si manis. "Karena Aku mencintaimu lebih dari segalanya, jangan pernah lupa itu" Dia berbisik pelan sebelum menggigit daun telinga itu dengan lembut.

"Eughh... Pond..."

"Mommy..." Suara Leon menggema, pria kecil itu mendekat dengan wajah cego "kenapa Daddy menggigit telinga Mommy? HAH?"

Pond memutar bola matanya "ckk... Bocah, apa kau sudah siap berangkat sekolah?"

"Iya sudah siap"

Phuwin hanya bisa tertawa cekikikan melihat ekspresi kesal putra kecilnya, entah bagaimana perasaan Leon mendapati mereka dalam situasi membingungkan seperti tadi.

"Kotak bekal makan siang?" Phuwin menyaksikan sang anak mengangguk sembari memperbaiki posisi ransel kecil. "Tugas sekolah yang semalam Leon bilang, apa sudah beres?"

"Humm... Daddy membantu Leon sampai larut malam"

Dari sisi ruangan Pond tersenyum bangga, mengedipkan satu matanya genit pada Phuwin. "Aku hebat kan"

"Baiklah kalau semuanya sudah beres" Phuwin melangkah mendekati Pond yang masih memasang senyum lebar "sekarang waktunya mengurus bayi besar"

Pond menggigit pelan leher Phuwin dan cekikikan saat si kecil Leon berteriak histeris. "DADDY HENTIKAN... KENAPA DADDY SELALU INGIN MEMAKAN MOMMY KU?" Lelaki kecil itu bergelantungan di kaki Pond, menarik paksa tangan Daddy-nya agar menyingkir.

"Aww.. tenang saja, Daddy tak akan melukai Mommy" Pond benar-benar usil, Phuwin hanya bisa mencubiti perutnya dengan kesal.

"Leon ke bawah duluan yah, Mommy sudah menyiapkan sarapan bersama Bibi Chai"

Leon menatap waspada, mundur beberapa langkah menyipitkan mata pada Daddy-nya "jika dia menggigit lagi, Mommy teriak saja yah..."

Phuwin mengangguk sambil tertawa, tangannya dengan telaten memasang dasi pada Pond. Matanya berair karena bahagia, sejak kapan takdir menyenangkan ini muncul di permukaan hidupnya.

"Ckk... Aku selalu saja jadi korban" keluh Pond main-main mengusap pipi si manis. "Phu..."

"Humm?"

"Sepertinya aku melupakan dompet ku, tolong ambilkan di laci lemari yah sayang..."

Phuwin tersenyum maklum, kemudian menganggukkan kepala. Sejak saat Pond bersiap dengan beberapa perlengkapan sebelum berangkat ke kantor, dia buru-buru mencari dompet lelaki itu. Cukup bingung, sebab dia bahkan tak mendapatkan benda yang Pond maksud.

"Apa sudah dapat?"

Phuwin termangu, matanya membulat "Pond... Ini apa?"

Bukannya memberi jawaban, lelakinya malah tersenyum. Sekotak putih terhias mewah, sungguh diluar dugaan. Air matanya mengalir bahkan sebelum dia sempat membuka benda itu, Phuwin tak punya tenaga lagi hanya untuk mengucapkan sesuatu. Dia menghambur ke pelukan Pond. "Ini apa?"

Wishes And Dreams [Pondphuwin]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang