21

483 27 3
                                    

"kenapa sayang?" Pond menarik tubuh Phuwin mendekat padanya, di atas ranjang besar itu mereka saling menatap lekat "apa ada yang menggangu pikiran mu?"

"Tidak..."

Pond tersenyum maklum "jadi bagaimana kontrolnya tadi? Apa dokter mengatakan sesuatu?"

"Yah... Hanya begitu saja" Phuwin menenggelamkan kepala di dada suaminya "Pond... Apa kau mencintaiku?"

"Cintaku, aku sangat mencintaimu..." Tangan besarnya mengusap penuh sayang rambut si manis "melebihi diriku sendiri, aku lebih mencintai mu sayang..."

"Humm... Pond..." Rengekan itu terdengar malu, Phuwin semakin menyamankan posisi.

"Bagaimana denganmu? Apa kau mencintaiku?"

"Jangan ditanya lagi, aku ini Secret admirer"

Pond mendelik, tertawa geli kemudian "jadi sebenarnya kau adalah Secret admirer ku?"

"Ishh..."

"Kenapa sayang?" Pond terus menggoda "jadi dimana kau melihatku humm?"

"Saat mengantar koran di pagi hari, aku akan mengintip di jendela itu" telunjuk si manis mengarah pada jendela dekat kepala ranjang

"Bagaimana bisa aku tidak sadar seorang malaikat seperti ini memperhatikanku?"

Pipi Phuwin memerah, wajahnya semakin menggemaskan. Tangan Pond memainkan pipi gembil itu, menyentuh tiap jengkal miliknya sangat posesif. Mereka menatap lamat, membiarkan waktu berputar dengan ikatan mereka. Pond menunduk, mengecup bibir manis miliknya cukup lama.

"Pond..."

"Iya sayang..."

"Jika tuhan memberiku hidup hanya sehari lagi—

—maka kita akan hidup di hari itu saja" Pond berucap mengangkat tangannya di udara menggambar pola acak "duniaku hanya akan berputar, saat ada Phuwin disana"

Senyum hangat itu cukup untuk mengekspresikan rasa syukurnya, Phuwin tak menampakkan wajahnya lagi, semakin tenggelam dalam pelukan sang suami.

Bulan tampak setengah, cuaca bersahabat. Kelam malam bahkan tak mengukir cerita, udara hangat perlahan-lahan memasuki jendela. Derap langkah kecil mendekat, menaiki ranjang mereka, sedikit mengusik obrolan hangat yang terjadi, Leon tergesa-gesa menjadi penengah.

"Ashh... Leon.." keluh Pond meninju pelan bahu sang anak "bagaimana Pr nya jagoan kecil?"

"Sudah selesai" Leon menarik selimut, tersenyum nyaman sangat berseri "Mommy, bukankah kita akan bercerita tentang New York?"

Phuwin baru ingat, dengan semangat dia merangkak ke dekat nakas menarik buku hariannya. Sangat bangga membuka lembar demi lembar tersemat foto-foto kota New York dengan suasana malam tahun baru, pertunjukan kembang api tak pernah gagal.

Berada di kerumunan itu, berteriak bahagia saling memeluk dan mengucapkan harapan. Sepanjang jalan yang padat, keramaian akhir tahun akan menjadi momen bahagia. Mereka bertiga sama-sama tak sabar.

"Mengumpulkan semua ini, niat sekali" tawa Pond "Mommy mu benar-benar hebat"

"Sejak kecil, kota New York selalu jadi  impianku mendekati tahun baru" raut wajah manis itu berubah sendu, Leon memeluk lengannya "Mommy tidak sedih sayang, tenang yah..."

"Mommy tidak boleh bersedih, sedikit pun. Kita akan pergi kesana, kita akan bahagia menyaksikan kembang api meriah ini" jari Leon tercetak di selembar foto.

Pond memeluk dua kesayangannya, situasi hangat ini sangat menyenangkan, dan sekarang bahkan tak bisa membantah bahwa kebahagiaannya hanya disini, menyediakan ruang hangat yang bahkan tak pernah ia dapat di sudut dunia manapun.

Wishes And Dreams [Pondphuwin]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang