20

598 45 4
                                    

"sayang, aku akan sibuk beberapa hari terakhir" Pond sibuk memainkan handphone di meja pagi ini "sebentar lagi kita akan ke New York kan?"

"Iya..." Phuwin menyahut

"Humm... Aku harus menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, libur tahun baru segera tiba"

Leon berlari-lari kecil memanjat kursi dengan pandangan berseri "jadi Mommy, kita benar-benar akan pergi melihat pertunjukan kembang api saat tahun baru?"

"Iya sayang" dia mengecup puncak kepala anaknya, menyendokkan beberapa lauk dengan teliti "nah.. sekarang Leon sarapan dulu yah"

"Khab..."

Pond melirik, masih sempat melempar senyum sebelum akhirnya kembali sibuk dengan pekerjaan "pertemuan dengan klien hari kamis nanti, kemudian mengecek beberapa alat rusak di pabrik, humm... Baiklah" tergesa-gesa Pond berdiri, menarik tasnya dan memeluk pinggang si manis "sayangku... Aku harus pergi sekarang"

Phuwin tertawa geli, wajahnya dicium berkali-kali "lalu Leon bagaimana?"

"Hari ini berangkat dengan Paman supir saja yah" Pond mengangkat alis, menghampiri anaknya juga kemudian memberi kecupan singkat "aku pergi dulu, sampai jumpa nanti..."

"Daddy benar-benar semangat" celoteh Leon masih menyendokkan makanan ke mulutnya.

"Leon juga harus semangat, sebentar lagi kita liburan"

"Mommy..."

"Humm?"

Leon tersenyum lebar "New York itu seperti apa?"

"Apa Leon tak pernah mendengar tentang New York?"

Si kecil menggeleng.

"Baiklah" Phuwin mengusak rambut sang anak "nanti malam Mommy akan menceritakannya"

"Janji yah..."

"Iya, janji" jari kelingking Meraka bertaut, Phuwin tak dapat menahan semburat kebahagiaan terus-menerus "baiklah, sekarang Leon berangkat sekolah yah..."

"Humm..." Dia mengecup pipi kanan dan kiri Mommy-nya bergantian "Leon pergi sekarang"

Bibi Chai membantu pria kecil itu berjalan hingga ke depan rumah, karena Phuwin sedang beberes dengan peralatan makan mereka.

Yah tinggal menghitung hari, dia akan mulai sibuk menyiapkan keberangkatan. Sejak dulu dia selalu memimpikan kembang api New York, dan sekarang tuhan benar-benar memberi kesempatan untuknya mewujudkan mimpi itu.

Phuwin sejak tadi sudah berseri-seri, begitu semangat membereskan tumpukan pakaian dari lemari. Bukankah di New York nanti mereka akan menginap cukup lama, pasti harus menyisihkan perlengkapan yang dibutuhkan sejak jauh-jauh hari.

Sepertinya baru setengah saja baju masuk ke dalam koper, pintu kamarnya terbuka memperlihatkan bibi Chai yang tersenyum kecil.

"Tuan... Hari ini waktunya kontrol"

Phuwin mengangguk, "aku akan bersiap sebentar lagi"

Beberapa minggu belakangan dia rutin mengajukan diri untuk mencoba metode pengobatan baru yang dokter ceritakan, sebenarnya resiko mengikuti program penyembuhan ini sangat besar. Tapi Phuwin benar-benar nekad untuk sembuh total, dia memiliki banyak harapan sejak saat dua orang lelaki lain muncul dalam hidupnya.

Tak peduli resiko apapun, dia mencoba tetap bertahan dalam kondisinya saat ini. Bahkan belum genap tiga bulan, dia sendiri merasa tubuhnya baik-baik saja. Tak ada keluhan berarti, dia merasa normal dan sukses menjalani pengobatan tersebut.

Begitu saat siap dengan bajunya yang sudah rapi, Phuwin menghampiri meja nakas mengeluarkan buku harian dengan wajah terharu. Ternyata masih ada disana, foto-foto kota New York saat pertunjukan kembang api malam tahun baru. Sejak kecil dia sangat hobi mengumpulkan gambar itu, dari majalah berita sampai foto dari internet akan Phuwin koleksi jika berkaitan dengan New York.

"Aku akan menunjukkannya pada Leon malam nanti"

.
.
.
.
.

"Tuan Phuwin, silahkan masuk..."

Dengan senyum manis terhias di wajahnya, phuwin duduk nyaman menghadap ke arah sang dokter. Sepertinya untuk kontrol kali ini tak memakan banyak waktu, dia hanya di persilahkan berbaring untuk di cek darah serta perkembangan imun dalam tubuhnya.

"Selama beberapa Minggu terakhir apa ada gejala jantung berdebar-debar?"

"Humm... Tidak..."

"Baiklah... Jika nyeri di bagian saraf otak ini?"

Phuwin diam, merasakan jemari dokter itu menekan kepalanya "tidak juga..."

"Mungkin sejauh ini obat dan metode pengobatan yang kami lakukan pada tuan berjalan baik, tapi harap di mengerti bahwa anda adalah orang pertama yang mencoba ini, jadi kami tetap waspada"

Entahlah, dia sendiri sangat percaya bahwa segalanya akan berjalan baik.

"Iya dokter..."

"Kami akan menyuntikkan beberapa obat lagi, harap tenang dan tetap berbaring"

Phuwin mengikuti intruksi, membiarkan perawat menyuntikkan cairan padanya. Sebenarnya tak tau pasti model obat apa yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker yang ia derita, hanya perlu keyakinan untuk bertahan di situasi ini.

"Akhh..." dia meringis nyeri, Dokter memberi kode untuk tetap tenang.

"Saat cairan yang ini di suntikkan, rasanya akan berbeda. Dosisnya akan ditambah, dan anda harus bersabar karena efeknya sangat nyeri"

Baiklah, ini hanya sebentar kan.

"Akkhh..." Dia berkali-kali teriak frustasi, seolah tulang tengkorak baru saja membuat kristal tajam hanya untuk mencabik-cabik kulit kepalanya.

"Harap bersabar..."

Selalu kata itu yang ia dengar sepanjang pengobatan, kehabisan energi serta suara dia mencoba tetap sadar sampai sesi akhir hari itu selesai. Tubuh Phuwin bersimbah keringat, air matanya bahkan beberapa kali keluar.

Saat semua prosedur telah berakhir, Phuwin di papah keluar dari sana. Bibi Chai menunggu dengan raut cemas, bahkan saat si tuan telah muncul dia tak kunjung merasa lega. Masih penuh kehati-hatian wanita paruh baya itu membawa Phuwin ke arah mobil yang terparkir di depan rumah sakit, mereka sudah siap untuk pulang.

"Tuan muda, Bagaimana perasaanmu?"

Phuwin membuka mata, tubuhnya sudah duduk dengan nyaman pada kursi mobil. Dibanding menjawab pertanyaan Bibi Chai dia hanya bisa menatap sayu keluar jendela, hari mulai gelap.

"Tuan muda?"

"Bibi Chai, kita belum menyiapkan makan malam..."

Sepanjang perjalanan pulang wanita paruh baya itu menangis, buku-buku jari yang memucat kurus milik tuannya dipangku penuh kasih. "Tuan muda, tolong bertahanlah lebih lama, tolong hidup lebih lama lagi bersama kami"

"Aku akan hidup" nada suara Phuwin melemah "aku punya orang-orang terkasih di sisiku, aku berjanji, aku akan hidup"

Dia belum sampai di New York, ledakan kembang api pada malam tahun baru masih menanti kehadirannya. Phuwin tak akan menyelesaikan cerita hidupnya sebelum menginjakkan kaki di tempat impian itu.

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa follow komen dan ninggalin jejak 🙏🏻😭💙

Wishes And Dreams [Pondphuwin]18+[END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang