hujan

132 40 55
                                    

Tik-tik-tik!

Rintik hujan mulai turun membasahi bumi dan tak lama rintik itu menjadi deras. Disaat semua orang mulai menepi untuk berteduh, berbeda dengan seorang cowok yang terduduk lemah dibelakang sekolah.
Cowok itu hanya diam sambil menatap air hujan yang berubah merah saat mengenai tubuhnya. Dia suka hujan, tapi tidak dengan kenangannya.

Dritt!

ponselnya terus berdering, tapi cowok itu hanya diam tanpa ada niatan untuk menjawab panggilan tersebut. Dia termenung, sampai deringan ponselnya bersuara dengan nada yang berbeda barulah dia menjawab. Itu adalah nada khusus yang dia berikan untuk orang yang dicintainya.

"Gyan, kamu gimana kabarnya, nak? Maaf ya mama baru bisa telfon sekarang. Mama sibuk banget disini" suara wanita diseberang terdengar lembut dan penuh sayang. Rasanya, sudah lama sekali ada yang berbicara hangat padanya.
"Mama"

Gyan tidak menjawab, melainkan memanggil sosok yang lama tak berjumpa dengannya. Terlihat jelas ada nada kerinduan dari suara seraknya. Dia rindu mamanya.

" Iya sayang. Kamu sehat kan? "
"Gyan lagi main hujan"

Terdengar helaan nafas dari seberang. Gyan tersenyum kecil, dia yakin mamanya sedang marangkai kata untuk membujuknya pulang. Mamanya tidak pernah suka kalau dia bermain hujan.

"Pasti seru ya main sama temen-temen, sampe kamu gak mau pulang padahal ini udah sore "

Gyan terdiam sebentar. Ditatapnya sendu halaman belakang sekolah yang sepi menyisakan dirinya lalu beralih pada tetesan darah ditubuhnya. Seru?

"Iya, ma. Kita mainnya seru banget " balas cowok itu.
"Mama tahu mainnya seru. Tapi kamu harus pulang sama temen-temen. Kasian nanti orang tua mereka cariin"
"Gyan mau pulang sama mama. Mama mau jemput gyan disini? "

Sekarang giliran sang mama yang terdiam. Dia tahu putranya ingin dirinya segera pulang. Gyan pasti membutuhkan sosok dirinya disana, tapi ... dia tidak bisa.
Sedangkan Gyan masih menunggu jawaban mamanya. Bolehkah dia seperti anak sd padahal dia sudah sma, dia hanya ingin mamanya pulang, apa salah?

"Anak mama yang sabar, ya. Kalo mama udah selesaiin semua disini, mama janji bakal langsung pulang. Mama bakal jemput kamu, kita mulai hidup baru yang indah disini "

"Tapi Gyan gak mau pergi"

Kata itu hanya bisa Gyan ucapkan dalam hati. Dia tidak mau pergi, dia tidak perlu kehidupan baru, dia sudah nyaman dengan kehidupannya. Dia hanya ingin mamanya pulang.

"Gyan sayang mama"

💜💜💜

" SERA!!! "


Uhk-uhk-uhk!

Serra yang baru saja menyuapai dirinya dengan roti langsung  tersedak karna mendengar suara bariton papanya. Apa papanya ingin anaknya mati muda sampai berteriak seperti itu untuk mengagetkannya.

"Apa sih, pa. Ngagetin Sera aja. " kesal gadis itu tidak peduli dengan papanya yang sudah berkacak pinggang didepannya.
"Kamu apakan kamar papa sama mama? Kenapa ada banyak mawarnya. " Anton menatap garang putrinya. Bagaimana tidak, baru saja dia dan sang istri pulang dari medan untuk mengurus bisnis, kamar mereka sudah dihiasi banyak bunga mawar seperti halnya pengantin baru. Siapa lagi yang akan melakukan itu jika bukan putri mereka sendiri. Anasera!

Ah! Jadi ini yang membuat papanya berteriak seperti gorila. Sera tersenyum jenaka mengingat sebab apa dia menghiasi kamar orang tuanya seperti pengantin baru dan hal itu malah membuat Anton merinding melihat tingkah sera. Baru ditinggal seminggu, anaknya tidak mungkin menjadi gila kan?

silentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang