Gyan tak ada hentinya menatap kearah pintu kelas. Sudah hampir bel masuk, tapi kenapa gadis yang sedari tadi ditunggunya tak kunjung datang? Apa gadis itu masih marah padanya? Gyan menundukan kepalanya lesu, sepertinya Anasera masih marah padanya dan tidak ingin melihatnya disekolah. Padahal baru kemarin mereka berteman, tapi dia sudah membuat gadis itu marah.
"Muka lo kusut banget kayak baju gak disetrika"
Suara itu!
Gyan dengan cepat mengangkat wajahnya. Bibirnya tersenyum cerah melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.
"ANASERA"
Gyan dengan cepat berdiri dari duduknya lalu memeluk gadis itu. Anasera sekolah, bahkan mau berbicara padanya, itu artinya gadis itu tidak marah.
"Eh, gila. Gue gak bisa napas. Lepasin, gak! Lo gak malu orang-orang pada liatin kita"
Mendengar ucapan Anasera, langsung saja cowok itu menatap sekitar. Sial! ternyata benar kata gadis itu. Semua orang sedang memperhatikan mereka sekarang.
"Lepas, nggak!" Sera mendorong tubuh Gyan sampai terlepas. Apa cowok itu ingin membunuhnya? Kenapa pelukannya kuat sekali?
"Lo mau bunuh gue, ya?"
"Mana berani aku bunuh kamu, Anasera. Kamu aja dorong aku kayak pake tenaga dalam"Apa yang dikatakan Gyan memang benar adanya. Anasera mendorongnya terlalu kuat sampai dia kembali terduduk dibangkunya. Benar-benar samson betina.
"Ya habisnya lo peluk gue kuat banget, sih. Emang lo kenapa tiba-tiba peluk gue?" Sera bertanya heran, padahal kemarin cowok itu menyuruhnya pindah bangku, kenapa sekarang nempel banget kayak prangko?
"Aku pikir kamu marah sama aku gara-gara kemarin. Terus kamu hari ini juga telat, untung belum bel"
Sera hanya terkekeh mendengar ucapan Gyan, sebenarnya dia sudah sampai sedari tadi, tapi dia ada urusan diruang guru.
Karna gemas dengan Gyan, Sera memajukan wajahnya tepat dihadapan cowok itu. Sera terlalu dekat, sampai-sampai Gyan harus memundurkan wajahnya jika tidak ingin hidung mereka bersentuhan.
"Kalo gue masih marah, lo mau ngapain emangnya?"
Sial! Gyan meneguk salivanya susah, wajah Sera terlalu dekat dengannya. Cowok itu jadi bisa melihat setiap inci wajah gadis itu dengan jelas. kulit putih, pipi yang berisi, bulu mata lentik dan yang menjadi fokus Gyan adalah tatapan Anasera yang menatapnya hangat. Gyan sudah lupa kapan terakhir kali dia ditatap seperti itu oleh orang lain. Biasanya, dia akan ditatap sengit atau penuh benci oleh orang lain. Tapi Anasera tidak, gadis itu berbeda.
"Aku bakal minta maaf sama kamu. Aku emang salah udah buat kamu marah" Gyan menunduk karna merasa bersalah pada Anasera. Padahal kemarin gadis itu sudah mau membantunya.
Sera hanya diam mendengar ucapan Gyan, dia tahu cowok itu ada alasan membiarkan Daksa begitu saja. Sepert kata mamanya kemarin, dia hanyalah orang baru dan Gyan juga butuh waktu untuk menceritakan masa lalu cowok itu padanya.
Tangannya terulur untuk mengelus surai Gyan. Cowok itu mendongak lalu dihadiahi senyuman manis dari gadis dihadapannya.
"Cerita kalo lo siap. Gue tahu gue cuman orang baru disini, tapi gue juga mau ngertiin perasaan lo. Kita bisa jadi teman yang saling mengerti kalo kita mau terbuka satu sama lain"
💜💜💜
"Gue denger Daiva dan Daksa gak sekolah. kira-kira kenapa ya?"
Sera menghentikan langkahnya mendengar nama orang yang membuatnya naik darah kemarin. Jadi si kembar itu tidak sekolah? pantas saja dia tidak melihat drama hari ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/367506335-288-k118277.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
silent
Novela Juvenil"Anasera, terima kasih untuk tidak menjadi payung saat hujan karna kau tau selain dirimu aku juga menyukai hujan dan aku mohon, tetaplah menjadi obat saat hujan itu membuatku sakit. Tetap temani aku saat hujan itu membasahiku dan ayo kita bermain be...