Daksa Berulah

44 21 8
                                        

BRUK!

Rasanya punggung Gyan remuk saat menyentuh meja dibelakangnya. Tendangan Daksa tepat mengenai dadanya sampai dia terdorong kuat kebelakang dan mengenai beberapa meja.

Daksa menatap nyalang kearah Gyan, beraninya cowok itu memiliki teman, beraninya cowok itu tidak menjawab pertanyaannya dan beraninya cowok itu tertawa bahagia di kelas ini. Daksa benci,dia benci Gyan yang tertawa dan bahagia bersama orang lain. Sampai kapanpun, dia tidak akan pernah membiarkan cowok brengsek itu mempunyai teman apalagi bahagia.

"Jawab gua, bangsat! Mana teman lo itu?"

Mau berapa kali Daksa memukulnya, Gyan tidak akan pernah menjawab pertanyaan itu. Anasera tidak ada hubungannya dengan dia dan Daksa, maka gadis itu tidak boleh terkena amukan Daksa pula.

"Sa, jangan libatin orang lain diantara kita. Dia gak salah,"

Mendengar ucapan Gyan yang tersirat akan sesuatu membuat Daksa tambah geram. Kenapa cowok itu harus mempunyai teman?

BUGH!

Bogeman itu lagi-lagi mengenai wajah Gyan, tapi cowok itu tidak melakukan perlawanan sama sekali. Cowok itu menerima secara pasrah apa yang dilakukan Daksa padanya, selalu seperti itu. Apa cowok itu terlalu lemah untuk melawan?

Daksa tidak datang sendiri kekelas Gyan. Cowok itu ditemani dengan Afandra, Alano bahkan saudara kembarnya Daiva juga ada disana. Mereka melihat dengan jelas bagaimana Daksa yang terus memukuli Gyan. Terpancar dengan jelas sirat kemarahan cowok itu pada objek yang sedang dipukulnya. Mereka tau, bagaimana bencinya Daksa pada Gyan. Tapi ...

"Gue benci lo, Gyan. Lo gak pantes punya temen, lo gak pantes bahagia dan lo ... cuma akan jadi benalu di hidup orang lain, jadi-"

"Emang lo siapa yang berani-beraninya bilang Gyan gak pantes buat bahagia"

Seketika semua atensi beralih pada seorang gadis yang berdiri diambang pintu. Wajahnya merah seperti menahan amarah, dan tangannya juga sudah mengepal kuat.

"A- anasera" lirih Gyan menahan sakit ditubuhnya. Kenapa gadis itu harus  kembali sekarang?

Sera menatap tajam kesemua anggota kelas. Rasa kesal dan kecewa terlihat jelas dari tatapannya. Apa mereka tidak punya otak sampai melihat teman mereka sedang dipukuli saja mereka enggan membantu.

"Kalian buta apa gimana? Liat teman sendiri dibully bukannya bantu malah liat doang"

Semua menunduk melihat tatapan Sera pada mereka. Walau sudah terlihat dingin dari awal, tapi tatapan gadis itu sekarang terlihat berbeda, bahkan Gyan saja merasakannya. Gadis itu seperti bukan Anasera yang dia lihat kemarin ditaman kota. Dia terlihat berbeda.

Daksa tersenyum miring melihat seorang gadis yang baru saja membela Gyan. Jadi ini orang yang dicarinya sedari tadi.

"Jadi lo temen barunya si cupu. Gue saranin lo jauhin dia atau-"

AKH!

Gyan mengerang kesakitan saat Daksa dengan kasar menarik rambutnya sampai kepalanya mendongak. Sakit!

"Gue buat lo kayak, dia" lanjut Daksa dengan seringai diwajahnya.

"Gyan!"

Baru saja Sera ingin maju untuk menolong Gyan, seorang gadis lain maju untuk menghadangnya. 

"Dengerin kata kembaran gue biar lo aman. Lagian, lo gak tahu siapa si cupu karna anak baru. Jadi gue saranin buat jauhin dia!"

Sera semakin geram mendengar ucapan gadis itu. Dia menatap gadis itu dari atas sampai bawa. Penampilannya rapi dan sopan, tapi kenapa sifatnya seperti iblis? dan apa dia bilang tadi, kembaran? jadi dia sodara kembar daksa? pantas saja sifat mereka sama.

silentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang