"Bang, tuhan itu adil gak, sih?"
Salah satu pertanyaan anak kecil dihadapan Gyan, menarik atensi cowok itu. Apa maksudnya?
"Maksud kamu apa, bobby? Abang nggak paham?" Gyan malah balik bertanya. Sekarang dia berada ditaman kota untuk mengajar para anak-anak jalanan. Gyan memang tidak sekolah, makanya dia bermain dan belajar dengan mereka sampai lupa waktu.
"Ya, bobby cuman heran aja. Kenapa anak-anak yang lain punya orang tua yang lengkap, sedangkan bobby sama temen-temen, gak. Kita kan juga pengen kayak mereka" anak berpipi bakpau itu menurunkan bahunya lesu. Ditaman kota ini banyak sekali anak seusianya yang bermain bersama orang tuanya. Dia juga ingin seperti itu.
Gyan yang mulai mengerti kemana arah pertanyaan anak itu hanya terkekeh pelan. Hey, tuhan sebenarnya adil.
Memang anak jalanan yang bersamanya sekarang ini tidak memiliki ibu. Tapi mereka diasuh oleh seorang wanita yang kebetulan tidak memiliki anak. Wanita yang menjemput Adel itulah orangnya. Wanita itu kesepian karna tidak memiliki anak dan suami, makanya dia mau merawat mereka padahal ekonominya sedang susah. Tapi tetap saja, mereka tidak terlalu dekat dengan wanita itu karna dia sering sekali meninggalkan anak-anak sendiri di kolong jembatan ataupun gubuk yang mereka tinggali bersama. Anak-anak itu malah lebih dekat dengan Gyan.
"Jadi kamu ragu tuhan itu adil atau nggak?" Bobby hanya diam dan itu Gyan anggap iya.
"Mungkin dia cuma ngerasa gak adil aja, bang. Karna gak punya orang tua" Zila, anak yang paling dewasa diantara mereka membuka suara dan mendengar itu Gyan malah terkekeh.
"Bobby, kamu ingat gak sama anak yang kita ketemu dirumah sakit, yang kakinya hilang itu?"
"Iya, bang. Bobby ingat" Bobby menjawab pertanyaan Gyan dengan cepat. Tentu dia ingat.Beberapa minggu lalu mereka memang pergi kerumah sakit untuk menjenguk Rena, salah satu anak jalanan yang terkena demam berdarah. Untung ada Gyan yang mau membayar biaya rumah sakitnya dan disana mereka bertemu dengan seorang gadis kecil yang kakinya diamputasi karna kecelakaan. Bobby saja sampe meringis melihatnya
"Kasian kakinya hilang, jadi dia gak bisa jalan"
"Kenapa harus kasian, walau gak punya kaki, tapi dia punya orang tua yang selalu ada dan sayang sama dia. Sedangkan kamu?"Jleb!
Sumpah itu kata-kata bang Gyan nerobos dada tembus jantung. Tapi kalo dipikir-pikir, bener juga sih. Kan dia juga tadi ngeluh karna gak punya orang tua. Tapi ... Bobby ingat gimana anak itu menatap sendu kearah mereka yang waktu itu lagi lari-lari di lorong rumah sakit.
"Ya ... emang, sih. Tapi siapa yang senang kalo gak punya kaki. Kan, orang beda-beda, bang"
"Nah, itu yang mau kakak jelasin sama kalian. Semua orang itu beda-beda. Ada yang gak punya orang tua, ada yang gak punya kaki dan ada yang gak punya lainnya lagi. Didunia, gak ada yang punya segalanya. Makanya tuhan kasih mereka kekurangan yang berbeda. Coba kalian bayangin kalo semua orang gak punya orang tua, nanti siapa yang urus anak-anak kecil kayak kalian? Atau kalo mereka sama-sama gak punya kaki, nanti siapa yang bantuin dorong kursi rodanya atau bantuin yang lain?"Gyan berusaha menjelaskan dengan kata-kata yang mudah mereka pahami. Cowok itu tahu mereka hanya ingin merasakan kasih sayang orang tua, tapi sayangnya mereka mempunyai takdir sendiri.
"Jadi maksud abang tuhan itu adil, cuman emang takdir aja yang beda setiap orang" Zila menanggapi
"Benar, zila. Tuhan itu adil, cuma kadang emang kita aja yang merasa kalo tuhan itu gak adil karna kita gak seperti orang lain"Benar bukan? Manusia selalu merasa bahwa tuhan itu tidak adil hanya karna mereka diberi takdir yang berbeda. Kaya dan miskin, jelek dan ganteng, pintar dan bodoh. Padahal mereka tidak tau saja bagaimana keadaan orang lain yang nasibnya mungkin saja lebih buruk tetapi tetap bersyukur. Kalo seperti itu, bagaimana bisa bahagia kalau mereka saja terlalu fokus pada penderitaan?

KAMU SEDANG MEMBACA
silent
Teen Fiction"Anasera, terima kasih untuk tidak menjadi payung saat hujan karna kau tau selain dirimu aku juga menyukai hujan dan aku mohon, tetaplah menjadi obat saat hujan itu membuatku sakit. Tetap temani aku saat hujan itu membasahiku dan ayo kita bermain be...