"shelly!" matthew memanggil shelly dari kejauhan sambil melambaikan tangannya dengan wajah berseri-seri.
namun itu semua hilang ketika melihat seorang pria yang berada di samping shelly menatapnya penuh selidik.
"halo, shell.." sapa matthew.
"oh, jadi ini anak kecil itu, akhirnya ketemu juga gue sama lo." kata kevin dalam hati.
"hai, baru datang?" tanya shelly dan dibalas anggukan oleh matthew.
"bisa bakor?"
matthew melirik-lirik ke arah kevin, memberi sinyal kepada shelly bahwa dirinya menanyakan siapa yang sedang bersamanya ini.
"hmm...om, aku masuk kelas dulu ya." pamit shelly dan tanpa sepengetahuan matthew, kevin menahan lengan shelly lalu mengelus kepalanya.
sambil mengatakan, "baik-baik ya belajarnya. jangan pacar-pacaran." kevin menekankan kata-katanya sambil menatap horor ke matthew.
"ayo masuk kelas." ajak shelly kepada matthew, sedangkan kevin masih berdiri di samping mobil sambil melipat tangan di depan dada dan matanya yang masih mengikuti shelly sampai masuk ke pekarangan sekolah.
"shell! itu tadi siapa?" suara matthew memenuhi lorong kelas.
"ssutt!! bicaranya santai aja.."
"siapa?"
shelly membuang nafas, "orang paling ngeselin yang pernah ada."
"tapi kok lo manggil om sama dia? mukanya masih muda gitu, harusnya manggil kak dong."
shelly tertohok. tidak mamahnya, tidak temannya mengatakan dirinya harus memanggil kevin dengan sebutan 'kak'.
"males gue."
"oh iya, lo jadi ikutan lomba?" shelly kembali memikirkan lomba yang dikatakan oleh matthew. dia memang berbakat dalam hal menyanyi, namun siapa yang akan mengiringinya bernyanyi?
"gue masih mikirin itu."
"kenapa? lo nyari orang buat nemenin lo nyanyi sambil main musik?"
pikiran shelly tertebak oleh matthew walau tidak sepenuhnya benar.
"kok tau?"
matthew tertawa memuji dirinya sendiri. "muka lo menjelaskan semua hal yang lo pikirin, shell."
"masa, sih? padahal gue udah berusaha untuk gak berekspresi sebisa mungkin."
"lo bisa kok ajak orang dari luar sekolah, ini kan acara terbuka juga." shelly mangut-mangut mengerti.
sepanjang jam pelajaran berlangsung dia memikirkan orang yang akan diajaknya untuk ikut lomba.
"shell, kantin yuk!" ajak matthew.
"gas."
"lo mau apa? gue beliin." tawar matthew.
"hah? gak usah deh, ngerepotin." tolak shelly.
"enggak kok, santai aja. mau apa? sandwich?"
"boleh."
"oke."
"makasih ya, matthew."
saat mereka berdua sedang asik memakan makanan mereka, tiba-tiba suasana kantin yang tadinya tenang menjadi ricuh.
shelly tenang saja, sedangkan matthew melirik-lirik ke arah kerumunan tempat berasalnya ricuh tersebut.
rupanya karena mantan kapten basket datang ke sekolah. banyak yang mengaguminya, bukan karena dari parasnya yang tampan tapi juga prestasi-prestasinya.
"matthew!" panggil seseorang dari arah belakang shelly.
"kak mark??" matthew kaget.
"tumben banget datang pas jam sekolah? biasanya pas udah pulang."
"lo belum denger gue jadi ketua panitia pelaksana?"
"belum." mark hanya geleng-geleng kepala.
atensi mark teralihkan kepada gadis yang ada di depannya.
mark berbisik ke matthew. "siapa?" tanyanya.
"anak baru."
"ohh." lalu mark berdehem.
"halo, kamu anak baru itu, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
om kevin
Любовные романыkatanya cinta tak pernah salah, tak kan pernah berubah walau kadang hati tersakiti oleh salah.