shelly keluar dari mobil dan kevin menurunkan kaca mobilnya.
"shell, hari ini aku agak sibuk. nanti kalo semisalnya aku gak bisa jemput kamu, aku kirimin supir aja ya buat nganterin kamu pulang. pokoknya, nanti telfon aja."
shelly mengangguk lalu melambaikan tangannya seiring melajunya mobil kevin dari hadapannya.
gadis itu menyandang tasnya dengan benar lalu berjalan ke kelas.
sesampainya di kelas, dia segera membuka kotak bekal dari kevin. shelly sangat kaget karena hiasan diatas makanan tersebut menurutnya sangat lucu.
bagaimana bisa orang seperti kevin membuat seperti ini.
shelly tersenyum simpul, lalu tiba-tiba matthew datang dan duduk di depannya membuat shelly terlonjak kaget.
"ngapain, sih? bikin kaget aja lo!"
"hehe sorry. elo sih, senyum-senyum liat kotak bekal, dari siapa coba?"
"bukan siapa-siapa."
"mana niat banget lagi bikinnya, pacar lo ya?" orang di depan shelly ini menaik-turunkan kedua alisnya sambil memberi tatapan menggoda.
"berisik."
shelly memandang sebentar bekal tersebut, rasanya sayang sekali jika harus dimakan. tapi mau bagaimana lagi, dia harus sarapan.
gadis itu pun akhirnya memakan bekal buatan kevin itu dengan lahap. setelah merasakan bagaimana rasa masakan tersebut, sekarang dirinya yakin bahwa kevin memang sengaja memasak ini untuk dirinya.
tanpa sadar shelly tersenyum lagi.
"nah kan, senyum-senyum lagi tuh.."
shelly mengambil tisu, menggulungnya dan melemparkannya pada matthew.
sementara orang yang dilempar cekikikan karena berhasil membuat shelly kesal.
jam pelajaran berlangsung seperti biasa, shelly melakukan aktivitas rutin anak sekolahan dengan normal tanpa ada masalah.
hanya saja memang sulit bagi dirinya untuk beradaptasi dengan sekolah ini.
untung saja dia anak baik-baik dan tidak suka buat masalah.
shelly memang sudah mengenal beberapa siswi-siswi di kelasnya namun dirinya masih merasa canggung.
"lagi mikirin apa?" tanya matthew disela-sela lamunan shelly.
gadis itu menggelengkan kepalanya, "enggak, gak mikirin apa-apa."
"masa?"
shelly menghela nafas, "gue lagi mikir entar gue pulang bareng siapa."
"pulang bareng kakak aja, shell."
matthew dan shelly kompak menoleh ke asal suara.
ternyata itu adalah mark.
ini kedua kalinya dia muncul tiba-tiba dan join dengan mereka berdua.
"kak mark? kenapa sih suka banget tiba-tiba nongol kayak gitu? kebiasaan banget." omel matthew.
"kenapa lo yang marah? shelly aja gak masalah tuh." balas mark.
shelly menggaruk tengkuknya yang tak gatal. kalau mark sudah datang, dia tiba-tiba jadi pendiam.
"halah, shelly itu pasti sebenarnya males liat kakak karena suka nimbrung pembicaraan kami berdua."
mark mangut-mangut lalu menatap shelly. "beneran itu, shell?" tanyanya.
"hah? eh, enggak kok kak." jawab shelly kaku.
"tuh dengerin sendiri." kata mark.
"shelly ngomong gitu karena gak enak sama kakak, tau!"
"dih ngegas."
"udah pergi sana rapat, gue mau masuk kelas dulu sama shelly." usir matthew.
"lah, jadi lo gak tau? hari ini sekolah setengah hari doang."
"hah?"
"telat info lo, bocah."
"palingan boong."
"gak percayaan amat, tanya sana."
matthew merogoh saku celananya untuk mengambil handphone dan bertanya pada temannya yang merupakan salah satu panitia.
setelah itu matthew terdiam ketika ternyata ucapan mark tersebut benar.
"pfftt bener kan gue bilang apa.." ucap mark bangga.
lalu mark menatap shelly. "kamu beneran gak ada yang jemput, shell?"
shelly menganggukkan kepalanya lesu.
"bareng kakak aja gak apa-apa, rumah kamu dimana?" tanya mark lembut membuat matthew berlagak seperti mau muntah.
"vancouver yaletown, kak."
mark membulatkan matanya. "wah, seriusan? kok kakak gak pernah liat kamu, ya? padahal kita tinggalnya seberangan lho."
"oh, ya? kakak dimananya?"
mark dan shelly asik mengobrol mengabaikan matthew yang mukanya sudah masam.
"kalo gitu, kakak rapat dulu. kamu bisa nunggu bentar, kan?" shelly mengangguk. mark masuk ke dalam ruang rapat guru.
gadis itu melangkahkan kakinya menuju lapangan basket sekolah. lalu duduk di salah satu tempat duduk yang tersedia disana.
dia lekas mengambil handphone di dalam saku untuk mengabari kevin.
setelah sambungan terhubung, shelly mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.
"halo, shell?"
"halo om."
"kenapa nelfon? kamu udah pulang, ya?"
"iya, om. kebetulan hari ini pulang cepat."
"ohh, yaudah aku telfon supir hotel ya."
"gak usah, om. aku pulang bareng temen aku."
kevin di seberang sana yang sedang sibuk membolak-balik berkas merubah posisi yang awalnya duduk menjadi berdiri.
"temen kamu? siapa?"
"itu...sebenarnya, kakak kelasku dulu."
"kamu kenal dekat, gak? kamu tau orangnya gimana? dia orangnya baik-baik, gak?"
shelly hampir kewalahan menjawab pertanyaan kevin barusan.
"om tenang dulu. matthew juga kenal kok sama kakak kelas itu."
"yakin kamu?"
"iya om, bawel deh. kayak mamah lama-lama."
"aku gak mau kamu kenapa-napa, shell."
KAMU SEDANG MEMBACA
om kevin
Romancekatanya cinta tak pernah salah, tak kan pernah berubah walau kadang hati tersakiti oleh salah.