NOTE: ESKTRA MR. VILLAIN IS TOO PERFECT EPISODE 3 SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA. SELAMAT MEMBACA. HUHUHU ADA SESUATU YANG LUCU DI EPISODE KALI INI.
***
Tante Sandra tersenyum lebar. Sangat lebar hingga aku takut dia akan ketempelan makhluk tertentu. Bisa saja, ‘kan, ada eksistensi jahat yang tidak menyukai calon mertuaku? Kadang kesurupan terjadi bukan hanya karena kesialan belaka, tapi memang ada kesempatan. Waspadalah. Waspadalah!
Bahkan setelah pulang dari apartemenku pun bisa kupastikan Tante Sandra masih tersenyum seperti gadis yang jatuh cinta. Dia datang ke apartemen hanya untuk memberiku katalog gaun pengantin. Padahal aku lebih suka dia yang pilih saja daripada sibuk memilih sendiri. Bagiku semua terlihat sama bagus dan indah.
Tolong jangan suruh aku memilih baju. Prinsip yang kubanggakan dalam berpakaian ialah, nyaman, tidak ribet, dan aman. Itu saja. Tidak kurang. Tidak lebih. Memilih busana cantik yang bisa mengubahku jadi peri bukanlah perkara gampang. Susah sekali menentukan sesuatu demi memperindah diriku. Haruskah kupilih gaun dengan kerah? Atau, aku pilih yang ada pita besar di bagian pinggang ala Sailormoon? Bagaimana kalu gaun ala putri duyung? Susah! Aku tidak sanggup menentukan pilhan. Biarkan orang lain saja yang sengsara!
Saat sedang mengagumi gaun biru muda atau merah jambu, Xavier datang dan membatalkan niatku memilih. Salahkan saja Xavier. Salahkan.
“Kamu nggak bisa menentukan?” Xavier langsung duduk di sampingku. Padahal ada kursi kosong, tapi dia memilih menempel kepadaku. Sungguh manja sekali calon suamiku. “Sepertinya kamu butuh saran dariku? Mau kupilihkan yang sesuai dengan karaktermu?”
Mauku pakai kaus dan celana jins. Begitu!
Aku mengedikkan bahu, memberinya ekspresi “tolong jangan tanya, aku pusing”.
“Kalau begitu serahkan kepada Mama saja,” Xavier menyarankan. “Beres.”
“Mauku juga begitu, sih.”
Kuletakkan katalog di meja. Segera saja aku merapat dan menggerlung dalam pelukan Xavier. Akhir-akhir ini aku kena pelet. Kalau tidak mencari kesempatan dalam kesempitan saat bersama Xavier, rasanya rugi sekali. Sungguh mengherankan.
“Apa hari ini kamu berdebat dengan editormu?” Xavier membelai kepalaku dengan lembut, membuatku sedikit mengantuk. “Apalagi yang kalian ributkan?”
“Dia ingin karakter Irene sangat kuat dan nggak mudah kena tebas,” aku mulai mengeluh. “Sama sekali nggak mau kutulis dengan kisah sendu. Yaaah pokoknya dia mau sangat kuat.”
Kecuali kuubah ceritanya kesurupan naga, mungkin itu bisa kupertimbangkan. Kesurupan naga maruk.
“Jangan terlalu keras begitu.”
Segera saja aku mendengkus kesal. Tidak terima. “Xavier, aku nggak peduli dengan kekasih, suami, apa pun yang melindungi Irene. Aku punya kamu. Itu artinya kamu bisa kuandalkan sebagai pelindungku. Jadi, andai si pria ini ngamuk ... hehe kamu yang maju, ya? Tolong hadapi dia.”
Xavier tertawa dan membuatku kesal bukan main. “Kitty, aku tahu suatu saat kamu pasti akan menumbalkanku.”
“Mau kutulis jadi monster bertanduk enam?” ancamku. “Kebetulan aku tertarik menulis penderitaan monster jelek yang ditolak masyarakat karena tampilannya nggak sesuai dengan estetika para monster.”
“Tolong jangan, ya?”
Haha jurus mengancam versiku masih ampuh. Buktinya dia takut. Ahahahahaha.
“Xavier, apa kamu akan mengundang ... hmm mantan?”
“Aku nggak punya mantan,” jawabnya sembari terkekeh. “Hanya kamu saja yang penting.”
Oh manisnya. Hahaha omong kosong! “Kita jujur saja, deh,” ucapku berusaha mengorek rahasia ataupun aib Xavier. “Siapa? Aku nggak keberatan mendengar percintaanmu dengan siapa pun. Lumayan untuk bahan cerita novel terbaruku.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Villain is Too Perfect (Selesai)
FantasyAku tidak peduli dengan tokoh utama mana pun kecuali kesejahteraan milikku sendiri. Namun, susah jadinya kalau kakakku ternyata kaki tangan tokoh antagonis. Sebagai adik yang baik, rajin menabung, dan bersahaja sudah sepatutnya aku bergerak dan men...