13. Jealousy

315 54 15
                                    

JESLIN POV

Balik dari rumah Mario sekitar jam tujuh malam.

Kelar parkir mobil di parkiran umum yang letaknya sekitar seratus meter dari rumahku.
Nasib kita punya rumah di gang sempit. Justin pun sampai bela-belain parkir mobil mewahnya disini karna mobilnya yang nggak bisa masuk kesana.

.

Ditangan udah ada oleh-oleh buat Mama dan Bapak.
Isinya kue buatan Mario yang dibuat bareng aku tadi sambil ngilangin stress. Mario sih yang buat, aku bagian hias-hias jadi toping aja. 😁

"Ehem!" Waduh siapa tuh yang berdeham?

Aku liat baik-baik dan ternyata si Jefri, yang udah berdiri nyandar di depan mobilnya.

"Aku minjemin mobil kantor bukan untuk kamu pakai nyamperin cowok lain ya Jes."

Jleb. Ya kan dari pada naik ojol. 🙄

Aku senyum sih ini, karna tau si Jefri ternyata bisa cemburu juga. "Udah dari kapan disini?" Tanyaku sembari mendekat.

"Udah dari tadi, Jemima yang bilang kamu lagi di rumah Mario jadi aku tungguin kamu disini sampai dateng."

Oh jadi tadi adek aku nanya aku lagi dimana tuh ternyata buat dipakai laporan ke Jefri?? Ish.

"Umm.. Jef, sebenernya ada hal penting yang aku mau aku omongin ke kamu soal Mario, tapi nggak mungkin disini juga, aku bisa makin digosipin nanti, sama sekalian ngobrol soal yang di X."

"Yaudah kita sambil cari makan aja." Jawabnya lalu bukain pintu mobilnya untuk aku. Berdosa banget aku malah kesenengan diperlakukan manis sama Jefri padahal aku udah punya pacar. 🥲

.
.
.

Makan di restaurant mewah, di atas rooftop dengan view lampu perkotaan.

Jefri masih pakai jasnya, sementara aku cuma kaosan sama celana jeans belel. 🥲
Agak kebanting banget ya.. karna Jefri malah kaya' lagi ngajak orang miskin makan malem sebagai sedekah gitu kesannya nih.

"Jef, menurut kamu siapa orang yang udah nulis postingan buruk itu? Mantan kamu kah?" Tanyaku to the point.

"Mantan aku nggak mungkin nulis begituan. Kamu kan juga tau dia orang yang seperti apa. Lagian aku sama dia juga udah nggak komunikasi lagi, nggak ada alasan untuk dia benci kamu."

Belain aja belainnnnn.

Tapi kalau aku inget-inget lagi, mantan Jefri itu emang nggak pernah bermasalah sama aku.

FYI.
Waktu SMA, Jefri pernah pacaran sama satu cewek aja. Dan emang dia baik banget sih orangnya. Mantan Jefri bahkan sering bantuin aku waktu di kelas teater. Dia adek kelas kita, tapi dia lebih dewasa gitu sikapnya daripada aku. Anak hits juga di sekolah, anak petinggi negara juga. Pokoknya oke banget, minus rada tertutup aja, jadi orang lain susah tau apapun tentang si cewek ini.
Putus sama Jefri karna entah alasannya kurang jelas, kaya'nya karna masalah pribadi yang nggak bisa di nego lagi.

Skip. Intinya mantan Jefri sepertinya memang bukan tipikal orang yang mungkin bisa nulis hal buruk kaya' gitu di sosial media.

Ini muka mantannya Jefri :

Ini muka mantannya Jefri :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Ghania.

"How about Rose?" Tanyaku.

"Aku udah tanya langsung dan dia udah bersumpah kalau itu bukan dia."

Cih. Udah nanya duluan ternyata.
Emang omongan Rose bisa dipercaya apa?
Emang sumpahnya beneran dari hati??

"Anyway, ada kabar tentang Rose, maybe you will like it." Jefri mengalihkan pembicaraan. 😒

"Kabar apa?"

"Nanti juga tau sendiri, tunggu aja."

Kebiasaan. Ngomongnya nggak mau yang jelas. Cuma setengah-setengah.

"Oh ya Jef, aku mau buat pengakuan dosa nih ke kamu."

"Dosa apa? Pacaran sama Mario?"

Eh?

"Aku juga sekalian mau kasih kamu pilihan, putusin Mario sekarang juga, atau aku yang pergi?"

Dia pasti mengira kalau aku bakal milih dia karna dia tau aku nyukain dia banget dari dulu.
Mulai dari nge-crush'in diam-diam, sampai nge-crush'in secara terang-terangan. Tapi..

"Gimana kalau kamu aja yang pergi?" Tanyaku memberanikan diri. Semoga aku nggak menyesali ini dikemudian hari. 🥲

Jefri meneguk minumannya. "Gimana kalau kamu pergi juga dari 127 group setelah ini?"

"Kamu ngancem aku?"

"No, I'm not. Aku cuma lagi berusaha biar kamu nggak pergi dari aku."

Hmm.

"Tapi Mario baik sama aku Jef."

"So it is not about love. Itu cuma karna berhutang budi."

"Nggak gitu, aku juga punya perasaan nggak mau Mario pergi dari aku."

"Jadi kamu mau kita semua ada di sekeliling kamu? Dan buat seolah apa yang haters kamu bilang selama ini bener? Gitu?"

"Jef.."

"Pilih aku aja. I'll give you anything you want. Mario nggak akan bisa mewujudkan semua itu."

Dia lagi ngerendahin Mario kah? Walaupun memang seperti itu kenyataannya.

"Tapi Mario punya waktunya untuk aku sementara kamu enggak."

Jefri diem dulu dan mandang aku dalem banget.

Dia beneran punya perasaan itu kah ke aku? Atau cuma perasaan takut kalah dari Mario?

"Jeslin.. kamu tau apa yang buat aku paling menderita di dunia ini?" Tanya Jefri.

Jadi Jefri yang terlihat selalu tenang ini pernah merasa menderita juga?

"Aku selalu kalah." Lanjutnya.

Tuh kan.

"Dulu aku selalu berusaha jadi orang popular di sekolah, tapi Justin yang dapetin fame itu dengan mudah. Lalu aku juga mau buktiin kalau aku bisa memimpin perusahaan, tapi kamu liat di usia kita yang sekarang ini.. Marvin udah lebih dulu bisa memimpin Astro Group, sementara aku masih ada dibawah Ayahku di 127 Group. Lalu sekarang aku disuruh mengalah juga dari Mario urusan kamu?"

"Jadi ini semua hanya karna kamu punya rasa iri hati sama mereka?" Tanyaku. Nggak tau kenapa hatiku sakit banget dengernya. Aku sempat merasa seneng banget karna tau Jefri punya rasa yang sama. Tapi ternyata ini semua cuma karna dia nggak mau kalah dari Mario. 😔

"Bisa nggak sih kamu biarin aku menang dari mereka even cuma sekali?"

"Nggak bisa Jef, aku mau ada disisi orang yang sayang aku tulus dari hatinya."

"Siapa bilang aku nggak sayang tulus ke kamu? Aku sayang kamu Jeslin, makanya aku juga nggak mau kamu ninggalin aku."

"Tapi kamu nggak mau buat hubungan kita lebih spesial dari sekedar friends with benefit, Kenapa? Karna Mario juga awalnya begitu? Karna kamu belum merasa ter-ancam huh?"

"Nggak gitu Jeslin, sekarang aku masih mau jadi nomor satu di 127 Group. Aku harus fokus dulu sama kerjaan aku dan akan datang ke kamu waktu aku udah di puncak."

Aku menghela nafas.

"Yaudah kalau gitu kamu lanjut aja fokus sama mimpi kamu itu. Aku nggak akan jadi penghalang dan akan ikut bahagia juga kok waktu liat kamu bisa lebih sukses lagi nantinya. Kita nggak tau akhirnya akan seperti apa, tapi yang jelas sekarang aku akan tetap sama Mario." Ucapku lalu pergi ninggalin Jefri yang masih bergeming.

Better seperti itu. Emang nggak usah dikejar, please. Ribet.

Surrounded. [ Jisoo x 97L ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang