epilog to the new prolog;

270 32 4
                                    

Selamat 20 tahun!
Yeyy! Anak mama sudah besar!

Mark, bahagia kan? Mama harap kamu bahagia ya, sayang.

Seperti yang kamu tau dari surat-surat sebelumnya, Mama nggak bisa bikin kata-kata bagus. Tapi Mama berusaha agar setiap tulisan yang Mama tulis bisa meyakinkan kamu kalau Mama akan selalu di sisi kamu apapun yang terjadi.

Mark, Mama minta maaf untuk segala hal yang membuat kamu sedih. Mama berdoa, semoga kamu selalu kuat menghadapi apapun, bahkan hal menyakitkan sekalipun. Mama selalu berharap, kalau Mark akan menjadi anak yang lebih kuat dari siapapun, bahkan dari Papa yang mungkin akan menjadi yang paling sedih dari siapapun.

Mark, untuk setiap hal yang terjadi, untuk segala hal yang Papa lakukan ke kamu, baik dan buruknya, Mama minta maaf. Maaf karena Mama terlalu mengikat Papa yang mungkin membuat Papa menjadi sosok Papa yang berbeda dari yang lain. Tapi Mark harus percaya, kalau Papa itu orang baik. Mama berani bilang kalau Papa kamu itu, orang yang paling baik di hidup Mama.

Papa kamu, satu-satunya orang yang berhasil membuat Mama berfikir, kalau kematian itu hal menakutkan. Mama berharap, Mama bisa hidup lebih lama bersama Papa kamu, dan kamu. Mama, memimpikan hal itu kemarin malam. Mama, sudah melihat wajah kamu di mimpi Mama. Tapi apakah itu benar-benar wajah kamu?

Mark, tangan Mama udah pegel. Tapi rasanya nggak mau berhenti menulis. Mama- maafin Mama karena kamu akhirnya membaca tulisan ini, sayang. Maaf karena Mama nggak bisa bertahan lebih lama. Maaf karena kamu harus tumbuh tanpa Mama.

Sayang, Mama adalah yang paling menyayangi kamu. Mama, nggak benar-benar pergi. Jiwa Mama, selalu bersama kamu, sampai kapanpun. Kamu, nggak akan pernah sendiri.

Hm... boleh minta tolong? Bilang ke Papa, Mama kangen!

"Dih, orangnya aja minggat." Mark mendengus. Dia melipat kembali suratnya dan meletakkannya di nakas. Surat itu datang tadi pagi, dan tentu saja itu semakin membuat Mark kesal lantaran si bapak yang saat ini masih entah dimana keberadaannya tidak menyelipkan surat ucapan selamat ulang tahun juga bersamaan dengan milik Ibunya.

Emang bapak nggak tau diuntung, batin Mark.

Pokoknya, ulang tahun terburuk! Minimal kirim surat kek! Jangan-jangan udah lupa ya kalau punya anak?!

"Emang anjing banget itu orang, kalau balik mau langsung gue bunuh aja rasanya."

Jam sudah menunjukkan pukul 20.00, apakah sekarang sudah tidak apa-apa? Lagipula, Mark benar-benar sudah dewasa kan sekarang.

Tubuhnya melangkah keluar, dimana di ruang tamu Ruby dan Lucas tengah menonton anime bersama. Keduanya menoleh, lalu sama-sama menaikkan alis. Oh, untuk informasi, keduanya benar-benar sedang di tahap love-hate relationship.

"Mau kemana, udah malem?" Tanya Ruby. Tidak biasa-biasanya Mark keluar malem-malem pakai setelan yang- eugh... bagaimana dia harus menjelaskannya?

"Ngamen?" Lucas menyela.

"Cih! Suara gue emang bagus, tapi duit gue udah terlalu banyak!"

"Yaudah kali, gitu aja ngegas. Lagian pakai baju gonjreng banget."

KAN!!! Soohyun nih emang mau bikin dia malu! Baju yang dipakai Mark adalah baju yang dikirim Soohyun sebagai hadiah tahun lalu. Bajunya punya dasar warna putih, tapi itu adalah baju DIY yang Mark yakini dibuat sendiri oleh Soohyun karna warnanya yang norak, dan super mentereng. Sangat menggambarkan bapaknya banget. "Gue mau, MA-BO-RA."

"Dimana?" Tanya Lucas penasaran.

"Kepo amat, mau ikut?"

"Gue SLEPET juga lo!" Manusia itu mendesis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(✅) FATHERSHIP | Kim Soo Hyun X Mark Lee | SEDANG DI REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang