Luna membuka bekal yang ia bawa dengan tersenyum lebar. Hari ini moodnya sungguh bagus, perkara Daksa yang akhirnya mau membantunya untuk menyelesaikan tugas osisnya.
"Cerah benar tuh muka, gue liat-liat", ucap Namira dengan bakso yang masih mengepul di tangannya.
"Iya dong."
"Tapi emang beneran kak Daksa mau jadiin lo babu-nya?"
"Enggak tahu, palingan dia cuman ngasal."
Luna baru saja akan menyuap makanannya, namun bunyi ponselnya membuat ia kembali menaruh sendok itu.
Kak Daksa 👿 is calling.....
Luna dengan cepat mengangkat panggilan itu. Ngomong-ngomong dia diberi nomor Daksa kemarin, untuk nama kontaknya tentu saja Luna sendiri yang menamainya.
"Halo kak."
"Ke parkiran sekarang!"
Panggilan itu langsung dimatikan sepihak oleh Daksa. Aneh, pikir Luna. Tapi mau bagaimanpun ia harus ke parkiran, takut si Daksa itu berubah pikiran nantinya.
"Eh Lun, lo mau kemana?"
"Mau ke parkiran bentar, nemuin kak Daksa."
"Hah? Ngapain?"
"Enggak tahu, aku ke parkiran dulu. Kamu tungguin aku disini yah."
Namira menatap kepergian Luna.
"Firasat gue, lo bakalan jadi babu-nya kak Daksa beneran deh Lun."
Namira menggedikkan bahunya lalu lanjut memakan bakso.
[ D A K S A ]
Nafas Luna terengah mencari-cari keadaan Daksa. Sudah sekitar sepuluh menit ia mencari keberadaan kakak kelasnya itu.
Lalu tak lama muncul notifikasi chat dari Daksa yang mengatakan bahwa dia berada 'Warmi'. Daksa menyuruhnya untuk kebelakang sekolah, dan mau tak mau ia menyanggupinya.
Sesampainya disana, Luna melihat banyak sekali anak-anak 'Prabu' yang tengah nongkrong.
Bugh
Luna hampir saja terjatuh, untung saja ia dapat menahan tas yang dilempar Daksa padanya dengan sigap.
"Mau kemana bos?" Tanya Awan.
"Ke kelas."
Tanpa mengatakan apapun lagi, Daksa mulai berjalan kearah kelasnya, diikuti oleh Luna.
"Buset si boss cosplay jadi cowok kull", ucap Rajif sambil memakan bakwan udang ditangannya.
"Lo pada kasian kagak sih sama si Luna, si boss beneran mau jadiin dia budak dah."
"Alah, palingan sebentar lagi si Daksa baper sama tuh anak", Dito yang dari tadi menyimak, akhirnya ikut nimbrung juga.
"Si paling suhu masalah percintaan mah beda yah Dit", ucap Rajif.
"Anjir?! Konspirasi gila apa ini?"
"Konspirasi tentang apa?" Satya yang sudah selesai menghabiskan makanannya di dalam warung, akhirnya keluar.
"Giliran bahas konspirasi aja cepet bener lu", Awan mendengus.
"Iya, enggak lama kayak lo bayar hutang ke Mami."
Awan mendengus, sialan juga mulut si Satya ini. Selalu diam, sekalinya ngomong kok langsung menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAKSA
Teen FictionRaden Daksa Wardhana. Mendengar namanya saja sudah bisa membuat warga SMA Bhumika bergidik ngeri. Berandalan terkenal seantero sekolah, yang sayangnya sangat tampan. Daksa. Satu nama yang amat dihindari oleh siswa-siswi SMA Bhumika, termasuk Lun...