DAKSA | SEBELAS

3 0 0
                                    

Pagi ini, rumah yang biasanya tenang itu mendadak riuh. Hani, perempuan dewasa yang masih terlihat muda itu mulai berjalan ke arah dapur. Ia mengerutkan keningnya tatkala melihat dapur yang sudah berantakan. 

Disana anaknya, Laluna Prameswari sedang bersikutat dengan alat-alat dapur. 

"Lun, kamu ngapain?" 

Sementara Luna yang dipanggil terkejut. Ia kemudian membalikkan badannya dan langsung nyengir kearah ibu-nya.

"Luna lagi masak bekal, bu." 

"Tumben, biasanya jam segini masih tidur kamu."

Luna yang mendengar perkataan ibunya, hanya ia balas dengan cengiran. Soalnya selama ini, jika ia membawa bekal pasti ibu-nya yang memasakan ia bekal.

"Bu, kotak bekal Luna yang pas SMP tuh mana yah?"

"Itu ada di lemari, kenapa emangnya?"

"Mau Luna pake."

Hani mengerutkan dahinya. Bingung, Luna sudah dibelikan kotak bekal baru, kenapa malah mau pakai yang lama.

"Kan udah ibu beliin kotak bekal baru. Kenapa masih pake yang lama?"

"Luna bawa dua bekal bu, buat teman satu."

"Oh pantes, kamu pagi-pagi gini masak."

"Temanmu yang mana? Pacarmu kah?" Hani menggoda anak gadisnya itu.

"Ih, ibu apaan sih, bukan."

Hani yang mendengar itu, hanya tersenyum maklum. Dia juga kan pernah muda guys.

[ D A K S A ]

Daksa menatap rumah yang baru dua kali ia datangi ini. Sesekali mengecek jam yang berada ditangan kirinya.

Bisa dibilang, ini pertama kalinya ia datang sepagi ini kesekolah. Hanya karena menjemput cewek yang beberapa hari ini menjadi 'babu-nya' itu.

"Lama amat tuh bocah."

Terhitung sudah sepuluh menit ia duduk didepan rumah Luna, dengan motornya.

Daksa juga nggak tahu, kenapa bisa ia sesabar ini menunggu makhluk yang bernama Luna itu.

Baru saja akan mengambil handphone yang berada di saku seragamnya, Luna sudah berdiri dengan nafas tergesa didepannya sekarang.

"Lama amat lo, cosplay jadi keong apa gimana?"

Luna menahan geram, ia juga telat kan gara-gara manusia rese depannya ini minta dibikinin bekal. Kok kesannya Luna beneran jadi babu-nya Daksa yah. Tapi kan emang beneran babu sih.

"Maaf kak."

"Belom lebaran, naik buru."

Daksa memberikan helm baru pada Luna. Helm warna pink.

Luna menyeringit, ini helm siapa lagi yang dipinjam Daksa nih.

Tanpa berkata apapun lagi, Luna langsung naik ke motornya Daksa. Tenang saja, Daksa sudah men-standard motornya, jadi Luna dengan mudah bisa naik.

Suara riuh menemani perjalanan dua remaja itu menuju sekolah.

Daksa yang merasa perjalanan mereka sangat hening, mulai membuka suara.

DAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang