DAKSA | SATU

24 14 0
                                    

Senin pagi, merupakan hari yang sangat dibenci oleh sebagian pelajar juga pekerja. Tak terkecuali gadis dengan almet osis ini.

"Selamat pagi", sapaan yang entah sudah keberapa kali ia lontarkan pagi ini.

Gadis itu, Laluna Prameswari. Anggota osis yang baru sebulan lalu di lantik. Ia hari ini kedapatan untuk piket didepan gerbang bersama dengan teman osis lainnya.

"Yang semangat dong Lun, lumayan pagi-pagi cuci mata liat cogan", ujar Namira temannya.

"Iya ini semangat", Luna memaksakan senyumnya.

Hari ini merupakan pertama Kali ia piket didepan gerbang, menyapa, tersenyum pada setiap murid yang melewati gerbang itu.

"Lun, biar Namira sama Lili aja yang jaga gerbang, mending lo sekarang ke kelas-kelas nyuruh murid yang lain buat upacara."

"Upacara udah mau dimulai soalnya", suruh Reyza, sang ketua osis.

"Oke kak", Luna pun bergegas memeriksa kesetiap kelas.

[ D A K S A ]

"Bos kayaknya gerbang depan udah ditutup", ucap cowok yang di dada kanannya tertulis nama Rajif Herlangga.

"Halah biasanya juga kita lewat gerbang samping", balas cowok lainnya yang ber name tag Redito Dirham.

"Bacot lo pada, mending sekarang buruan login", cowok yang dipanggil Daksa itu mulai memiringkan handphone-nya, dengan jari yang mengapit rokok.

"Bos istigpar bos, bapak lo tau, ngamuk nanti", cowok lain yang sedang mengupasi kulit kacang itu ikut nimbrung.

Sedangkan satu-satunya cowok yang daritadi tidak bergeming disana, mengecek jam tangan di tangan kirinya.

"15 menit lagi, upacara selesai."

"Ayok cabut", ajaknya sambil meraih tasnya.

"Ck, ganggu lo anjir", gerutu Daksa, tapi tak urung dia mulai bangun dari duduknya.

"Giliran sama si Satya, nurut lo", omel Rajif.

Ke lima remaja itu, mulai berdiri dan bersiap-siap akan pergi.

"Mami, anak-anakmu mau sekolah dulu, jajan yang tadi utang dulu yah."

Wanita yang dipanggil "Mami" itu menghela nafas.

"Wawan, nama lu udah penuh dibuku hutang ini, kalau kagak dibayar juga, gue laporin bapak lu", ancamnya.

"Ah elah si Mami, nama saya Awan lah, bukan Wawan."

"Gegayaan lu, nama Kurniawan yah dimana-mana dipanggilnya Wawan."

Satya yang melihat temannya yang bernama Kurniawan, atau kita panggil saja Awan, akan membuka mulutnya lagi, ia pun menyeret temannya.

"Bye Mami, kita mau sekull dulu, biar jadi anak pintar", pamit Daksa.

"Iye, belajar yang bener lu pada, jan sampe belum istirahat udah pada kesini lagi."

[ D A K S A ]

"Kelas yang itu udah, yang itu juga udah."

"Ok, berarti udah semua."

Luna tampak melihat jam yang melingkar manis ditangan kirinya.

"15 menit lagi upacara selesai, kayaknya udah gak ada yang dikelas deh."

"Mending balik ke lapangan."

Ketika ia berjalan kembali menyusuri lorong menuju lapangan upacara, Luna melewati tembok belakang sekolah, mengingat posisi kelas yang ia periksa terakhir tadi berada di pojok gedung.

"Apaan tuh grasak-grusuk?"

Dengan rasa penasaran yang amat tinggi, Luna pun mulai berjalan menuju tembok belakang sekolah.

Luna menatap ke sekeliling, sepi. Tapi telinganya mendengar beberapa ocehan. Luna jadi merinding sendiri, teringat cerita horror yang senior osisnya sampaikan pada dia dan junior osis lainya, saat rapat kemarin.

"Tapi masa iya, ada hantu pagi-pagi begini."

Mengesampingkan rasa penasarannya, Luna berniat untuk pergi dari halaman belakang sekolahnya yang terkenal angker itu. Dia tidak seberani itu untuk mencari tahu, apa yang ia dengarkan tadi.

Bruk

Baru selangkah kakinya berjalan, sesosok manusia berseragam sama dengannya jatuh dengan tidak aesthetic dari atas langit.

"Aaaaaa setannnnn."

Luna berniat lari, sebelum kakinya ditarik oleh orang yang jatuh tadi.

"Tolong jangan makan aku, tubuh aku pahit rasanya", ucap Luna dengan badan gemetar.

"Setan, setan. Elu yang setan", manusia yang ternyata berjenis kelamin laki laki itu, melepaskan tangannya pada Luna.

Luna berbalik badan, didepannya sudah ada lima cowok yang menatapnya.

"K-kalian siapa?"

"Wah dia enggak kenal kita boss", ucap salah satu dari mereka.

"Anak osis ternyata", balas yang lainnya.

Seakan tersadar, Luna membulatkan matanya.

"Kalian mau bolos?"

"Bolos gimana, orang kita baru aja datang, jangan fitnah neng", balas cowok yang mukanya agak tengil.

"Berarti kalian telat dong."

"Ayok ikut, biar aku laporin ke ketua osis", Luna menarik tangan salah satu dari mereka.

Tangan cewek itu ditepis dengan kasar.

"Laporin aja kalau berani, nanti lo yang gue jadiin setan penghuni sekolah ini." Ancamnya.

"Hidup lo nggak bakalan tenang di sekolah ini", cowok itu memindai cewek didepannya ini sebentar.

"Kayaknya lo anak baru, ingat baik-baik muka gue."

"Kalau sampai kita dipanggil, hidup lo disekolah ini nggak bakalan tenang", ucapnya final, seraya meninggalkan Luna yang berdiri mematung usai mendengar ancamannya.

"Dia setan beneran ternyata."

DAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang