DAKSA | SEPULUH

18 6 3
                                    

Jam pulang masih setengah jam-an lagi, tapi kelima pentolan 'Prabu' ini sudah berada di 'Warmi' dari sejak jam pelajaran terakhir dimulai, iya mereka berlima membolos.

Termasuk Satya, yang biasanya paling rajin jadi ikutan membolos, bosan katanya belajar mulu.

"Widih, sejak kapan lo makan cilok bos?"

Rajif terheran-heran ketika melihat Daksa yang mengeluarkan satu bungkus cilok dari dalam tasnya.

"Lah iya njir, bos bapak lo kagak bangkrut kan?"

Awan bertanya dengan muka panik, bisa gawat kalau Daksa bangkrut, ia jadi kehilangan ATM berjalannya nanti.

Kalau Daksa miskin, siapa yang bakalan nafkahin dia dan anak-anak 'Prabu' lainnya.

Daksa dengan cepat menimpuk kepala Awan dengan tasnya.

Namun dengan cepat juga Awan menghindar.

"Untung yang lo lempar tas lo sendiri, kalau tasnya si Satya kan bisa benjol kepala gue."

Awan menyengir, saat Daksa memelototinya. Temannya ini kok hobi sekali sih melotot, nanti kalau matanya keluar kan seram jadinya.

"Cilok darimana?" Tanya Satya.

"Apa?" Daksa menaikan alisnya.

"Itu cilok, darimana?"

"Oh jadi ini namanya cilok", Daksa manggut-manggut.

"Wah Alhamdulillah, berarti si boss masih jadi orang kaya", Awan mengusap kedua tangannya pada mukanya.

Daksa memang tidak pernah suka yang namanya jajan-jajan kayak cilok gituan. Jadi mana tahu dia nama jajanan kayak ginian.

"Ini dari si Luna."

Ke-empat temannya terdiam, begitu juga beberapa anak-anak 'Prabu' yang ada di 'Warmi' yang juga ikutan membolos seperti mereka.

"Kenapa lo pada?" Tanya Daksa sambil membuka bungkusan ciloknya.

"Tumben lo terima pemberian cewek", Satya yang pertama kali merespon.

"Iya anjir, biasanya yang ambil makanan dari fans lo kan gue yah, atau nggak si Rajif noh. Kok tumben lo ngambil bos?"

"Ini gue yang nyuruh dia beliin."

"Makin speechless gue", Rajif menggelengkan kepalanya, tak menyangka.

"Apakah akan tumbuh benih-benih cinta?" Dito ikut menyahut.

Daksa tak menyahut, ia mulai mencoba makanan berbumbu kacang ini. Penasaran juga gimana rasanya.

"Bos, cara makannya enggak gitu."

Awan mengambil cilok ditangan Daksa, lalu mengikat kembali plastik yang sudah Daksa buka.

Awan kemudian menyobek ujung plastik sedikit, lalu memberikan cilok itu pada Daksa lagi.

"Ini makannya gimana, Kalau lo ikat lagi plastiknya anjing?"

"Ini tinggal makan diujung plastik yang udah gue sobek nih", tunjuk Awan pada Daksa.

Tanpa menunggu lagi, Daksa langsung menggigit cilok dari sobekan plastik itu. Sudah terlanjur penasaran ia dengan rasa makanan itu.

Sementara Daksa masih mengunyah makanan itu, ke-empat temannya menunggu reaksi apa kira-kira yang akan Daksa berikan pada makanan itu.

Maklum saja mereka semua tahu, kalau ini kali pertama Daksa makan makanan ini. Maklum orang kaya.

Daksa melebarkan matanya. Sial, kok rasa makanan ini enak sekali.

DAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang