DAKSA | ENAM BELAS

0 0 0
                                    

"Gue harap, semuanya bisa bekerja sama dengan baik yah."

Kalimat itu menjadi kalimat penutup pada rapat osis sore hari ini.

Luna yang mendengar suara dari Reyza itu akhirnya bisa bernafas lega.

Ini sudah hampir jam empat sore, dan ia masih di sekolah. Bisa-bisa ia terlambat lagi untuk bekerja nanti.

Setelah berpamitan dengan beberapa senior osisnya, ia mulai berjalan kearah gerbang depan. Ngomong-ngomong tentang Namira, temannya itu ijin tidak ikut rapat, karena ibu-nya sedang sakit.

Ia duduk di halte, menunggu bus ataupun angkot yang akan membawa ia menuju tempat kerjanya. Karena kalau pulang ke rumah, takutnya makin telat.

Kalau dipikir-pikir, setelah dekat dengan Daksa, ralat, setelah menjadi babu-nya Daksa, ia jadi jarang bahkan tak pernah lagi menaiki bus ataupun angkutan umum.

Bahkan ketika ia rapat osis seperti sekarang pun, biasanya kalau tidak bareng Namira, pasti Daksa yang akan mengantarnya.

Tapi sekarang, Daksa tak tampak lubang hidungnya pun. Sedang asik men-scroll room chat-nya dengan Daksa, suara klakson motor membuat ia sedikit terkejut.

Tin.....

Motor itu berhenti, lalu pengendaranya membuka helm-nya. Ternyata itu adalah Reyza, ketua osis SMA Bhumika.

"Lo nunggu siapa Lun?"

Luna mengalihkan pandanganya dari ponselnya, lalu melihat kearah Reyza.

"Lagi nunggu bus kak", Luna bingung ia kan duduk di halte bus. Pastinya nunggu bus nggak sih?

"Enggak bareng kak Daksa?"

Reyza bertanya demikian karena ia tahu bahwa akhir-akhir ini Daksa dan Luna sering terlihat bersama.

"Enggak kak."

"Yaudah kalau gitu, bareng gue aja."

Luna reflek menggelengkan kepalanya. Isyarat menolak yah bukan lagi dangdutan.

"Enggak usah kak, bentar lagi busnya datang kok."

Luna tentu segan dengan ajakan Reyza itu. Mereka walaupun saling mengenal kan belum sedekat itu. Luna takut kalau ada yang melihatnya malah terjadi gosip baru lagi. Kayak sama Daksa pas awal-awal itu.

"Udah jam segini Lun, setahu gue busnya datang jam lima-an nanti."

"Mending gue anter sekarang."

Luna terlihat sedang berpikir, benar juga kata Reyza, bus-nya jam lima nanti batu datang. Sedangkan ia harus sesegera mungkin ke toko bunga, untuk bekerja.

Mau tidak mau, luna akhirnya mengangguk. Mengiyakan ajakan Reyza tersebut.

Seseorang cowok yang daritadi duduk diatas motornya, tersenyum miris melihat kepergian Reyza dan Luna.

Dia Daksa, daritadi sudah menunggu Luna di 'warmi', tapi ketika ia akan menemui Luna. Daksa melihat motor yang ia hafal milik Reyza berhenti didepan Luna.

Daksa kembali melajukan motornya dengan kecepatan penuh, menuju belakang sekolah. Kembali ke 'warmi'.

[ D A K S A ]

Suasana 'warmi' seperti biasa terlihat ramai. Ditambah lagi Dito sang pangeran buaya-nya 'prabu' sedang melakukan live tiktok sekarang.

(Kak Dito udah punya pacar nggak?)

Dito terlihat membaca satu persatu komen dikolom live itu.

"Gue belom punya pacar yah guys."

(Type cewek kak Dito itu gimana?)

"Gue bukan orang yang pemilih gitu sih. Sedikasihnya aja."

(Kayaknya kak Dito udah punya pacar deh, masa orang ganteng kayak gini nggak punya pacar sih)

"Seriusan guys, gue enggak punya pacar. Gue masih mau fokus ke sekolah dulu sekarang."

Bugh

Lemparan tas yang tak ada isinya itu mendarat dengan sempurna dikepala Dito. Pelakunya adala Awan. Ia sudah tidak tahan daritadi.

"Semua yang keluar dari mulut lo, kayaknya hoax semua."

"Astaghfirullah, yang kayak gini jangan di contoh yah guys."

"Gue sebagai cowok lemah lembut disini, merasa sakit hati yah."

"Nyenyenye", cibir Awan.

Awan pun melihat kearah ponsel Dito.

"Anjir, banyak amat yang ngasih lo gift."

"Biasa orang ganteng gini", jawab Dito sambil membetulkan rambutnya.

"Muka kek monyet gitu bangga amat", Rajif menimpali. Ia masih kesal yah perkara Dito menipunya kemarin.

"Rajif sayang, jangan kasar-kasar gitu ngomongnya."

"Buset Dit, target pasar lo ganti ke yang batangan kah?" Awan speechless saudara-saudara.

"Gue jadi playboy tuh pengalihan isu aja, sebenarnya yang gue suka itu Rajif", Ucap Dito setelah mematikan fitur live-nya.

Rajif menggeplak muka genit Dito.

"Ini babi, kalau dijadiin tumbal proyek, setan-nya aja nolak kali yah."

Anak-anak 'prabu' yang mendengar itu tertawa kencang.

Namun tak lama, karena kedatangan Daksa dengan muka masamnya.

"Akhir-akhir ini gue lihat muka lo, masam mulu", Satya yang daritadi diam, akhirnya angkat suara.

"Lo ada masalah?"

Daksa menggeleng, lalu menghampiri Dito.

"Dit."

"Napa boss?"

"Ajarin gue cara ampuh biar kagak ditolak cewek."

Dito diam, Daksa diam, semua yang ada disitu diam. Bahkan yang baca-pun diam.

DAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang