DAKSA | TIGA

13 9 0
                                    

Bugh....

"Mau sampai kapan, buat ayah malu?"

Bugh....

"Kalau nggak bisa bikin Ayah bangga, setidaknya jangan buat Ayah malu."

Pria yang memukul remaja laki-laki didepannya ini mengambil nafas.

"Pulang."

"Kita lanjutin di rumah", titah pria itu.

Remaja laki-laki yang sedari tadi tak menampilkan ekspresi apapun itu, mengikuti pria yang menyebut dirinya ayah tadi, masuk kedalam mobil.

[ D A K S A ]

"Ya Allah, le mukamu kenapa?" Wanita yang menyambut kedatangan suami dan anaknya depan pintu itu meringis melihat banyaknya lebam diwajah anaknya.

"Daksa, masuk."

Biantara Jayastu Wardhana, pria yang merupakan ayah kandung dari Raden Daksa Wardhana itu, masuk kerumahnya dengan wajah datar.

Wanita tadi, berusaha mendekati Daksa. Berniat untuk mengobati Luka yang ada diwajah Daksa.

Tapi belum juga tangannya menyentuh wajah Daksa. Tangannya terhempas begitu saja, karena tepisan Daksa.

"DAKSA."

Bian, berniat untuk kembali melayangkan tangannya pada anaknya itu, tapi dengan cepat wanita tadi menahan tangannya.

"Mas udah, mas."

"Daksa, Ayah sekolahin kamu itu buat belajar, bukan untuk tawuran tidak jelas seperti tadi."

"Dan apa-apaan itu, selain selalu membuat Ayah malu, ternyata kamu tidak punya etika sama sekali."

"Dia bunda kamu...."

"Bukan", jawab Daksa tegas.

Bian menghembuskan nafas lelah.

"Kapan kamu berubah nak? Kamu udah kelas dua belas, bentar lagi selesai sekolahmu."

"Seharusnya kamu contoh adekmu", pria itu menatap Daksa yang sudah mulai menaiki tangga menuju kamarnya dilantai dua.

Bian memijat pelipisnya pelan, ia baru saja pulang dari kantor tadi, tiba-tiba mendapatkan telfon dari kepolisian yang mengabarkan bahwa anak sulungya ini terlibat tawuran.

"Maafin Daksa, yah", pintanya pada istrinya.

"Iya mas."

[ D A K S A ]

"Gimana Lun, lo tadi ke kelasnya kak Daksa?"

Luna mengaduk es jeruknya pelan.

"Belom Mir, dari kemarin aku ke kelasnya, kata teman-teman kak Daksa, dia udah nggak masuk empat hari", jelas Luna.

"Waduh, kalau nggak masuk hari ini, berarti minggu ini dia nggak ke sekolah sama sekali dong."

Setelah insiden Luna dan Namira melihat Daksa yang ikutan tawuran minggu kemarin, terhitung sudah empat hari Luna bolak-balik ke kelas Daksa.

Namira yang memberi tahu letak kelas Daksa. Mau tak mau Luna yang punya tugas untuk meminta Daksa menjadi model untuk Salah satu proker osis merekapun, harus berhasil membujuk Daksa.

"Lagian kenapa harus kak Daksa sih Mir?" Tanya Luna melas.

"Karena dia ganteng, hehehe."

"Mungkin juga, Pak Harto kan udah setuju kalau Daksa yang jadi modelnya. Itung-itung biar tuh anak ada kontribusi baiknya buat sekolah."

Suara riuh dari arah pintu masuk kantin, mengalihkan pembicaraan dua cewek itu.

"Anjir, itu kak Daksa?"

"Padahal kak Daksa nggak masuk 4 hari doang, kok bisa makin cakep sih?!"

"Kak Daksa ganteng bangett."

"Kak Daksa jadi pacarku please."

"Kak Satya nggak kalah ganteng juga sama kak Daksa."

"Rajif punya gue woy."

"Dito kalau enggak betingkah ganteng juga."

"Mukanya si Wawan kok tengil banget!"

"Kenapa pas gue kagak dipuji juga woy?!" Protes cowok yang disebut Wawan itu.

"Nama gue Awan lah, bukan Wawan!"

Suara riuh kantin menyambut kedatangan lima orang remaja itu.

"Tumben-tumbenan mereka ke kantin ini", bisik Namira.

"Emang mereka biasanya dimana?" Tanya Luna ikut berbisik juga, ia jarang ke kantin, mana tahu dia kalau lima cowok itu sering ke kantin atau tidak.

"Kok kita jadi bisik-bisik sih?!"

"Biasanya mereka tuh anak-anak Prabu di 'Warmi' tahu."

"Prabu? Warmi? Itu apa?" Luna menggaruk pipinya, kebiasaannya kalau bingung.

"Haduh, punya teman kudet bet dah."

"Prabu itu kepanjangan dari 'Prajurit Bhumika', itu semacam perkumpulan anak-anak biang onar di sekolah ini."

"Kalau 'Warmi' kepanjangan dari 'Warung Mami' itu semacam basecamp anak-anak Prabu, lokasinya ada dibelakang sekolah", jelas Namira.

"Kok aku baru tahu sih?"

"Makanya bergaul neng", ejek Namira.

Namira Saraswati, belum genap satu semester ia masuk ke sekolah ini, ia sudah menjadi salah satu dari admin account gosip khusus SMA Bhumika. Jangan heran kalau cewek ini bisa tahu semua gosip-gosip update di sekolah ini.

"Jadi yang kemarin kita lihat tawuran itu, anak-anak Prabu?"

"Bisa jadi."

Luna terdiam sebentar, wajah kelima pemuda itu tampak tak asing. Bukan, bukan karena ia melihat mereka pas tawuran kemarin. Ia rasa sebelum itu dia sudah pernah bertemu dengan mereka.

Luna membulatkan matanya.

"Mir, kayaknya umurku udah enggak lama lagi."

DAKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang