1. Perkenalan Pertama

212 14 0
                                    

Tok... tok... tok...

" adek. Dek? "

" adek? " panggil Ridho sekali lagi, abang ku yang memang tinggal bersama ku di sini.

" ya bang? " ujar ku seraya membukakan pintu kamar ku dan memandang dirinya yang berdiri di depan kamar ku.

" kenapa bang? " tanya ku lagi membukakan pintu cukup lebar untuk dirinya.

" temen - temen abang datang tuh. Abang mau keluar sebentar beli cemilan dulu. Mau titip gak kamu? " tanya Ridho mengusap puncak kepala ku dengan sayang.

" enggak deh. Aku bikinin minum dulu buat temen abang. " ucap ku.

" ngerepotin kamu gak? Kalau ngerepotin biar nanti abang beli aja di luar. Minta bibi nyiapin sebelum bibi pulang. " tanya Ridho sekali lagi yang membuat ku menggeleng pelan.

Pasalnya memang bibi Ina yang sudah lama bekerja di rumah ini tak menginap di rumah. Beliau pasti akan datang setiap pagi dan pulang di sore hari menjelang malam.

Sehingga aku dan Ridho memang hanya berdua jika sudah malam hari karena mama sedang menemani papa ke Singapura untuk meeting di anak cabang kantor papa. Apalagi aku hanya dua bersaudara dengan Ridho saja sehingga selama mama menemani papa, otomatis aku hanya di temani oleh dirinya di rumah.

" enggak kok bang. Gak ngerepotin kok. Bang justin sama bang Rafa ya? " tanya ku.

" iya. Sama temen mas satu lagi. Dia baru balik dari Belanda. " jawab Ridho sembari mengangguk.

" wih temen abang bule lagi? " tanya ku terkekeh pelan.

Pasalnya aku tahu, teman karib Ridho yang bernama Justin dan Rafa adalah dua manusia dengan darah campuran. Walau pun mereka sudah lama tinggal di Indonesia dan sangat lancar berbahasa indonesia, tapi tetap saja tak merubah wajah mereka yang cukup terlihat seperti bule pada umumnya.

Bahkan Ridho, Justin dan Rafa adalah tiga manusia yang memang bekerja di kantor papa yang ada di sini dan menduduki jabatan yang cukup penting di kantor papa. Sehingga aku memang cukup sering bertemu dengan dua makhluk yang bernama Justin dan Rafa ini.

" gak juga sih. Seperempatnya lah ya. Setahu abang, neneknya emang orang Belanda. Kenalan gih sana. Belum kenal kan kamu. " jawab Ridho ikut terkekeh sembari mengajak ku ke ruang tengah untuk berkenalan dengan salah satu temannya itu. Dana ku pun sama sekali tak berniat menolak ajakan Ridho ini.

*****

" Nath, kenalin. Adik ku. Laura. " ucap Ridho.

Dirinya pun memperkenal kan ku pada sesosok pria yang terlihat diam dan sibuk dengan handphonenya saat Rafa dan Justin mulai ribut berebut remote televisi yang ada di depan mereka bertiga. Ucapan Ridho ini pun memutus kesibukan pria itu dan langsung menatap ku lekat. Sedangkan ke dua temannya yang sudah lama mengenal ku pun sama sekali tak menggubris keberadaan ku.

" bang. Temen mu yang dua ini boleh ku usir gak? " tanya ku memandang malas pada dua sosok di hadapan ku yang langsung duduk diam begitu aku berucap.

" sorry sorry. "

" santai Lau. Peace. Damai kita. "

Bergantian Justin dan Rafa bicara pada ku dan langsung duduk manis dan diam di sofa. Membuat sosok asing yang duduk di dekat nya pun tersenyum dengan satu sudut bibirnya yang terangkat saat teguran ku berhasil membuat ke dua temannya itu diam. Sedikit membuat ku terpesona dengan senyum nya yang khas.

" katanya temen abang bule lagi? " ujar ku memandang Ridho dengan tatapan bertanya.

Pasalnya, pria yang di panggil Nath barusan oleh abang ku itu sama sekali tak mencerminkan wajah warga - warga asing. Justru dirinya terlihat seperti mas - mas jawa yang kalem dan berwibawa.

Kecuali memang jika di lihat sekilas aku dapat menangkap sedikit garis wajah bule di wajahnya. Dengan kumis tipis dan jengot. Serta wajah yang teduh. Cukup meyakinkan ku jika dia adalah pria baik dan bekharisma. Tak seperti ke dua teman Ridho yang bernama Justin dan Rafa ini.

" kenapa dek? Neneknya emang dari Belanda kok. Tapi kakeknya memang orang Semarang. " jawab Ridho.

" Aku lebih percaya mas bilang temen mas ini orang jawa. Wajah temen abang lebih kayak mas mas jawa. Teduh. Lau suka sama mas nya. " sahut ku enteng.

Nathan has beautifull hazel eyes, dengan wajah yang di pandu sempurna. Kombinasi yang benar - benar pas. Alis matanya, hidung juga bibirnya yang begitu indah di wajahnya. Dan jangan lupakan kumis dan janggut nya yang menghiasi wajahnya. Benar - benar membuat dirinya terlihat mature di usianya saat ini yang ku tebak tak jauh berbeda dari Ridho, Justin atau pun Rafa.

Dan sahutan ku barusan membuat baik itu Ridho, abang ku sendiri, Rafa dan Justin langsung memandang ku kaget. Mereka tahu jika aku memang gadis yang cukup ceplas ceplos. Tapi mereka tak menyangka jika aku akan segampang itu mengatakan hal barusan. Bahkan di depan orangnya langsung.

" wow. Aku lama berteman dengan Ridho dan Lau tahu itu. Tapi sekali pun dia tak pernah bicara seperti ini. " ucap Justin tak menyangka.

" menyala adek ku. " gumam Rafa seraya bertepuk tangan pelan.

Sedangkan Pria yang sedari tadi terus memandang ku dengan ke dua mata indahnya itu pun tetap diam dengan ke dua sudut bibirnya yang sedikit naik melengkung. Apalagi dengan keberanian ucapan ku barusan pada dirinya.

*****

" hai. Aku panggil Mas aja ya? Lebih cocok kayaknya kalau di panggil mas daripada di panggil abang. Aku Laura. Adek nya abang Idho. " ujar ku sembari tersenyum memandang pria itu dan membalas tatapan teduhnya yang memang sedari tadi tak lepas dari diri ku.

" hi. I'm Nathan. " sapanya balas menyahut ucapan ku barusan.

" Nathan? Mas Nathan. Aku panggil mas Nathan aja ya? Gak papa kan? " tanya ku pada dirinya dan tanpa ragu, pria yang bernama Nathan itu pun mengangguk pelan.

" sure. Senyaman kamu aja. " jawab nya dengan bahasa Indonesia nya yang terdengar fasih dan lancar. Masih dengan senyum yang bersarang di wajahnya.

" can i call you, Lau? Pretty name. Same you. " tambahnya lagi dan berhasil membuat merasa perut ku di remas.

Sama sekali tak menyakitkan. Namun justru terasa senang dan membuat ku tak bisa menahan senyum ku. Membuat ku menganguk, menjawab pertanyaan Nathan ini. Dan tentu saja pembicaraan ku dan Nathan ini langsung membuat Justin dan Rafa meradang.

" kok aku gak di panggil mas? Kenapa di panggil abang? " Ucap Rafa protes.

" aku juga? Padahal kan mas lucu ya? Mas Justin. Aku mau di panggil mas juga Lau. " ujar Justin yang ikut tak terima dengan panggilan ku pada temannya.

Dan protes ke dua laki laki ini dan berhasil membuat ku memutar ke dua bola mata ku dengan malas. Ke dua biang rusuh ini memang seharusnya tak di satukan seperti ini. Atau hanya akan membuat ku sakit kepala.

" gak pantes. Gak cocok buat duo rusuh kayak kalian kalau di panggil mas. " jawab ku datar kembali sadar akan adanya dua makhluk biang rusuh dan kali ini berhasil membuat Ridho tertawa pelan.

Karena melihat ku berhasil membuat ke dua temannya itu mati kutu. Apalagi memang sejak dulu, mereka berdua selalu saja mengalah jika berdebat dengan ku. Apalagi karena Rafa yang seorang anak tunggal dan Justin yang hanya memiliki saudara laki - laki. Membuat mereka berdua benar - benar tak bisa menolak atau berdebat dengan ku.

" ck. Laura pilih kasih. "

" Aku kecewa sama Laura. "

ucap mereka berdua dengan mimik wajah yang mengesalkan. Dan membuat ku ingin sekali melempar mereka berdua keluar dari rumah ini sekarang. Benar - benar duo rusuh yang menguras emosi ku.

" Diem deh kata ku. Mau beneran aku usir keluar ya? " ujar ku yang berhasil membuat mereka berdua tertawa seraya mengangkat dua jari mereka membentuk huruf V di hadapan ku.

*****

Pesona Pria Introvert (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang