Extra Part (1)

31 6 0
                                    

Tok... tok... tok...

" adek? Ini abang. "

" masuk bang. Kamar nya gak Lau kunci. " ujar ku dari dalam kamar.

Dan begitu aku berucap demikian, ku lihat pintu kamar hotel yang di pesan ini pun terbuka pelan. Dan ku lihat Ridho sudah rapi dengan jas hitam, celana panjang hitam dan kemeja putihnya yang melekat pas di tubuh jangkung abang laki - laki ku ini.

" cantik banget adek nya abang hari ini. " puji Ridho pada ku yang tengah menatapnya balik dari pantulan cermin di hadapan ku.

" jadi biasanya Lau gak cantik bang? " tanya ku seraya tersenyum memandang Ridho yang terus saja memandang ku.

" cantik. Tentu saja cantik. Kapan pun adeknya abang selalu cantik di mata abang. " puji Ridho yang berhasil menerbitkan senyum lebar di wajah ku.

" makasih ya bang. "  ucap ku tulus pada laki - laki yang selalu mengusahakan kebahagiaan ku selama ini bersama dengan papa.

" abang mau nangis. " ucap Ridho serak. 

Dan dapat ku lihat ke dua mata Ridho yang berkaca - kaca sekarang menatap ku dalam. Membuat ku menoleh ke arahnya dan balas memandangnya lekat.

" mau peluk abang. " balas ku dan tanpa menunggu waktu yang lama, Ridho pun melangkahkan kaki jenjangnya ke arah ku dan memeluk ku dari belakang.

" habis ini bahagia nya harus makin banyak dek ya? Kan yang bahagiain adek sekarang cuma bukan abang sama papa juga. " ujar Ridho dengan suara seraknya. 

Bisa ku rasakan jika salah satu pria yang ku miliki ini begitu emosional sekarang. Dan aku tahu benar dirinya menahan tangis saat ini.

" abang jangan nangis ih. Aku nya mau nangis juga. " ucap ku sedikit bergetar. 

Aku juga mulai merasa emosional tak kala melihat bagaimana sikap abang ku ini. Selama ini bisa ku bilang aku memang sering sekali menghabiskan hidup ku bersama abang. Apalagi mengingat ke dua orang tua ku yang sibuk bekerja. Sehingga membuat aku dan Ridho begitu dekat sampai saat ini.

*****

" Sekarang malah abang di tinggal sama kamu. Gak nyangka abang, kamu duluan dek ya? Abang gak pernah berfikir akan ada di posisi ini. Lihat kamu secantik ini dan ngelepas kamu dek. " ucap Ridho mengusap lembut punggung ku dengan hati - hati.

" Abang ih. Jangan bikin aku nangis. " ujar ku dan membuat Ridho tertawa pelan.

" Hari ini, hari bahagianya adek. Abang cuma berdoa semoga setelah ini adek nya abang selalu di limpahkan kebahagian selalu di mana pun kamu berada. Karena sekarang kamu punya abang, punya papa, dan punya suami kamu sekarang. Abang cuma mau bilang sama kamu dek, Sejak kamu lahir dan jadi adek abang, bahkan sampai saat ini. Kamu lulus kuliah dan bikin abang bangga, kamu menikah dengan pria pilihan kamu hari ini. Kamu adalah adek abang yang paling berharga. Kamu adalah adek yang abang banggakan, adek yang selalu abang harapkan kebahagiaannya. " ucap Ridho panjang lebar. Terharu di hari ini dengan kebahagiaannya yang melihat ku bergaun putih seperti ini. 

Ya. Suami.

Hari ini aku akan menikah. Mendahului abang ku, Rizky Ridho Ramadhani. Di tambah lagi hari ini adalah hari bahagia ku. Membuat aku dan Ridho kini saling berbicara dari hati ke hati.

Tepat setengah jam yang lalu, suami ku melakukan Ijab kabul dan berjabat tangan dengan papa sebagai wali yang menikahkan ku. Dengan saksi - saksi ke dua pihak mempelai yang langsung mengucapkan kata sah saat sosok pria yang kini sudah berstatus sebagai suami ku selesai mengucapkan kalimat ijab kabul untuk kali pertama dalam satu tarikan nafas.

 " bang. " gumam ku lirih. Tak tahu harus bicara seperti apa lagi pada dirinya.

" Terima kasih ya dek, karena sudah selalu menjadi adek abang yang luar biasa. Abang sama sekali tak pernah menyesal punya adek seperti kamu, Lau. " tutup Ridho seraya mengecup puncak kepala ku perlahan dan membuat ku menutup ke dua mata ku. Meresapi semua ucapan pria yang ada di dekat ku ini.

" Lau juga berterima kasih ya sama bang. Lau tahu selama ini abang selalu mengusahakan kebahagiaan Lau. Mengusahakan apa pun untuk Lau selama ini. Lau tahu Lau bahkan gak mungkin bisa balas semuanya sama abang. " ucap ku menatap dalam Ridho.

" jangan nangis dek. Make up nya nanti luntur. " ucap Ridho tersenyum seraya mengusap lembut sudut mata ku yang semenjak tadi berkaca - kaca.

" Lau gak nyangka akan ada di posisi ini bang. " sahut ku balas tersenyum pada dirinya.

" abang juga. Abang pernah berfikir akan melihat kamu menikah, tapi abang enggak menyangka kalau abang akan melihatnya sekarang. " jawab Ridho tertawa pelan sedikit terharu.

" abang anterin Lau ya? Ke pelaminan? Sama papa. " pinta ku dengan sangat. Karena aku menginginkan saudara ku satu - satunya ini ikut mengantar ku pada pria pilihan ku hari ini.

" Iya. Nanti abang akan akan kamu sama papa ke pelaminan sama papa. " ucap Ridho mengangguk. Mengiyakan permintaan ku ini.

*****

Kini ku lihat pintu di hadapan ku berdiri kini mulai terbuka dan terbentang lebar. Ku lihat karpet putih pun terbentang di hadapan ku saat ini. Sedikit ku lirik papa yang kini berdiri tegap di samping ku. Membuat ku tanpa sadar tersenyum tipis kali ini.

" Adek, papa antar sekarang ya? " ucap papa lembut pada ku dan membuat ku mengangguk pelan. Aku pun menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan.

Aku bersama papa pun mulai berjalan pelan. Menatap Ridho yang berdiri di tengah jalan yang akan aku lewati bersama papa. Karena memang rencananya papa akan mengantar ku hingga Ridho berdiri dan akan di lanjutkan oleh Ridho yang akan mengantarkan ku menuju pria yang ku pilih untuk menjadi suami ku ini.

" papa gak nyangka ya dek, sekarang papa nganterin adek ke pelaminan bareng Ridho. " ucap Papa pelan namun masih bisa ku dengar. Dengan langkah tegap namun pelan. Seraya mengimbangi jalan ku dengan gaun putih yang panjang ini.

" Lau juga nggak nyangka akan duluan menikah di banding abang. Makasih ya pa. Sudah mengusahakan kebahagiaan Lau selama ini bareng mama sama abang. " ujar ku dan di balas dengan anggukkan kepala oleh papa.

" bahagia terus ya nak. " ucap papa melirik sedikit ke arah ku.

Sembari beliau terus berdoa agar aku semakin bahagia sekarang hingga nanti seraya berjalan semakin mendekat ke arah Ridho yang berdiri tegap menunggu ku di tengah tengah karpet putih yang terbentang ini dengan setelan jas hitam yang melekat pas dan indah di tubuh nya.

" cantik banget adek abang. " puji Ridho tak kala aku bersama papa kini tepat di hadapan Ridho.

*****

Pesona Pria Introvert (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang