15. Kembali Bersama Nathan

71 11 8
                                    

Jadi di sini lah aku bersama Nathan sekarang.

Masih di teras belakang rumah ku, namun sudah dengan perasaan dan hubungan yang jauh lebih baik jika di banding kan dengan beberapa hari ke belakang. Setelah Nathan selesai dengan semua penjelasannya. Aku dan dirinya pun mulai mengobrol, sembari berbagi kabar tentang kehidupan kami berdua dalam beberapa minggu kebelakang.

" Mas bingung banget kamu diemin mas seperti kemarin Lau. Mau gak tahu salah mas di mana. Mas gak tahu salah mas apa sama kamu. Mas bingung kenapa kamu tiba - tiba menjauh dari mas. Bahkan menghidari mas. " ujar Nathan memberitahu ku. 

Dan ucapan Nathan ini membuat ku tersenyum tipis seraya mengusap pipi pria yang duduk di samping ku kini. Dengan garis rahang yang terlihat jelas dari sisi aku duduk saat ini.

" maaf ya mas. Aku malah jadinya nyusahin mas. Padahal mas gak salah. Aku yang terlalu kekanak - kanakan sama mas. " ucap ku menggeleng dan menyalahkan diri ku sendiri karena mendiamkan dan menghidari Nathan selama ini.

" Mas kangen banget sama kamu. " gumam Nathan pelan, namun berhasil membuat wajah ku memerah dan merona malu. Apalagi aku mendengar dengan jelas apa ucapan Nathan barusan.

" iya. Lau juga kangen sama mas. " jawab ku lirih setelah aku berhasil menormalkan detak jantung ku yang tadi berdetak lebih cepat.

Dan rupanya wajah memerah ku dan juga jantung ku yang berdetak lebih cepat ini di sadari oleh Nathan dan membuat dirinya tertawa karena diri ku. Kami berdua pun mulai kembali mengobrol tentang berbagai hal di antara kami berdua.

*****

" Udah baikan nih ceritanya? " Tanya Justin saat menemukan aku yang masuk ke dalam rumah bersama dengan Nathan.

" he he he. " jawab ku terkekeh. 

Aku sama sekali tak berniat untuk menjawab pertanyaan Justin ini. Toh aku tahu mereka semua pasti mengerti saat melihat aku berjalan berdua bersama Nathan saat ini.

" ha he ha he. Kamu begitu bikin kita bingung tau gak. " runtuk Rafa sembari geleng - geleng kepala.

" Kenapa gak cerita kalau kamu salah faham sama Melinda? " tanya Ridho pada ku. Dan membuat ku mengernyitkan dahi bingung.

" Kok abang tahu? " tanya ku balik bertanya pada dirinya.

" nih, anak satu cerita. " tunjuk Rafa kepada Justin. 

Namun dengan cepat, Rafa langsung tersenyum sumringah karena baru saja menerima sepiring pisang goreng dari bi Ina yang memang baru saja mengantar kan sepiring pisang goreng itu pada Rafa.

" ember banget mulut. " runtuk ku pada pria yang langsung di tunjuk oleh pria yang menyantap pisang goreng kesayangannya itu.

" ya maaf. Habis nya kamu aneh. Omongin dulu coba sama kami bertiga. Buat apa kamu punya kami bertiga kalau masalah kayak gitu aja di pendem sendiri? Apa gunanya ada aku, Rafa sama Ridho? Di fikir kita bertiga gak sakit hati kamu kemaren pulang - pulang tiba - tiba nangis begitu? " tegur Justin dan tanpa sadar membuat ku tersenyum lebar. Pasalnya di saat saat seperti ini, Justin sangat terlihat aura kakak laki - laki ku yang siap siaga menjaga ku.

" abang bertiga kan temannya mas Nathan. Lau yakin kalian gak bisa subjektif melihat masalah ini. Karena Lau dan Mas. Apalagi bang Ridho. Lau gak mau ngancurin pertemanan kalian berempat. " ujar ku duduk di samping Ridho dan Nathan yang memilih untuk duduk di dekat Rafa yang masih sibuk menyantap pisang goreng.

" mau abang sama yang lain bela kamu atau Nathan tapi tetap aja, abang sakit hati lihat kamu menangis kayak kemarin. Selama ini abang, mama sama papa sebisa mungkin jaga kamu, gak bikin kamu nangis. Enak banget kalau ada orang yang bikin kamu nangis kayak kemarin. " Tegur Ridho menoleh ke arah ku dan langsung membuat ku memeluk pria ku satu ini.

" makasih ya abang. Abang sama yang lain sesayang itu sama Lau. Apalagi bang Rafa sama bang Justin, padahal Lau bukan adek nya abang berdua. " ujar ku yang langsung membuat mereka berdua meradang.

" enak aja bilang kamu bukan adek kita. Siapa yang ngomong begitu? Kamu tuh adek abang. " Ujar Rafa tak terima di sela - sela kunyahannya pada pisang goreng.

" tahu tuh. Enak aja bilang kamu bukan adek abang. Abang tuh punya kakak satu punya adek satu, Ya kamu adek abang. " seru Justin ikut tak terima dengan ucapan ku ini.

" Tuh, abang mu ada banyak sekarang. Jadi kalau ada apa - apa, harus cerita ya? Gak boleh di pendam kayak kemaren. Abang khawatir sama kamu. " ujar Ridho mengusap punggung ku lembut dan membuat ku tersenyum.

" iya lah. Udah ada tiga abang, satu pacar. Awas aja sampe ada yang nyakitin kamu lagi. Urusannya sama kita berempat. " ujar Rafa.

" siapa pacarnya Lau? " tanya Justin pada Rafa dengan bingung dan membuat Rafa memutar ke dua bola matanya dengan malas karena pertanyaaan bodoh Justin ini.

" bego emang. Nih sebelah ku. " sahut Rafa seraya menepuk kepala Justin pelan. Dan membuat Justin mengaduh kesakitan.

" oh si bule mas mas jawa. " gumam Justin.

" ngaco. Orang Lau sama mas gak pacaran. " ucap ku cepat.

" lah, si bule. Sok sok an khawatir. Takut di cuekin kemaren kemaren. Di pacarin belum. " ujar Rafa memandang ke arah Nathan. Dan di ikuti oleh Ridho dan juga Justin yang memandang ke arah Nathan dengan pandangan penuh tanda tanya.

" belum saatnya. " gumam Nathan pelan namun masih terdengar oleh kami bertiga.

" Dih. "

" apaan banget bule jawa satu ini. "

Bergantian Justin dan Rafa menyindir Nathan yang terlihat sok keren di mata mereka berdua.

" ya udah, Aku pamit balik duluan ya? Ada yang mau aku cari. " ujar Nathan dan membuat kami berempat memandang dirinya.

" tumben Nath? " tanya Ridho.

" iya, ada yang mau aku cari. Jadi mumpung belum malam mau nyari - nyari. " jawab Nathan dan membuat kami berempat mengangguk.

" ya udah, Lau antar sampai depan. " ujar ku dan di angguki oleh mereka semua. Membuat aku juga Nathan berjalan beriringan menuju ke pintu rumah ku.

*****

Pesona Pria Introvert (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang