11. Bantuan Justin

50 9 0
                                    

" Lau. " panggil Justin.

Dirinya dengan mudah menemukan ku yang tengah duduk sendiri di gazebo belakang rumah ku. Meninggalkan Nathan bersama dengan Ridho, Rafa dan juga Justin di dalam. Sebelum Justin mendatangi ku saat ini.

" hm. " sahut ku malas.

" kamu sampai kapan begini? Sama abang? Sama Rafa? Sama Nathan? Menghindar dari masalah gak ada gunanya Lau. " tanya Justin langsung bertanya pada ku.

" sampai kapan apanya? " tanya ku berpura - pura. Namun tak ada gunanya di depan sosok pria bernama Justin Quincy Hubner ini.

" jangan pura - pura gak ngerti. Abang tahu kalau kamu ngerti apa maksud omongan abang ini. " ujar Justin menggeleng pelan.

" Lau memang gak ngerti. " ujar ku bersikeras.

" kamu gak ada yang mau di omongin dulu sama Nathan sekarang? " tanya Justin lagi. Mencoba tak membahas kebohongan ku barusan.

" Lau mesti ngomongin apa sama dia? Im fine. " sahut ku terkekeh sinis.

" fine mata picek. Udah berhari - hari ini kamu diemin Nathan. Menghindar dari dia. Bahkan di depan aku, Rafa dan Ridho. Kamu menganggap Nathan tak kasat mata di depan mu. Apa namanya kalau bukan menghindar. " ujar Justin gemas dengan kekeraskepalaan ku kali ini mengenai aku dan Nathan.

" enggak. Lau biasa aja. Sama aja kaya ke abang Justin atau abang Rafa. " sahut ku mencoba bersikap biasa saja.

" Lau. Di antara Rafa atau Nathan, abang yang paling lama kenal sama kamu. Dari kecil malah. Abang tahu kamu bohong. Kamu gak pinter bohong di depan abang sama Ridho. " Ujar Justin memandang tajam ke arah ku dan membuat ku menghela nafas panjang balas menatap dirinya.

" Lau gak papa. Lau di sini cuma gak mau Lau suka sama orang sendirian. Lau cuma membatasi sakit hati Lau. " ucap ku pelan dan membuat kening Justin berkerut.

" Maksud mu? " Ucap Justin bingung dengan ucapan ku barusan.

"Nathan. " jawab ku singkat.

" dengan Nathan? Kamu? membatasi? Kenapa harus di batasi? Suka sendirian? Sama Nathan? Lau? Are you kidding me? " tanya Justin beruntun dan memborbardir ku.

Pasalnya dirinya tahu benar bagaimana teman karibnya yang begitu introvert itu menyukai ku. Bahkan dirinya rela mengubah sikap dinginnya di depan ku. Hanya pada ku. Dan perubahan itu sangat di sadari oleh Justin, Rafa dan juga Ridho.

" Lau lihat mas Nath jalan berdua sama perempuan. Cantik. Mereka pelukan. Dan pegangan tangan. " jawab ku lirih namun masih terdengar oleh Justin. 

Akhirnya aku membongkar semua hal yang menjadi alasan ku menangis tempo hari dan mulai menjaga jarak juga menghindari Nathan. Dan setelah mendengar ucapan ku ini pun membuat Justin segera duduk di samping ku dan memandang ku lekat.

" Nathan? Sama perempuan? Kapan? Wait. Waktu kamu nangis? Waktu kamu pulang kampus dan kamu nangis? Iya? " tanya Justin lagi dan membuat ku mengangguk menjawab pertanyaannya.

" Lau waktu itu mau ke toko buku. Gak sengaja liat mas Nath. Dan waktu Lau mau nyapa, Lau lihat semuanya. Lau lihat mas Nath senyum lebar sama perempuan itu. Hal yang jarang lau lihat kecuali saat mas sama Lau. Mas Nath juga pelukan lama banget sama perempuan itu. Semua hal yang Lau lihat waktu itu, ternyata bikin Lau sakit bang. Lau masih sakit sampai sekarang. Lau beneran suka sama mas Nath. Tapi ternyata mas Nath sama yang lain. Mas Nath udah punya perempuan yang dia suka. Dan itu bukan Lau. " ucap ku menggeleng dengan tersenyum miris. Membuat Justin terdiam dan termenung cukup lama. Mengingat kejadian yang sudah lewat.

" Lau sepertinya kamu salah paham. Dia... " ucap Justin ketika dirinya sadar akan sesuatu.

Dirinya kembali mengingat bagaimana keadaan ku yang menangis dan kedatangan Nathan. Juga mengingat ucapan dan alasan Nathan yang datang terlambat ke rumah ku dan tentang dirinya yang menemani adiknya. Dan Justin mencoba untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi antara aku dan juga Nathan.

" udah bang. Gak usah di jelasin. Lau gak mau makin sakit. " ujar ku memandang dirinya dengan tatapan sedikit memohon.

" kenapa gak bilang hal ini sama Ridho? Kenapa di simpen sendiri. Ridho kan kakak mu, Lau. Bahkan sepertinya cuma abang yang tahu masalah ini. " tanya Justin lagi.

Pasalnya jika Ridho mengetahui masalah ini, dirinya pasti akan menjelaskan semuanya pada ku. Menjelaskan kesalahah pahaman ini. Namun ucapan Justin ini membuat ku menggeleng pelan.

" aku adiknya abang. Sedangkan mas Nath sahabatnya abang. Abang gak mungkin bisa lihat masalah ini dengan perspektif sama. Abang pasti akan codong ke Lau karena Lau ading abang. Lau gak mau. Lau tahu pertemanan abang, bang Justin, bang Rafa sama mas Nath gimana. Berteman lama juga. Lau gak mau cuma karena Lau, semuanya hancur. " beritahu ku memandang ke arah taman teduh di bagian belakang rumah ku.

" Lau. Sepertinya kamu bener - bener harus dengerin penjelasan Nathan. Terlepas nanti kamu masih bersama atau enggak sama Nathan. Kembali dekat seperti kemarin - kemarin atau enggak. Tapi selesaikan dulu masalah mu. Saran abang, ketemu sama Nathan. Dengar semua penjelasannya. Setelah itu, kamu bebas memutuskan apa pun. Setidaknya tidak ada kesalahpahaman lagi yang terjadi setelah ini. Dan mungkin saja, kamu akan dapat informasi yang tak kamu kira sebelumnya. Abang yakin kamu salah paham tentang ini. " saran Justin dengan panjang lebar.

Dirinya sebenarnya sangat ingin memberitahu ku. Mengenai hal yang dirinya tahu dan apa yang ku lihat tempo hari bukan lah seperti yang ku fikirkan saat ini. Memberitahukan hal yang sudah membuat ku bersedih dan yang membuat ku tak mau lagi berurusan dengan Nathan. Tapi, Justin merasa yang perlu dan bisa menjelaskan semua ini kepada ku adalah Nathan sendiri. 

Dan saran dari sosok di samping ku ini pun membuat ku terdiam cukup lama. Kembali menimbang nimbang. Bagaimana baiknya. Apakah aku harus membicarakan ini pada Nathan atau tidak. Karena saat ini aku benar - benar di fase tak ingin bertemu dengan dirinya.

" aku masuk dulu. " ujar Justin dan ku balas dengan anggukkan kepala. 

Membuat Justin segera mengusap kepala ku beberapa kali dan berdiri melangkah menjauh dari ku yang masih setia duduk di gazebo memandang kosong ke depan. Dengan sesekali menghela nafas panjang. Lagi - lagi rasa sesak itu menghantam dada ku dan membuat ke dua mata ku kembali berembun.

*****

Pesona Pria Introvert (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang