12. Kedatangan Nathan

59 11 4
                                    

Tak butuh waktu lama dari kepergian Justin yang meninggalkan ku sendiri di gazebo, aku kembali di kejutkan oleh kedatangan seseorang yang sebenarnya saat ini sangat tidak ku harapkan keberadaannya. Setidaknya saat hati ku masih sedih seperti saat ini.

Nathan Noel Romejo Tjoe A On.

Dan baru saja aku hendak beranjak pergi meninggalkan sosok pria yang kini duduk di sudut gazebo berjauhan dengan ku pun buka suara.

" So why are you avoiding me, Lau? " tanya dirinya pelan namun masih bisa ku dengar.

"  Avoiding you? No, I'm not avoiding you. " ucap ku menjawab seraya menghindari menatap dirinya dan membuat Nathan terkekeh.

" oh c'mon. don't lie Lau. Don' lie to me. Semua orang tahu bagaimana kamu menghindari ku berminggu - minggu ini. Aku datang ke sini, chat, telepon, video call. Semuanya tak kamu gubris. Kamu bahkan jelas menghindari ku setiap kita bertemu. Why? Bahkan kamu tak mau menatap ku. Seperti ini. Kamu menghindari ku dan kamu meninggalkan ku tanpa ucapan apa pun. " Tanya Nathan panjang lebar seraya menoleh dan mengarahkan pandangannya kepada ku.

Membuat ku akhirnya memberanikan diri menatap sang empunya suara dan kembali membuat ku terdiam. Lagi dan lagi. Hunter eyes nya membuat ku terpaku. 

Dari awal pertama kali kami berdua bertemu, aku sudah menyukai ke dua mata Nathan yang begitu mempesona untuk ku. Dan kali ini, di saat kami berdua seperti ini pun. Ke dua matanya tetap menjadi magnet tersendiri untuk ku.

" for what? Buat apa menghindari mu? Aku dan kamu tidak ada yang spesial. Dan tidak ada yang mengharuskan aku untuk menghindar atau pun mendekat pada mu. " ujar ku mencoba tenang dan santai.

Mati - matian aku mencoba untuk menekan rasa sakit dan api cemburu yang menjalar di hati ku saat melihat Nathan dengan perempuan lain yang tampak dekat dan intim. Ucapan ku barusan sedikit banyak menyentil perasaan ku sendiri.

Mengingatkan kan ku jika memang kami berdua tak memiliki hubungan spesial dan aku sama sekali tak ada hak untuk membatasi Nathan bersama dengan siapa pun. Marah dengan rasa cemburu yang ku rasakan pada nya.

Dengan cepat, Nathan berdiri dan mulai berjalan mendekati ku. Kembali aroma maskulin dirinya menyapa indra penciuman ku. Aroma yang jujur saja ku rindukan berminggu - minggu ini. Ingin rasanya aku memeluknya dan menghirup aromanya sesuka hati ku seperti dulu. 

Tapi, aku kembali mengingatkan bagaimana aku yang bukan siapa - siapa bagi dirinya. Dan kembali mengingat jika dirinya sudah memiliki pilihan hatinya sendiri. Aku tak ada hak untuk melakukannya pada Nathan.

*****

"  Why you say that? " tanya Nathan yang kini sudah berdiri di hadapan ku. Dirinya bingung  dengan ucapan ku barusan. Karena dirinya merasa hanya aku lah yang sedang dekat dengan dirinya saat ni.

" benar kan? kita tidak ada hubungan yang berarti. Jadi tak masalahkan jika aku tak selalu berada di dekat mu? " ujar ku mencoba untuk bersikap tegar di hadapan pria yang membuat ku menangis beberapa minggu ini.

" No Lau. Don't say that. you're very spesial for me. " ujar Nathan lembut dengan tatapan nya yang berubah teduh pada ku.

" Ha ha ha, Bullshit Nath. you're lying. " ucap ku tertawa sinis seraya memutar ke dua bola mata ku malas. Terlalu takut untuk kembali menjadi orang bodoh yang percaya begitu saja pada dirinya.

" Kamu salah paham Lau. Dia bukan bukan kekasih ku. " ujar Nathan membuat ku memandang dirinya tajam.

" what do you mean? " tanya ku dan membuat Nathan menghela nafas berat. 

Aku sedikit terkejut dengan fakta dirinya mengetahui akar masalah mengapa aku mencoba menjaga jarak dan menghindarinya selama berminggu - minggu ini.

" you know what i mean. " ucap Nathan bersikeras.

Pesona Pria Introvert (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang