5. Bertanya Pada Ridho

77 13 2
                                    

Tok... tok... tok...

" abang. "

" Adek? "

" iya. Ini Lau. " ucap ku di depan pintu kamar Ridho setelah beberapa kali mengetuk pintu kamarnya.

" masuk dek. Gak abang kunci pintunya. " ujar Ridho dari dalam kamar tidurnya. 

Dan begitu aku mendengar ucapannya ini pun membuat ku membuka pintu kamarnya secara perlahan dan memasukkan kepala ku terlebih dahulu menenggok ke arah dirinya yang tengah bersandar di kepala ranjang.

" abang sibuk? " tanya ku.

" enggak. Masuk sini. Ngapain ngumpet di situ. " ujar Ridho meminta ku masuk.

" he he he. Kirain abang sibuk. Lau gak mau ganggu. " jawab ku seraya mulai melangkah masuk ke dalam kamar Ridho dan menutup pintu kamarnya. Agar rasa sejuk dari pendingin ruangan di kamar Ridho ini tak keluar.

" kamu ganggu kerjaan abang juga abang gak papa. Kamu prioritas abang. " sahut Ridho sama sekali tak mempermasalahkan jika aku menganggu dirinya.

" kenapa kamu? " tanya Ridho begitu aku sudah sampai di dekat ranjang nya. 

Dan langsung masuk ke dalam selimut yang juga sedang dirinya pakai dan bergelung nyaman di atas ranjang di samping tubuh Ridho.

" abang, Lau boleh tanya sesuatu sama abang? " ujar ku takut - takut.

" mau tanya apa? Kenapa takut begitu. Kamu habis ngapain memang? " tanya Ridho menyelidik. 

Karena tak biasanya aku seperti ini. Bahkan meminta izin untuk bertanya pada dirinya. Membuat sikap posesifnya keluar sedikit demi sedikit.

" menurut abang, mas Nathan orang nya gimana? " tanya ku pelan seraya memandang Ridho segan.

" hah? "

" kok hah sih. Orang Lau nanya. " Gerutu ku dengan reaksi apa yang Ridho tampilkan barusan di hadapan ku.

" coba ulang kamu ngomong apa dek? " pinta nya mencoba memastikan indera pendengarannya.

" enggak mau. " ujar ku mengubur seluruh tubuh ku hingga kepala di dalam selimut yang kami pakai.

" eh. Yang bener dulu ngomong sama abang. Gak jelas itu abang dengernya dek. " ucap abang mengusap puncak kepala ku yang sedikit menyembul dari atas.

" malu. " ucap ku menggeleng pelan.

" ngapain malu sama abang. Apa dek. Ulang coba. Abang mau dengar. " bujuk Ridho dan membuat ku mengintip sedikit dari balik selimut.

*****

" mas Nathan. " gumam ku pelan.

" Nathan? Kenapa dia? " tanya Ridho.

" menurut abang gimana? " tanya ku lagi.

" gimana apa nya? Nathan memang kenapa? " Tanya Ridho balik tetap tak mengerti.

" kalau Lau tertarik sama mas Nathan? Menurut abang gimana? " ujar ku takut - takut.

" adek suka sama Nathan? Iya? " tanya Ridho memastikan. Tak terlalu terkejut dengan apa yang dirinya dengar barusan.

" adek gak tahu bang. Tapi adek ngerasa yang beda sama mas Nathan di banding Bang Justin sama bang Rafa. Mas Nathan beda sama yang lain. Perlakuan mas Nathan, Sikap mas Nathan, obrolan mas Nathan, Lau ngerasa beda. " jawab ku pelan.

" adek baru beberapa kali lho ketemu Nathan. Ngobrol juga baru  begitu begitu aja kan? Atau ada lagi? Nelpon kamu misalnya? Kok adek bisa mikir adek punya rasa yang beda sama dia? " ujar Ridho memastikan.

" adek memang udah beberapa kali teleponan sama mas Nathan. habis adek ketemu sama Nathan yang dia sering datang ke rumah. Tapi kenapa abang tahu mas Nathan nelepon Lau? " tanya ku bingung. Pasalnya aku tak pernah menceritakan hal ini pada siapa pun. Termasuk abang ku sendiri.

" kan Nathan nya sendiri yang minta nomor kamu langsung ke abang. Terus minta izin buat ngubungin kamu. Ya abang kasih jadinya nomor handphone mu ke dia. " jawab Ridho dan ini yang menjadi jawaban atas pertanyaan ku mengapa Nathan bisa mendapat nomor telepon ku entah dari siapa.

" Nathan ada nelpon kamu kan? " selidik Ridho dan membuat ku mengangguk.

" iya beberapa kali mas Nathan ada nelpon aku. " jawab ku. 

Karena sudah beberapa hari ini dirinya kerap kali menghubungi ku dan membuat interaksi ku bersamanya menjadi cukup intens. Bahkan dirinya seringkali menemani ku lewat video call jika aku sedang di tinggal oleh Ridho yang lembur di kantor dan membuat Justin juga Rafa menjadi jarang menemani ku jika Ridho sedang lembur atau sedang tak ada di rumah, meninggalkan ku sendiri.

Bahkan tak jarang juga Nathan sengaja datang ke rumah ku jika Dirinya merasa khawatir aku sedang sendiri di rumah. Dan membuat Ridho akhirnya cukup lega meninggalkan ku sendiri saat dirinya tengah keluar.

*****

" terus? " Tanya Ridho.

" Terus apa? " Ujar ku balik bertanya pada dirinya.

" Ya kamu. Gimana sama Nathan. " ujar Ridho.

" Abang marah gak kalau Lau dekat sama mas Nathan? " tanya ku takut - takut.

" Kenapa abang harus marah dek? Kan biasanya juga Nathan sering ke sini nemenin kamu kalau abang lagi keluar. " sahut Ridho salah paham dan membuat ku menggeleng.

" enggak. Bukan itu. Maksud Lau, dekat antara pria sama wanita, Bukan sebagai adek dan temannya abang. " Jelas ku dan langsung membuat Ridho mengerti ke mana arah pembicaraan kami berdua ini.

" Ya, sebebas kamu dek. Itu kan pilihan kamu. Sesuai hatinya kamu. Kalau hati mu bilang nyaman sama Nathan ya abang mau bilang apa? " sahut Ridho.

" jadi Lau gak di larang dekat sama Nathan? " tanya ku lagi.

" abang gak mau ngelarang adek. Karena ini kan pilihan adek. Tapi abang juga gak bisa gak perduli tentang hal ini. Karena kamu adek abang satu - satunya. Abang sebebasnya adek aja. Abang gak akan melarang adek menyukai Nathan atau dekat dengannya. Bahkan mungkin nanti ada hubungan lebih antara kamu sama Nathan. Abang sama sekali gak masalah.  " Nasehat Ridho panjang lebar.

" Toh, abang juga tahu gimana Nathan. Baik dan buruknya dia sama kamu tuh abang sudah tahu. Tapi, Abang cuma mau Lau jalani semuanya dengan benar. Abang tahu Lau sudah dewasa. Adek pasti ngerti hal - hal yang baik dan yang buruk. Jadi, tolong jauhi hal - hal yang merugikan kamu atau pun Nathan. " tambah Ridho pada ku.

" Jadi, abang gak keberatan kalau Lau sama mas Nathan? " tanya ku mencoba untuk memastikan pada dirinya.

" sure. Kenapa abang harus keberatan? Selama adek senang, adek bahagia, abang akan dukung selama itu baik. Dan abang lihat Nathan juga anaknya baik. Jadi abang sih setuju - setuju aja. " ujar Ridho yang refleks membuat ku langsung memeluk tubuhnya dari samping dengan erat.

" Papa? mama? " tanya ku was - was seraya mengangkat kepala ku untuk memandang dirinya yang kini juga tengah memandang ku.

" abang yakin papa sama mama juga setuju selama hal itu baik dan berdampak yang bagus buat adek. Abang juga nanti bantu kamu buat ngomong sama papa sama mama. Yang penting ya itu tadi. Kamu sama Nathan gak boleh ngelakuin hal - hal yang bisa bikin rusak kepercayaan abang sama papa mama. Ya? " ucap Ridho mengusap puncak kepala ku yang masih memeluk tubuhnya. Membuat ku mengangguk, mengiyakan ucapan juga nasehat dari Ridho ini.

*****

Pesona Pria Introvert (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang