Chapter 9

687 64 6
                                        

Di perjalanan menuju rumah sakit. Freya tak henti-hentinya menangis, ia belum sanggup jika ia harus menerima semua ini.. mengapa seakan-akan semua ketakutannya terjadi begitu saja?

*Sesampainya di rumah sakit Masa depan keluarga.

Merekapun bergegas masuk kedalam untuk menemui Dergan.

"Pah, ngga mungkin papah ninggalin aku.." Batin Freya, sendu. Sembari berlari.

*Di ruang ICU.
Sengaja Vera meminta kepada suster agar Dergan tetap di ruang ICU sampai Freya bisa melihat sosok Dergan untuk yang terakhir kalinya.

"Tolong bukakan kain penutupnya sus." Ucap Vera.

"Baik bu." Ucap suster tersebut.

"Sudah bu, kalo begitu saya permisi dulu." Ucap suster itu.

Setelah kain itu terbuka, Freya kaget dan seketika tubuhnya melemas..

"Pah.." Lemas Freya, saat melihat tubuh papahnya yang sudah kaku.

Melihat tubuh Freya yang terlihat lemas, Oniel pun segera menyandarkan tubuh Freya pada dekapannya.

"Secepat ini papah ninggalin aku?" Ucap Freya, lemas..

"Kalo papah pergi, siapa yang nemenin aku pah?" Lirih Freya.

"Kebahagiaan Freya cuma di papah, kalo papah pergi bahagia Freya juga ikut pergi." Lanjutnya dengan suara yang melemah.

Selepas mengucapkan kalimat itupun, Freya terjatuh tak sadarkan diri.

"Freya!!" Ucap mereka yang berada di ruang ICU.

*IGD

"Papah.. papah." Lirih Freya.

"Sayang, kamu sudah sadar?" Ucap Galvin.

"Yah, papah mana?" Ucap Freya lirih.

"Papah kamu udah dibawa ke rumah, sayang." Ucap Galvin.

"Aku mau kesana yah." Ucap Freya.

"Nanti aja, tubuh kamu masih lemes." Larang Galvin.

"Iya, kamu istirahat disini dulu." Timpal Oniel.

"Tapi kak Oniel.. Aku pengen liat papah." Ucap Freya lirih. Membuat Oniel tak tega.

"Yaudah yah, biarin dia ketemu papahnya." Ucap Vera.

"Hemm, yaudah.. tapi kamu ayah gendong ya." Ucap Galvin, pada Freya.

"Iya ayah." Jawabnya.

"Pinter anak ayah." Ucap Galvin, sembari menggendong Freya.

*Sesampainya di kediaman keluarga Avirendra.

Belum sempat masuk ke dalam, hati Freya terasa seperti tertusuk pedang mendengar ucapan Aya, mamah kandungnya sendiri.

"Eh, anak pembawa sial kesini." Ucap Aya, sinis.

"Belum puas, kamu ngancurin kehidupan keluargaku!!" Bentaknya.

"Bu, tolong. Ini anak ibu cuma mau liat papahnya, tolong izinkan." Ucap Vera.

"Izinkan katamu?, Gaakan pernah saya ngizinin orang kaya dia masuk kehidupan saya lagi." Bentak Aya sekali lagi.

"Asal ibu tau, semua ini terjadi bukan karena kesalahan anak ibu sama sekali. Tapi memang sudah takdir ilahi seperti ini." Ucap Vera, yang mulai emosi.

"Sayang, sudah.." Lirih Galvin, menenangkan Vera.

"Kalaupun ibu tidak mau menerima Freya lagi. Biar kami saja yang mengurus Freya." Ucap Vera, pada Aya.

"Silahkan, dengan senang hati." Ucap Aya. Tanpa perasaan takut sedikit pun.

"Baik, jangan sampai ibu menyesali ini, suatu hari nanti." Ucap Vera.

"Kalian yang akan menyesal mengurus anak sialan seperti dia." Ucap Aya.

"Cukup, kami permisi." Ucap Galvin, yang sudah tidak sanggup mendengar pertengkaran ibu-ibu itu.

**

Perjalanan menuju rumah keluarga Bumantara.

*Di dalam Mobil milik Galvin.

Freya menangis, hatinya seperti ingin hancur. Sungguh bukan ini yang ia mau.

"Udah sayang, jangan nangis terus. Liat tuh kak Oniel ikut sedih liat kamu nangis." Ucap Vera, pada Freya.

"Ih Bunda.." Ucap Oniel, tak terima.

"Apaa?, bener kan?" Ledek Vera.

"M-maaf.." Lirih Freya.

"Maaf k-kalo aku c-cuma bikin m-masalah." Lanjutnya, terbata bata.

"Mending aku gausah ada aja di dunia ini." Ucap Freya, membuat semua yang mendengar kaget.

"Is jangan ngomong kaya gitu, ini semua bukan salah kamu. Jangan pernah salahin diri kamu atas apa yang sudah terjadi." Ucap Oniel.

"Tapi kak, papah meninggal gara-gara aku.. andai aku ngga lupa ngasih kabar, pasti dia masih ada kak hikss." Tangis Freya.

"Ngga, ini semua bukan salah kamu.. Emang takdirnya begini. Tenang aja, masih ada kita kok yang bakal jagain dan sayang sama kamu." Ucap Oniel.

Freya tersenyum. Namun masih terlihat sangat jelas bahwa hatinya masih sangat sakit. Setelah kehilangan seseorang yang sangat ia sayangi, ia juga mendapat perkataan tidak enak dari seseorang yang ia sayangi juga.

"Cup cup cup, udah dong.. Adik kecilnya kak Oniel, Sini peluk. Ucap Oniel, berusaha menenangkan hati Freya.

Bersyukur Freya dipertemukan dengan orang orang yang baik.

Tak sadar, ternyata Freya tertidur di dalam dekapan Oniel. Melihat itu, Oniel pun ikut menyandarkan kepalanya pada kepala adik kecilnya. Kemudian ikut tertidur bersamanya.

Vera dan Galvin yang melihat itupun, terharu sekaligus sedih.

Sedih ketika melihat sosok Freya. Yang selalu dipaksa untuk tetap kuat oleh semesta.

"Semesta boleh jahat, tapi kita pasti akan selalu di sisimu menemani dan menyayangimu. Freyana." Batin mereka.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*








Hai hai, nantikan kelanjutan cerita ini yaa. Masih banyak hal mengejutkan yang akan terjadi..

Jangan lupa vote, dan komen.. Biar author semangat.







Semua luka ituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang