Chapter 13

520 50 4
                                        

                   Jakarta, Minggu 2 Juni 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jakarta, Minggu 2 Juni 2021.

"Dek, bangun.." Teriak Oniel.

"Bocil kebo banget."

"Heii bangun hei." Ucap Oniel sembari menggelitik tubuh Freya.

"Apasih kak Oniel.. geli tauu." Kesal Freya.

"Lagian kebo." Ucap Oniel.

"Enak aja." Ucap Freya.

"Mandi sana.. bau." Ucap Oniel.

"Iyadeh, sipaling wangi." Ucap Freya malas.

Freya pun bersiap untuk mandi.

"Kakak tunggu di bawah ya." Teriak Oniel dari luar kamarnya.

"Iyaaa." Balas Freya.

Selesai mandi ia pun turun dari lantai atas dan menghampiri Oniel yang sedang menonton TV di ruang keluarganya.

Mereka hanya berdua di rumah, karena Galvin dan Vera sedang bekerja di kantor mereka.

"Ehh, dedek nya kak Oniel udah dateng." Ucap Oniel girang saat melihat Freya menghampirinya.

"Sini sini peluk kakak." Lanjutnya dengan merentangkan kedua tangannya.

Freya pun menerima pelukan hangat itu, Freya memeluk Oniel dengan erat.. seperti inilah yang ia mau, kehangatan dari orang yang menyayanginya.

"Kak.." Lirih Freya.

"emm, kenapa?" jawab Oniel lembut.

"Freya sayang kak Oniel.. Sayang bangett."

"Jangan pernah berubah ya kak, tetap jadi kak Oniel yang sayang sama Freya." Lanjutnya.

"Kak Oniel juga sayangg bangett sama Freya, cuma Freya adik kecil kak Oniel satu-satunya.. Kak Oniel gamau kehilangan Freya." Ucap Oniel tulus.

Freya pun melepaskan pelukannya, kemudian tersenyum manis.

Senyuman yang selalu bisa menenangkan hatinya, hanya ada satu pikir Oniel. Yaitu senyum manis milik Freya.

"Nanti sore ke pantai yuk, kak Oniel?" Ajak Freya.

"Tumben ngajak ke pantai?" Tanya Oniel.

"Lagi pengen aja, terakhir ke pantai juga waktu aku masih kelas 3 SMP, itupun aku ke sananya sendirian." Ucap Freya.

"Kenapa, kok bisa sendirian?" Tanyanya sekali lagi.

"Jadi waktu itu, almarhum papah sama mamah itu berantem.. Dan itu karena salah aku, mamah beliin barang buat kak Chika, dan papah aku bilang " Cuman beliin buat Chika? Freya ngga dibeliin? Anak kamu kan dua ay." Terus mamah aku jawab "Suruh beli sendiri kan bisa, ribet banget." Dan akhirnya mereka berantem. Terus akhirnya aku mutusin buat pergi dari rumah dan kepikiran pergi ke pantai buat nenangin pikiran. Lembut terpaan angin dan tenang suara ombak kala itu yang mampu membuatku kembali tersenyum." Ucap Freya.

Semua luka ituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang