"Huss, jangan ngomong kaya gitu, ayah yakin Freya gabakal kenapa-napa, dia kan kuat." Ucap Galvin, berusaha menenangkan Oniel.
"Ngga, yah. Engga.. Dekk, tolong tetap ada.. Kak Oniel gaakan sanggup jika harus jauh." Tangis Oniel sesenggukan.
"Udah cup, cup.. Kita berdoa aja, minta yang terbaik buat Freya." Tenang Veranda, yang sebenarnya sangat panik.
Selang beberapa menit, pintu ruang itupun terbuka menampilkan dokter dengan beberapa suster dengan raut muka yang sulit diartikan.
"Dok, gimana keadaan adek aku?"
"Dia baik-baik aja kan dok?
"Tolong jawab, dok." beruntun Oniel, panik.
"Mohon maaf, setelah kami periksa penyebab pasien pingsan, ternyata pasien didiagnosis mengalami gagal jantung, dan pasien mengalami koma."
Pecah sudah pertahanan mereka. Sakit sekali rasanya melihat seseorang yang sangat kita sayangi sedang terbaring lemas melawan penyakit yang di deritanya.
"Dek, bertahan lebih lama ya, setidaknya tolong beri kesempatan untuk semesta bisa membuatmu bahagia." Lirih Oniel, sembari menggenggam erat tangan mungil pucat, milik Freya.
3 hari berlalu, dan Freya belum juga sadar. Kenyataan itu sungguh menyiksa hati keluarga Bumantara, terutama Oniel yang sudah sangat menyayangi Freya. 3 hari itu juga mereka bergantian menjaga Freya.
"Tadi temen-temen mau pada jengukin kamu tau.. muka mereka khawatir banget, kamu gamau ketemu mereka?" Lanjutnya.
"Kak Oniel minta maaf ya, kak Oniel belum bisa wujudin harapan kamu.. tapi semoga, kamu mau ngasih kesempatan untuk kak Oniel bisa wujudin itu semua, ya."
"Kak Oniel ngga akan mengucap janji, tapi kak Oniel akan berusaha apapun itu, untuk adek kesayangan kak Oniel."