Chapter 4

651 66 2
                                    


Happy Reading..

Silau cahaya matahari yang masuk kedalam kamar Freya berhasil mengusik Freya dari tidurnya..

Freya yang sudah terbangun dari tidurnya pun langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi.

"Dinginnn." Ucapnya dengan tubuh yang menggigil.

Setelahnya ia pun memakai pakaian yang sudah ia siapkan sebelum mandi.

"Oh iya, hari ini kan libur ya." Ucap Freya yang sudah duduk di tepi ranjangnya.

"Bosen bangett" Ucap Freya.

"Sepi" Gumamnya

Ia pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya.

**

Saat sedang menuruni tangga, Freya melihat Chika yang sedang mengerjakan tugas sekolah di laptopnya.. Ia pun menghampiri kakaknya itu.

Karena hanya ada Chika dan art saja di rumah itu, sementara Dergan dan Aya sedang bekerja.

Dergan yang pulang jam 8 malam, dan Aya jam 5 sore.

"Kak Chika." Panggil Freya.

"Kak Chikaaa." Lanjutnya sembari melambaikan tangannya ke hadapan sang kakak.

"Ihh kak Chikaaa" Panggilnya sekali lagi..

"APASIH, GANGGU TAU GA!!" Bentak Chika, yang sudah emosi dengan kelakuan adiknya.

"M-maaf.." Lirih Freya, sembari menunduk.

"Udah sana." Ucap Chika, dengan nada dinginnya.

"SANA, LU DENGER GA SIH!!" Bentaknya sekali lagi, ketika melihat adiknya yang masih terdiam ditempat.

Tak mau berlama lama menahan diri agar tidak menangis di depan Chika, Freya pun segera berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu kamarnya itu.

**

Entah kenapa Chika selalu membentak dirinya ketika ia mengajak berbicara kakaknya itu.

Padahal ia hanya ingin menghabiskan waktu liburnya bersama sang kakak.. Tapi sepertinya itu hanya akan menjadi mimpi baginya.

Freya terus menumpahkan semua rasa sakit itu, menangis.. Menangis dengan kesendirian, untuk meluapkan semua rasa sakitnya.

"S-sakit sakit banget hikss.. rasanya dibentak oleh orang yang kita sayang.. Apalagi itu kakak aku sendiri hiks..hiks.." Ucap Freya, dengan tangisannya.

"Sebenci itu kak Chika sama aku hiksss.." Lanjutnya dengan tangisan yang semakin tidak bisa dikendalikan.

"Apa salahku Tuhan, m-mengapa semua rasa s-sakit ini terus menyakitiku hikss.. Sampai kapan hikss..hiks...s-sampai kapan aku harus m-menahan semua perih ini?" Ucap Freya, dengan nada yang mulai melemah.

Karena sudah lelah dan tak kuat menahan sesak di dadanya Freya pun tertidur dengan bersandar pada headboard ranjang miliknya.

**

Malam hari..

Entah karena terlalu lelah atau terlalu sakit, Freya masih tertidur pulas di ranjang empuk miliknya itu.. Sampai pada akhirnya ia terusik dengan ketukan dari arah pintu kamarnya.

Ia pun segera menuju ke arah pintu kamarnya dengan langkah yang gontai.

Clekk

suara pintu itu terbuka.. Dan menampilkan seorang pria dengan wajah khawatirnya dari balik pintu menunggu putri kecilnya itu membukakan pintu untuknya..

Setelah pintu itu terbuka lebar, Pria itu pun segera memeluk erat gadis di depannya..

Freya mendengar isakan dari arah Pria yang sedang memeluknya.

"P-papah.." Lirih Freya, bahkan sangat lirih.

Namun Dergan masih bisa mendengar ucapan putri kecilnya itu..

"Dek.. Kamu kenapa sayang..?" Tanya Dergan sembari melepaskan pelukannya.

"a-aku ga-gapapa kok pah" Ucap Freya berusaha tersenyum, namun sedikit terbata bata karena dadanya masih sangat sesak.

"Ngga, tolong jawab jujur kamu kenapa.?" Tanyanya sekali lagi.

"Aku ga-"

"Tolong jawab jujur!" Potong Dergan, dengan nada yang sedikit tinggi.

Bukannya menjawab, Freya justru kembali menangis.. Sepertinya ia tidak bisa mendengar suara yang tinggi pada dirinya. Karena ia akan sangat lemah jika sudah dibentak oleh orang orang yang ia sayangi.

"Maafin papah sayang.." Ucap Dergan yang sudah menangis, dan kembali memeluk putri kecilnya itu.

Mereka berdua pun menangis dalam pelukan, dalam kehangatan kasih sayang dari seorang papah.. Bersyukurnya Freya masih mempunyai satu anggota keluarga yang sangat menyayangi dirinya.

"Pah." Ucap Freya lirih.

"J-jangan pernah b-berubah yah, tetap jadi p-papah aku.. Papah a-aku yang paling hebat, yang s-selalu ada buat aku, yang selalu s-sayang sama aku, jangan t-tinggalin Freya ya pah.. F-freya cuma punya papah disini, Freya sayang p-papah lebih dari apapun." Lanjutnya.

Dergan yang mendengar ucapan dari putri kecilnya itu pun semakin mengeratkan pelukannya dengan tangisan yang semakin tak terkendali.

"Papah ngga akan pernah ninggalin kamu, ngga-ngga akan.. Tolong jangan pernah menyerah ya sayang.. Papah akan selalu menemani kamu sampai kamu menemukan kebahagiaan itu.."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














Aku gapapa kalo harus sakit, asal orang orang yang aku sayang bahagia..
-Freyana Avirendra

Jangan lupa vote yaa.. Biar author semangat nulis ceritanya.

Semua luka ituTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang