2. Rumah

60 9 1
                                    

#Ada adegan 19+ harap bijak

"Arsan, kakak gak bisa nganter kalian, maaf ya. Tiba-tiba kerjaan kakak semuanya harus di selesaikan hari ini juga" ucap Thalia ketika dia memasuki mobil Arsan.

"Tidak apa, kami akan berangkat sendiri" ucap Arsan, suami Rain dengan tenang.

Bukan masalah yang besar menurutnya untuk pergi berdua bersama Rain, hanya saja istrinya ini entah keberatan atau tidak.

"Rain, kakak gak bisa antar kalian, maaf ya" kini Thalia menatap pada Rain yang duduk di sebelahnya.

Rain hanya diam tidak menanggapi. Itu terjadi karena Rain masih marah pada Thalia, dia tidak mau menikah dengan Arsan namun kakaknya ini tetap kukuh dan membuatnya yang belum siap dengan kehamilan menjadi lebih membenci keadaan ini.

"Maaf kak" ucap Arsan, ini salahnya membuat kedua saudari yang semula harmonis menjadi seperti ini.

"Tidak apa, tolong jaga Rain, ya. Jika ada waktu luang kakak akan menemui kalian" Thalia mengelus rambut Rain dan keluar dari mobil menyisakan Rain dan Arsan.

Keheningan terjadi, Arsan yang duduk di depan fokus pada jalan meski sesekali dia menatap lewat kaca di depan, melihat apa yang di lakukan oleh Rain yang ternyata hanya bersandar menatap keluar jendela.

Rain duduk di kursi belakang, bahkan tidak berniat untuk sekedar menatap kearah Arsan atau duduk di samping lelaki itu.

Arsan tidak masalah akan hal itu, meski kini dia seperti seorang supir namun kenyamanan istrinya yang lebih penting, bukan.

Waktu berlalu, cukup lama mereka di perjalanan yang padat karena jam makan siang, akhirnya mobil hitam itu memasuki kawasan perumahan yang asri dan menenangkan.

Arsan menatap Rain yang tertidur, dia tersenyum lembut lalu memarkirkan mobilnya kedalam garasi sebuah rumah sederhana berlantai dua dengan halaman cukup luas yang masih kosong tidak memiliki tanaman atau hiasan apapun.

"Ra, sudah sampai" ucap Arsen namun Rain tidak bergeming sedikitpun.

Lelaki itu keluar dari mobil beranjak untuk menutup pagar rumahnya dan membuka pintu rumah, setelahnya dia kembali untuk membawa istrinya masuk kedalam rumah.

Arsan mengingat perkataan Thalia jika Rain selalu susah terbangun ketika dia sudah tertidur dengan nyenyak namun jika dia terbangun, dia akan susah untuk tidur kembali.

Seketika Arsan menjadi merasa senang, itu tandanya Rain nyaman tidur di mobilnya jadi dia tidak ingin membuat Rain terbangun sebelum dia merasa cukup dengan tidurnya.

Arsen menggendong tubuh Rain yang ringan padahal sedang mengandung, dia membawa Rain ke kamar mereka.

Lelaki itu merebahkan tubuh Rain dengan hati-hati dan menyelimutinya, meski cuaca tidak dingin namun lelaki itu tidak mau jika Rain terbangun hanya karena merasakan kedinginan. Arsen ingin Rain menikmati ketenangan selama dia tertidur, setidaknya dia akan merasa tenang tidak seperti saat istrinya ini terjaga.

Meski Rain terlihat diam dan tenang dengan tatapan kosongnya, siapapun akan bisa menebak seberapa berisiknya pikiran Rain dari cara dia mengerutkan dahi sepanjang waktu.

"Maaf, Rain. Semua memang salah saya, tapi saya benar-benar ingin memperbaiki semuanya" Arsan mengelus rambut lembut Rain dengan pelan lalu tangannya terulur untuk menyentuh perut istrinya yang sudah terlihat mengembung.

"Kamu hadir? Papa tidak menyangka bisa memilikimu di usia sekarang ini" Arsan tertawa kecil membayangkan seorang anak lelaki atau gadis kecil yang berlarian sembari meneriakkan kata papa pada dirinya.

Mistake??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang