Rain terbangun dengan nafas tidak beraturan, dia tertidur nyenyak sebelum akhirnya mimpi buruk kembali menguasai pikirannya. Mimpi buruk dimana hidupnya yang semula biasa saja menjadi hancur tak terselamatkan.
Semuanya terjadi begitu saja, karena lelaki yang sudah menodainya, lelaki yang kini sudah menjadi suaminya, suami yang terpaksa harus Rain terima.
Berdosa kah dia?
Entahlah, tapi Rain belum bisa selesai dengan sakit hati yang dia rasakan. Wanita hamil itu menatap sekeliling yang bernuansa biru muda dan putih, sangat cerah seperti indahnya langit di pagi menjelang siang hari.
Biru dan putih adalah gambaran langit ber awan yang indah, ah melihat hal ini membuatnya mengingat seseorang .
Seketika Rain merasa lebih tenang setenang warna biru dan putih berpadu, ternyata warna di sekitar juga dapat memperbaiki mood seseorang, ya. Rain yang baru saja mengalami mimpi buruk pada akhirnya merasa sedikit lebih tenang dengan kesejukan warna di kamar luas ini, suara angin yang berhembus lembut, wangi menenangkan yang entah apa membuat Rain memejamkan matanya tenang, semakin dia berusaha menenangkan dirinya semakin perasaannya memberontak.
Rain mendengar gemericik air yang terdengar berirama hingga tak lama suara itu lenyap dan di gantikan oleh suara pintu yang terbuka dan derap langkah yang semakin mendekati tempatnya kini duduk.
Tunggu, derap langkah dan....
Seketika Rain membuka matanya menatap tajam lelaki yang kini hanya mengenakan handuk yang melilit pinggang serta hanya menutupi bagian itu sampai lututnya.
Lelaki berpostur tubuh tunggi dengan dada bidang serta otot-otot kuat yang menonjol, dada bidang dan perut yang tersusun enam batu kotak berjajar, semuanya terpampang jelas di hadapan Rain dengan butiran kristal bening yang berasal dari kamar mandi.
"Apa yang terjadi? Apa kamu mimpi buruk?"
Suara bas yang terdengar sangat khawatir menarik atensi Rain, wanita itu mendongak menatap wajah sempurna dengan rambut berantakan yang kini meneteskan bulir-bulir bening.
Raut wajah lelaki itu, terlihat cemas dan khawatir yang terlihat sangat berlebihan, sejenak Rain terdiam menatap ekspresi aneh itu hingga tidak sadar jika sedari tadi lengan kekar lelaki itu tersarang di samping kepalanya mengelus dengan lembut.
"Kamu kenapa?"
Lagi, suara yang akhir-akhir ini sering Rain dengar mengalun indah di sekitarnya. Rain tersadar, dia menepis kasar tangan Arsan yang menyentuh rambutnya kemudian dia beranjak memasuki kamar mandi tanpa sepatah katapun menyisakan Arsan yang kini menatap bingung pintu kamar mandi yang sudah tertutup dengan rapat.
"Apa dia mimpi buruk?" Lirih Arsan pelan.
Sebelumnya dia sedang mandi karena gerah, namun samar-samar dia mendengar Rain yang bergumam gelisah dan berakhir sebuah benda jatuh yang mungkin Rain pun tidak menyadarinya.
Arsan menatap samping tempat tidur, jam tangan miliknya tergeletak pecah di lantai, mungkin ini asal suara yang di dengar Arsan. Dia memang sengaja menyimpannya di sana agar dia tau jika terjadi sesuatu pada istrinya itu.
Arsan memilih memendam rasa penasarannya, yang terpenting saat ini adalah keadaan Rain yang terlihat sedikit baik-baik saja dan tidak terluka sedikitpun.
Setelah mengenakan pakaian santainya, Arsan kemudian turun kelantai bawah, dia memasuki dapur untuk menyiapkan makan siang untuk mereka berdua, makan siang yang sebenarnya sudah terlewatkan namun Rain harus tetap makan dan minum Vitaminnya.
Arsan menyiapkan masakan sederhana, dia juga tidak terlalu bisa memasak. Dia hanya memasak sup dan ayam goreng, entah Rain akan menyukainya atau tidak karena dia hanya menggunakan bahan-bahan instan.
Rumah ini memang baru selesai dua hari lalu, semua barang tidak terlalu lengkap dan mungkin dia akan membelinya bersama Rain, sesuai keinginan istrinya.
Setelah menyiapkan makan siang sederhana, Arsan kembali ke kamarnya dan mendapati Rain yang sedang duduk di lantai menyusun pakaiannya kedalam lemari baju. Dia terlalu fokus hingga tidak menyadari kehadiran Arsan.
Melihat Rain yang melakukan pekerjaan dengan tubuh lemah dan sedikit kecil untuk wanita mengandung membuat Arsan menggigit bibir bawahnya pelan merasa sangat bersalah membuat remaja seperti Rain harus mengandung dan menikah dengan tanpa kesediaan sendiri.
"Kamu belum makan, aku sudah masakin" ucap Arsan saat lelaki itu kini duduk di sebelah Rain yang masih melipat pakaiannya.
"Kamu harus makan, lalu minum vitamin" kembali Arsan bersuara karena Rain tidak merespon.
"Rumah ini, ada berapa kamar?"
Bukannya menuruti perkataan Arsan, Rain malah bertanya hal yang ingin sekali Arsan hindari atau bahkan hilangkan. Dia tau apa yang selanjutnya akan Rain katakan jika saja dia menjawab iya.
"Tidak, hanya kamar ini" jawab Arsan tentu sedikit berbohong.
"Di sebelah kanan, ada kamar" ucap Rain singkat.
"Itu ruang kerja saya, saya dosen dan CEO di perusahaan jadi pekerjaan saya akan banyak di bawa ke rumah" ucap Arsan cepat.
Rain mengangguk singkat lalu meletakkan pakaian terakhirnya kedalam lemari.
"Kalau begitu, rasanya lantai bawah-"
Arsan dengan cepat menyela perkataan Rain sebelum istrinya itu membuat keputusan sendiri.
"Itu di jadikan perpustakaan, buku punyaku sangat banyak dan kata kakak kamu, kamu suka membaca kan? Buku-buku kita bisa di simpan di sana karena mungkin akan bertambah juga"
"Kalau begitu, jaga jarak saja" ucap Rain dingin lalu bangkit perlahan dan berjalan lebih dulu tidak ingin berdampingan dengan Arsan.
Arsan cukup senang karena Rain tidak memiliki ide lain dan Arsan juga senang karena Rain mau berbicara banyak dengannya.
Rumah baru ternyata membawakan perubahan baru di hubungan mereka.
Awal yang baik. Batin Arsan.
Keduanya berjalan dengan keheningan bahkan hingga mereka sampai di meja makan dan mulai makan dengan tenang, bahkan Rain tak mengomentari masakan Arsan yang menurut lelaki itu tidak terasa bumbu yang pas.
"Sepertinya ini tidak bisa di makan" ucap Arsan namun Rain tetap acuh, dia tetap makan walau perlahan.
Sejak mengandung, wanita itu sangat sulit memasukan makanan kedalam perutnya, rasanya akan selalu mual dan membuatnya tidak nyaman namun ternyata masakan ini lebih bisa dia makan meski tetap tidaklah banyak.
" Kamu tidak apa? Kita bisa membeli makanan jika-"
"Aku, selesai" ucap Rain lalau pergi dari hadapan Arsan yang makanannya belum selesai.
Rain mencuci piring bekasnya dan bergegas keluar rumah setelah dia minum vitamin dengan paksaan Arsan.
'Sepertinya baby menyukai masakan Arsan'
Arsan menatap makanannya dengan senyum tipis, setidaknya Rain menelan makanannya walau tidak mengatakan apapun.
****
Ingatkan Nola kalau ada typo yaa...,Arsan itu idaman gak menurut kalian?
Tindakan Rain itu, gimana menurut kalian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake??
RandomKecelakaan yang membuat seorang perempuan hamil, apakah pertanggungjawaban perlu? "Aku tidak ingin hidup dengan lelaki yang sudah menghancurkan hidupku." "Perlahan kamu akan menerima aku dan anak kita"