15. Kedatangan adik ipar

30 2 0
                                    

"Kakak minta maaf ya, mungkin kakak menyakiti hati Rain lagi" ucap Thalia penuh sesal dengan pandangan menatap Rain yang sudah duduk tenang di kursi penumpang samping supir.

Arsan yang sedang menyimpan koper dan dus besar berisi buku-buku milik Rain menatap kakak iparnya dengan tatapan iba. Sikap Rain, mereka tau seperti apa dan itu mungkin menyakiti hati wanita di hadapannya ini.

Sebagai suami dari Rain, Arsan merasa bersalah karena membuat Thalia kembali sakit hati oleh Rain.

"Saya dan Rain yang seharusnya meminta maaf karena sudah merepotkan selama kami di sini"

Thalia tersenyum, setidaknya dia akan merasa tenang karena lelaki yang menikahi adiknya adalah orang baik seperti Arsan.

"Tolong jaga Rain, ya. Kakak tau dia menyimpan banyak hal di hidupnya" ucap Thalia getir.

Arsan mengangguk yakin, lelaki itu kemudian memasuki mobil setelah berpamitan. Sore hari mereka baru akan pulang mungkin saat langit mulai gelap mereka baru akan sampai.

"Kamu lapar gak, Ra?" tanya Arsan ketika melihat Rain yang hanya diam bersandar dengan tenang.

"Enggak, aku ingin tidur" ucap Rain lalu mulai memejamkan matanya.

Arsan tersenyum tipis lalu mengelus perut buncit Rain. Selama perjalanan Rain benar-benar tidur sedangkan Arsan fokus pada jalanan di depannya dengan tangan yang sesekali mengelus perut buncit dan surai panjang Rain yang tergerai.

Arsan tidak berhenti tersenyum ketika membayangkan suatu saat nanti anaknya memanggil diri Arsan dengan sebutan 'papa' itu adalah hal yang Arsan nantikan setelah tau jika dirinya akan memiliki anak dari Rain.

Kandungan Rain baru menginjak delapan belas bulan, tapi perutnya sudah sangat terlihat besar, Arsan termenung, dia dan juga Rain melewatkan pemeriksaan yang harusnya di lakukan setiap minggu, enam minggu terlewat karena Rain yang enggan dan merasa jika semuanya baik-baik saja.

Awalnya Arsan panik dan resah namun dokter Gina menenangkannya dengan memberikan resep vitamin yang sebelumnya selalu Rain minum sejak hamil.

"Papa sudah lama tidak mengajakmu periksa, sayang" gumam Arsan merasa bersalah.

Awal kehamilan Rain selalu di paksa untuk memeriksakan rutin kandungannya setiap minggu karena kondisinya yang sangat buruk, namun setelah menikah dan kondisinya cukup membaik Rain jadi semakin menolak pemeriksaan dan Arsan tidak ingin membuat Rain semakin stres.

***

Sesampainya mereka di rumah, langit sudah berubah menjadi gelap dan keadaan sekitar rumah yang sunyi. Arsan keluar dari mobilnya hendak membuka gerbang namun seketika tubuhnya terdiam kaku menatap seorang gadis berpakaian minim sedang berjongkok dengan wajah di benamkan di antara lututnya yang ter ekspos.

Tanpa melihat wajahnya saja Arsan sudah mengenali gadis itu dengan sangat jelas. Dia adik perempuannya, Azila.

"Kamu kenapa di rumah abang, Zil" ucap Arsan membuat gadis itu mendongak dengan wajahnya yang basah karena air mata.

"Aku mau tinggal sama abang saja, ya." rengek gadis itu lalu memeluk erat Arsan sambil menangis.

Arsan menghela nafas gusar, dia lelah dan tidak mau mengurusi Zila yang pastinya habis berbuat ulah hingga datang ke rumahnya.

"Enggak. Kamu pulang sebelum ibu dan ayah khawatir" tolak Arsan tegas lalu melepaskan pelukannya dari Zila.

Lelaki itu mengabaikan Zila dan memilih membuka gerbang dan kembali mengendarai mobilnya untuk masuk.

Mistake??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang