"Kursi dan sofa yang nyaman untuk ibu hamil" ucap Arsan pada pegawai yang menawari mereka bantuan untuk memilih sofa tau kursi sesuai yang mereka inginkan.Pegawai itu mengangguk dan mengarahkan pada beberapa opsi yang bisa mereka pilih dengan berbagai bentuk, warna dan juga ke kelembutannya.
Arsan terus berkonsultasi dengan pegawai tentang kursi terbaik untuk mereka pilih, sedangkan Rain melihat lihat beberapa model yang menurutnya cukup unik dan menarik perhatiannya.
"Ra, menurut kamu bagaimana dengan yang itu" Arsan menunjuk sofa berwarna abu-abu muda yang sangat cantik. Sederhana namun sangat aesthetic menurut Rain.
Wanita hamil itu di tarik secara lembut oleh Arsan untuk mendekat dan duduk secara perlahan di sofa itu.
Rain ingin menolak namun memilih diam dan merasakan sofa yang di maksud oleh Arsan.
Ini memang bagus, empuk, nyaman dan tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah untuk Rain, dia bisa duduk dan bangkit dengan mudah dari sofa ini. Rain merasa nyaman, biasanya dia akan kesusahan bangkit dan duduk dengan perutnya yang agak mengembung ini, meski ya memang tidak terlalu susah tapi jika nanti kandungannya sudah lebih besar lagi, mungkin dia bahkan tidak bisa bangkit dengan mudah.
"Bagaimana?" tanya Arsan menunggu jawaban Rain.
Wanita itu mengangguk pelan dan perlahan bangkit di bantu oleh Arsan. Rain merasa kehamilannya ini sangat membuatnya lemah, bahkan untuk melakukan apapun harus ada yang membantunya atau mereka yang tiba-tiba membantu padahal Rain bisa mengerjakannya sendirian, kandungannya masih kecil namun dia sudah di perlakukan seakan bisa saja dia melahirkan detik itu juga.
"Ada yang kamu sukai lagi?" tanya Arsan menawarkan.
Rain menatap ke sekeliling, lalu menunjuk sebuah sofa kecil berwarna piece.
"Untuk di ruang baca" ucap Rain singkat.Arsan langsung saja menyetujuinya padahal ruang baca adalah alibi dan belum di buat secara sesungguhnya. Hal ini membuat Arsan harus memesan lemari dan beberapa buku bacaan agar Rain tidak curiga dan menganggap itu memang bukunya.
Oke, Arsan tidak berbohong. Dia memiliki banyak buku namun itu bisa di letakkan di ruang kerjanya jadi dia memang harus membeli banyak buku untuk di perpustakaan yang dia katakan, dan mungkin buku untuk Rain. Oke, dia harus menghubungi sahabatnya untuk mengurus hal ini.
"Itu bagus. Kita bisa membaca bersama sembari meminum teh dengan nyaman" ucap Arsan padahal bukan itu tujuan Rain.
Rain memikirkan kesendiriannya membaca novel dengan tenang, nyaman dan damai.
Namun dia tidak bisa menolak seseorang yang memiliki hobi membaca dan penyuka buku. Akhirnya Rain hanya diam saja dengan tatapan yang mulai menatap penasaran pada sebuah sofa dengan bentuk yang sedikit aneh.
Itu hanyalah sebuah sofa berwarna putih, dengan bantalan yang sepertinya sangat empuk? Namun yang jadi fokus perhatiannya adalah bentuknya yang melengkung bergelombang seperti huruf S. Sangat unik, dalam pikirannya bagaimana cara duduk di sofa seperti itu, mungkin bagi anak kecil bisa di gunakan untuk perosotan dan main main.
"Kamu menginginkannya?" tanya Arsan penasaran, dia juga jadi menatap sofa itu dengan penasaran, sama seperti Rain.
"Itu memang sangat cocok untuk pasangan, dan akan lebih nyaman untuk ibu hamil" ucap pegawai di tengah-tengah kebingungan mereka.
Rain dan Arsan berpandangan tanpa sengaja, menatap bingung satu-sama lain.
"Mau?" tawar pegawai.
Keduanya secara tidak sengaja mengangguk, walau sebenarnya masih belum mengerti apa fungsi sofa itu.
( gak tau bener atau enggak, anggap aja bener)
Keduanya kemudian pergi dari sana setelah Arsan membayar dan memberikan alamat rumah mereka.
" Kulkas masih kosong, kita beli makanan dan bahan dapur untuk stok" ucap Arsan lalu merangkul Rain untuk ke tempat dimana mereka belanja bahan makanan dan sejenisnya.
" Apa yang kamu inginkan, Ra. Tentu selain mie intan karena itu tidak baik untuk ibu hamil." ucap Arsan saat mereka melewati stok beragam mie instan.
Kini Arsan tidak merangkul Rain, dia mendorong troli di sebelah Rain.
" Aku, tidak bisa memasak" ucap Rain pelan mengungkapkan ketidak mampuannya dalam mengolah makanan.
Arsan terdiam beberapa waktu, keduanya tidak pandai memasak jadi, bagaimana mereka makan kecuali memesan makanan yang jelas itu tidak baik jika di lakukan terus menerus terutama untuk Rain yang sedang mengandung.
"Tidak apa, kita bisa belajar dan makan di luar sesekali," ucap Arsan.
Lagipula tidak bisa memasak itu hal wajar, bukan sepenuhnya tugas wanita untuk bisa memasak, wanita tidak harus bisa masak justru lelaki yang harus bisa segala hal bukan hanya wanita. Jadi, bukan salah Rain jika dia tidak memasak. Tidak memasak bukan berarti sebuah masalah yang besar menurut Arsan.
" Ambil apapun yang kamu mau, nanti bisa mengikuti tutorial untuk kita memasak" ucap Arsan.
Tanpa sadar Rain menuruti dengan mengambil apapun yang menurutnya harus di ambil, sayuran, daging, telur, segala jenis bumbu dapur, bahkan nugget dan sosis dia ambil, untung Arsan tidak mengomel dengan hal itu.
"Kamu perlu makan banyak buah, Ra" Arsan mengambil berbagai jenis buah yang sekiranya baik untuk Rain, mereka tidak tau buah apa yang paling bagus namun melalui insting mereka memilih buah yang paling umum dan kelihatannya lezat saja.
Lagipula Rain menyukai buah, jadi apapun itu dia akan memakannya terutama melon yang kini Arsan ambil paling banyak, dua buah melon? Apa lelaki itu tau jika Rain menyukai melon? tapi darimana, bahkan kakaknya tidak tau jika Rain sangat menyukai buah itu.
"Setelah ini, kamu harus makan, Ra. Sudah waktunya minum Vitamin" ucap Arsan mengingatkan.
Rain menghela nafas pelan, dia tidak suka meminum Vitamin terutama di siang hari seperti ini. Di tidak ingin makan dia tidak ingin melakukan apapun lagi namun pada akhirnya dia terpaksa untuk makan.
Di suapi oleh Arsan. Jangan heran atau mengatakan hal apapun pada Rain, dia memang enggan berdekatan dengan Arsan, namun sekarang dia merasa hal menyebalkan pada bayinya, bayinya selalu menginginkan di dekat Arsan hingga terkadang dia tidak menolak rangkulan atau pelukan lelaki itu.
Rain juga bisa makan dan menelan makanannya tanpa merasakan mual jika lelaki itu menyuapinya. Ini bukan keinginannya, tapi ini keinginan bayi di perutnya. Ingat itu.
"Makan yang banyak, Ra. Aku suka menyuapi mu seperti ini karena itu membuat kita semakin dekat" ucap Arsan secara langsung.
Rain terdiam tidak menanggapi, dia paling benci ketika melihat lelaki itu tersenyum pada dirinya seakan dia bahagia membuat Rain seperti ini.
Arsan tetap tersenyum senang meski kini raut wajah Rain menjadi kesal, benci dan suram seperti beberapa waktu lalu. Dia tidak tau apa yang di rasakan oleh Rain, namun dia ingin membuat Rain percaya jika mereka bisa memulai hidup bersama yang lebih baik, Arsan akan terus membuat Rain nyaman, Arsan ingin Rain juga bisa merasakan kebahagiaan dari pernikahan yang mendadak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake??
RandomKecelakaan yang membuat seorang perempuan hamil, apakah pertanggungjawaban perlu? "Aku tidak ingin hidup dengan lelaki yang sudah menghancurkan hidupku." "Perlahan kamu akan menerima aku dan anak kita"