Brenti Nyebelin, Bisa?!

1.4K 136 45
                                    

"Ck. Apa susahnya ngetik balesan, sih?!" Rian berdecak di balik kemudi mobilnya yang sudah terparkir di halaman FKIP kampusnya. Dia menatap layar ponselnya yang tidak berubah sejak setengah jam yang lalu.

Shera benar-benar bersikap menyebalkan. Dia tidak sedikitpun membaca ataupun membalas pesan yang Rian kirim sejak semalam.

Bahkan Rian gagal menjemputnya pagi ini. Karena Shera sudah keluar dari rumahnya sejak pagi buta. Entah mengapa gadis itu selalu berhasil membuat kepala Rian hampir meledak dibuatnya.

"Sorry... Loe kenal Shera Khanza?" Tanya Rian kepada beberapa mahasiswa yang tampak duduk mengantri di depan TU FKIP. Dia akhirnya mengalah dan memilih mencari langsung gadis itu.

"Loe siapanya, dan ada perlu apa ya?!" Cecar salah satu dari mereka. Rian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Bingung bagaimana menjelaskan statusnya.

"Hiss! Kasih tau aja deh..." Bisik salah satu dari mereka.

"Keknya gue lihat dia ke arah perpus, loe cari aja di sana..." Jawab teman Shera lagi.

"Okay, thanks..." Ucap Rian sambil berlalu.

"Tumbenan ada cowok nyariin Shera!" Celetuk salah satu teman Shera yang masih dapat di dengar Rian. Dan tak sengaja berhasil menerbitkan segaris senyum di wajahnya.

Rian menyusuri lorong-lorong kampusnya yang jarang ia lewati.

Membujuk Shera rupanya tak semudah membujuk Bianca kekasihnya. Shera cukup menyebalkan. Shera tak gampang luluh oleh kata-kata darinya. Gadis itu terlalu pintar menimpali setiap kalimatnya.

Mengesalkan!

Karena itu Rian harus melakukan banyak hal.

Setelah melalui perdebatan yang cukup sengit dengan petugas kampus, akibat Rian membawa satu cup matcha latte ditangannya. Akhirnya Rian diperbolehkan masuk. Rian berhasil memberikan alasan yang masuk akal untuk dapat menemui Shera di dalam.

"Ingat jangan sampai tumpah, atau bikin kekacauan!" Peringat petugas perpustakaan.

"Baik Pak... Terimakasih banyak..." Ucap Rian sopan.

"Suami istri, gak baik marahan lama-lama... Sebagai laki-laki harus gentle minta maaf kalau ada salah... Apalagi sudah jadi kepala keluarga..." Nasihat petugas itu sembari menepuk-nepuk punggung Rian. Membuat Rian otomatis tersenyum kikuk.

"Baik, Pak. Permisi..." Pamitnya. Dia mengedar pandangan ke setiap sudut perpustakaan. Lalu sudut matanya berhasil menemukan Shera yang tampak berkutat dengan laptop dan buku-buku tebalnya.

Shera memilih mendudukkan diri di meja paling pojok. Gadis itu tampak serius, dengan sebuah kacamata yang bertengger dengan dua lensa bulat yang membingkai wajahnya.

Shera tampak menggemaskan mengenakan kacamata itu. Bukan seperti Shera yang Rian kenal sehari-hari.

Shera berjengit, kala merasakan sesuatu yang dingin menyentuh wajahnya. Dia menoleh sembari melotot sebal. Sedangkan Rian sudah terkekeh melihat ekpresi Shera yang mencebik mengumpatinya.

"Sorry... Gue gak tau kalau Bianca nyakitin loe duluan.." Ucapnya lembut. Shera berdecih.

Gadis itu memilih membungkam diri mengabaikan keberadaan Rian dan melanjutkan kegiatannya. Rian menggeram lirih.

Setelah sebulan menjalani rutinitas sebagai tunangan Rian. Shera semakin hapal dengan sikap lelaki itu.

Rian benci diabaikan!

Maka dari itu Shera akan mengabaikan Rian.

Shera tampak acuh dan memilih menekuri buku-buku di hadapannya. Atau sesekali membuat catatan kecil di laptopnya.

WEDDING IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang