Rian menatap jalanan yang ramai dari atas rooftop sebuah gedung yang terbengkalai. Dia mendudukkan dirinya disana, sebuah rokok ia nyalakan lalu menghidunya dalam. Pikirannya berkecamuk, tuduhan tak beralasan dari teman-teman Bianca berhasil menganggu pikirannya.
Sekali lagi ia menghirup dalam-dalam asap nikotin sebelum akhirnya menghembuskan ke udara.
"Ternyata loe sejahat itu, Rian! Loe selingkuhin Bianca!" Tuduh salah satu teman Bianca saat Rian mendatangi mereka siang ini.
"Gak usah sok baik, sok setia! Belum ada sebulan putus loe udah jalan sama cewek lain! Jadi bener kan, kalau Shera Khanza itu cewek kegatelan! Cantikan juga Bianca, loe buta kali ya!" Tuduh lainnya lagi. Rian menggeram kesal mendengar ucapan buruk tentang Shera.
"Maksud kalian apa?! Hapus sekarang juga postingan di akun lambe yang kalian buat. Kalau tujuan kalian bikin berita cuma buat ngejelekin Shera. Gue gak akan tinggal diam. Gue laporin kalian ke kaprodi! Biar segera di tindak!" Ancam Rian berusaha membela Shera. Lelaki itu buru-buru merebut sebuat IPad yang sedang terbuka menampilkan sebuah akun yang menjadi sasaran amukannya. Rian menghapus postingan yang berisi fitnahan terhadap Shera.
"Wah... Wah.. Wah... Gue gak nyangka. Jadi jangan-jangan loe si biang kerok Bianca di DO dari kampus. Brengsek emang!" Tuduh teman Bianca sembari mendorong tubuh Rian keluar dari basecamp mereka, lalu menutup pintu dengan keras.
Kini, Rian terkekeh dengan nada sumbang mengingat kejadian itu. Bagaimana bisa dirinya tertuduh sebagai dalang dibalik menghilangnya Bianca?
Gadis itu bahkan memutuskan dirinya sepihak, lalu memblokir seluruh kontak sosial medianya. Lalu tetiba Rian mendapatkan informasi yang mencengangkan bahwa Bianca di DO dari kampusnya.
Semua terlalu membingungkan. Kemana perginya gadis itu? Apa yang sebenarnya terjadi?
Rian menjadi kembali bimbang dengan keputusannya untuk memperjuangkan Shera. Dia benar-benar takut akan kembali mengecewakannya.
****
Disisi lain, Shera baru saja turun dari lantai dua gedung prodinya sembari menekan panggilan berulang ke arah lelaki itu. Ia melambai ke arah Sean, kala lelaki itu berbalik ke arahnya sembari menerima panggilan dari Shera. Lelaki itu tersenyum senang mendapati sahabatnya tampak baik-baik saja.
Setelah membaca postingan sesaat yang menggemparkan sebagian besar warga kampusnya. Sean merasa khawatir dengan keadaan Shera.
"Are you okay?!" Sambut Sean menatap kedatangan Shera. Namun, tampaknya tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan gadis itu.
"Menurut loe?!" Serunya dengan ceria, ia lalu mengeluarkan beberapa buku yang pernah dipinjamnya dari Sean. Sean terkekeh, Shera selalu tampak baik-baik saja.
"Makasih ya.. Gue udah mutusin sesuai dosbing aja. Sekarang otewe bab 2." Pamernya dengan cengiran kuda.
"Wadaw! Loe mau nyalib gue?! Dosbing gue keknya punya dendam pribadi deh! Susah banget buat ditemui.." Curhat Sean terdengar menyedihkan. Shera tertawa nyaring.
"Selamat deh.. Semoga menjadi mahasiswa abadiii..." Goda Shera yang mendapat jitakan di keningnya dari Sean.
"Awss... Sakit tau!!" Keluh Shera.
"Jalan yuk..." Ajak Sean, Shera tampak menimbang. Sudah lama dia tidak menemani sahabatnya, sejak ia memutuskan berbaikan dengan Rian. Sepertinya bukan masalah jika sesekali ia pergi bersama Sean.
"Ayo deh... Mau kemana?" Tanya Shera.
"Mall aja deh..." Putus Sean yang di setujui Shera.
Sean mengendari motornya dengan pelan, tak butuh waktu lama mereka akhirnya tiba di salah satu mall terdekat dengan kampusnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/366478190-288-k810980.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING IMPOSSIBLE
Romance"Gak boleh nyerah! Kalau gagal harus maksa buat jadian! Nangis hanya milik cewek-cewek lemah!" Shera Khanza "Loe bisa berhenti gangguin gue gak sih?! Gue gak akan pernah putus sama Bianca! Gue harap pertunangan kita gak pernah terjadi!" Rian Pratama