Ga Usah Maruk!

1.4K 140 38
                                    

Rian membanting dirinya di atas kasur empuknya. Mengacak rambutnya frustasi. Lelaki itu memandangi pesan dari Bianca-kekasihnya.

Setelah pagi harinya di buat frustasi dengan kelakuan diluar nalar Shera. Kini Bianca kembali meneror kepastian untuk mengenalkannya kepada keluarga Rian.

"Arrghhh... Gue musti gimana, Tuhan?!!!" Erangnya.

Percakapan dengan Omanya kembali terngiang di telinganya. Bayangan keluarganya yang begitu menyayangi Shera. Juga Cilla keponakannya yang tampak lengket dengan gadis itu terus menyerang perasaan gundahnya.

"Ke basecamp... Gue butuh saran loe..." Ucap Rian memutus panggilan sepihaknya, tanpa memedulikan Pras yang tampak bingung di seberang.

Rian menyambar jaket dan mengambil kunci motornya, dia butuh Pras saat ini.

Tak butuh waktu lama baginya untuk membelah kemacetan dan sampai di kampusnya. Rian melepas helmnya, lalu melangkah terburu ke arah basecampnya.

Brak...

Rian mendudukkan dirinya. Pras hanya menarik napas kasar menatap wajah frustasi yang tergambar jelas di wajah Rian.

"Kenapa lagi?" Tanya Pras sembari duduk di meja dekat Rian. Rian belum menjawab pertanyaan Pras. Dia memilih menyulut api pada rokoknya. Menghisap nikotin dalam-dalam lalu menghembuskannya.

Berharap dapat mengurangi rasa penuh yang menyerang dada dan kepalanya itu.

"Gue harus gimana... Gue... Gue bingung! Loe tau kan... Posisi gue saat ini kayak lagi di jembatan shirotol mustaqim... Goyang dikit masuk neraka gue!" Terang Rian sembari meraup wajah dengan sebelah tangannya.

Pras terkekeh sembelum menjawab. Dia berjalan ke luar jendela. Lalu menyandarkan badannya pada dinding. Dia kembali menatap ke arah Rian.

"Hati loe condong kemana?" Tanya Pras kemudian.

"Bianca!" Jawab Rian diplomatis.

"Tapi... Gue takut kehilangan Shera... Keluarga gue... Bahkan keponakan gue sayang banget sama dia..." Lanjut Rian tampak gundah.

"Pilih satu. Jangan maruk!" Jawab Pras tak kalah tegas.

"Tapi... Loe tau kan... Gue sayang banget sama Bianca... Dia ada di titik terendah hidup gue... Dua tahun bukan waktu yang singkat... Banyak hal sedih senang yang sudah kita lalui..." Curhat Rian lagi.

"Sekarang gue tanya sama loe... Satu hal yang bikin loe gak bisa lepas dari Bianca apa?!"

"Dia... Gak bisa hidup tanpa gue..." Jawab Rian. Pras tampak tertawa lebar.

"Bianca bukan anak-anak... Dia punya keluarga... Gak usah sok paling pahlawan...." Ujar Pras kesal.

"Dan satu hal yang buat loe ragu buat melepas Shera apa?!" Tanya Pras lagi, sembari melipat kedua tangannya.

"Shera... Terlalu baik buat gue... Tapi gue gak tega buat lepasin dia." Jawabnya jujur.

"Bullshit! Jujur aja loe udah tertarik dengan Shera. Loe takut kehilangan dia!" Umpat Pras. Rian hanya menghembuskan asap nikotinnya ke udara.

"Loe gak bisa lepasin Bianca. Karena loe tau, Bianca terlalu bergantung dengan loe... Bahkan loe dengan bodohnya rela nungguin Bianca buat bisa wisuda bareng..." Pras mencoba membuat perbandingan.

"Ck. Gue gak gitu, Pras..." Ucap Rian tak terima.

"Pilih sekarang... Atau kalau gak... Shera akan lebih dulu ngelepas loe... Jangan jadi pecundang yang berkedok 'rasa kasihan, gak tegaan'. Shera bukan cewek murahan. Kalau loe kelamaan... Tinggal tunggu tanggal mainnya. Loe bakal kehilangan keduanya..." Tutup Pras.

WEDDING IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang