Bandung, I hope U!

1.2K 138 56
                                    

"Aduh, Maaf ya... Padahal kamu tamu, kok malah kakak repotin..." Ujar Tiara kakak Rian tampak tak enak. Namun suara tangis dari baby boy usia 2 minggu itu terdengar berulang, membuat perempuan itu tidak ada pilihan.

"Udah kak... Santai aja... Kakak ambil debaynya... Ini biar Shera yang urus..." Jawab Shera mencoba meyakinkan.

Sepeninggal Tiara, Shera kembali melanjutkan kegiatan memasak udang yang tertunda. Dengan telaten gadis itu mencelupkan ke tepung lalu menggorengnya satu persatu.

Rian menarik ujung bibirnya. Entah mengapa ada perasaan ingin menjahili Shera. Lelaki itu membawa langkah ringannya mendekati dapur kakaknya.

Shera masih sibuk dengan kegiatan menggorengnya, ia tampak menaruh udang yang matang ke piring lalu melanjutkan menggoreng sisa udang lainnya.

Rian memperhatikan kegiatan Shera dalam diam sembari tangannya sesekali mencomot udang dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

"Ck. Gausah dicemilin! Ih..." Shera menggeplak tangan Rian yang ketahuan mau mengambil udang lagi. Rian terkekeh senang mendapat omelan Shera.

"Loe bisa masak juga?" Tanya Rian. Shera mengacuhkan kembali lelaki itu. Rian beralih berdiri bersisian dengan Shera, masih dengan mulut yang penuh dengan udang.

"Jadi nasgor kemarin loe sendiri yang buat..." Tanya Rian penasaran.

"Gaklah! Ngapain juga... Order lah! Lagian loe sedekahin sama nini gombreng juga..." Jawab Shera bersungut-sungut.

"Loe cemburu?" Ucap Rian memastikan. Dia memperhatikan raut wajah Shera yang tampak cemberut menggemaskan.

"Dih! Kek gua ga ada kelebihan aja mencemburui sesuatu yg dibawah standar gue..." Jawab Shera lagi. Rian kembali terkekeh.

"Gue bantuin..." Tawar Rian mencoba mengambil alih kegiatan memasak Shera.

"Gak usah... Husss sana! Ntar gosong, Rian!" Jawab Shera meragukan Rian.

"Sebagai calon suami yang baik, harus saling membantu..." Ujar Rian sembari terkekeh geli menyebutkan kata calon suami kepada Shera.

"Ck. Ngeselin banget sih! Kalau bukan lagi di Bandung udah gue cakar loe!" Ucap Shera yang sudah habis kesabarannya.

Rian kini sibuk menatap Shera yang terampil melakukan pekerjaan rumah.

Setelah menyelesaikan kegiatan menggoreng, Shera melanjutkan dengan merapikan isi dapur rumah kakak Rian. Gadis itu dengan telaten mencuci dan mengelap alat-alat dapur dan menyusunnya ke dalam rak.

Rian tergerak membantu gadis itu. Shera hanya menoleh sekilas kala tangan Rian mengambil alih lap di tangannya.

Ia mengambil alih piring-piring dari tangan Shera, dengan telaten bergantian mengelapnya lalu menyusun ke dalam rak.

"Sher... Sorry buat semua ucapan gue yang selalu bikin loe sakit hati..." Ucap Rian yang terdengar tiba-tiba, membuat kegiatan merapikan dapur terhenti. Gadis itu menoleh sekilas sebelum membalas ucapan Rian.

"Gue gak perduli... Jadi gak usah dibahas!" Jawab Shera dengan suara yang tampak santai.

"Loe... Gak marah sama gue?!" Tanya Rian sekali lagi memastikan. Shera menarik napas panjang. Shera tidak tahu. Dia merasa tidak berhak untuk marah atas semua perbuatan Rian kepadanya.

Toh hubungan mereka hanyalah sebentuk status sosial, bukan?!

"Gue enggak tau... Karena gue berusaha gak perduli dengan ini semua..." Jawab Shera sembari mengangkat jemarinya yang ada cincin melingkar disana.

WEDDING IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang