Brakkkkk...
Shera membanting pintu mobil Rian keras-keras. Meninggalkan lelaki yang baru keluar dari kendaraan roda empatnya. Mengikutinya masuk ke dalam rumah Shera.
"Kenapa?" Mamanya bertanya melihat anak gadisnya yang tampak berlalu dengan langkah lebar sembari memberengut kesal. Kekesalannya kepada Rian memuncak. Kala tau Rian memblokir nomor Sean.
Rian mendadak posesif tidak jelas.
"Tan..." Rian yang berada di belakang Shera menyapa ramah Mama Shera, kemudian mencium tangan perempuan paruh baya itu. Rian menyerahkan HP milik Shera yang masih dikantonginya sepanjang jalan.
"Marahan?" Tanya Mama Shera penasaran, sembari menerima HP Shera.
"Rian hanya ngingetin Shera buat ga deket-deket sama temen cowoknya.. Soalnya kan kita udah tunangan..." Jawabnya santai.
"Em... Bagus deh, Tante suka kalau kamu udah nyaman sama Shera... Dan mau repot-repot jagain Shera..." Jawab Mamanya bangga.
Shera jengah mendengar pernyataan Rian. Ia yang baru menginjak anak tangga terakhir, spontan menoleh ke arah Rian.
Dia mengacungkan jari tengahnya ke arah Rian yang sedang terkekeh jumawa. Rian melotot tak percaya, kala Sara tampak mencebik mengumpatinya lirih.
Awas saja, Rian!
Shera akan membuat Rian menyesali perkataannya, karena telah menyusun cerita berkebalikan dengan kelakuannya itu.
***
Shera berangkat lebih pagi, menghindari Rian yang sudah pasti akan menjemputnya.
Dia sudah mencapai kampus sebelum pukul 08.00. Padahal hari ini dia tidak ada jadwal kuliah. Hanya berencana untuk mencari referensi untuk skripsinya itu.
Namun, sejak semalam Shera sudah menyusun rencana balas dendam untuk Rian.
Shera mengumpulkan informasi diam-diam tentang jadwal kuliah Rian, makanan kesukaan Rian bahkan basecamp Rian dan sohib-sohibnya-yang Bianca saja tidak pernah mengetahuinya.
Shera tersenyum miring, menatap kendaraan Rian yang sudah memasuki area kampusnya. Ia berdiri bersembunyi di balik balkon perpustakaan yang berhadapan langsung dengan basecamp Rian.
Rian sebenarnya juga hanya datang ke kampus untuk mengulur waktu agar tidak buru-buru lulus. Dia kini sudah berada di semester 8, dimana sebagian besar teman-temannya wisuda tahun ini. Namun, Bianca selalu merasa takut kehilangan Rian.
Mungkin itulah alasan besar Rian masih bertahan di kampusnya, agar bisa wisuda bersama kekasihnya.
"Rian... Loe salah cari lawan kata gua!" Ucap Shera terkekeh.
Rian tampak memasuki ruang basecampnya dengan raut kesal.
"Masalah lagi? Sama Bianca?" Pras bertanya, Pras sudah hapal di luar kepala jika Rian dan Bianca bertengkar maka dia akan bertingkah seperti itu. Kali ini Rian enggan menanggapi pertanyaan Pras. Rian memilih menyalakan rokoknya.
"Kenapa lagi?!" Kali ini Dirga yang baru masuk bertanya ke arah Pras yang di jawab dengan mengendikan bahu.
"Udah biarin aja... Ntar juga kalau baikan, bucinnya kumat lagi..." Ujar Pras terkekeh.
Rian masih menatap layar ponselnya. Pesan yang ia kirim ke Shera tak satupun mendapat jawaban.
Gadis menyebalkan itu bahkan memilih di jemput teman lelakinya dibanding dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
WEDDING IMPOSSIBLE
Romance"Gak boleh nyerah! Kalau gagal harus maksa buat jadian! Nangis hanya milik cewek-cewek lemah!" Shera Khanza "Loe bisa berhenti gangguin gue gak sih?! Gue gak akan pernah putus sama Bianca! Gue harap pertunangan kita gak pernah terjadi!" Rian Pratama