Lebay, loe!

1.2K 137 24
                                    

Shera menyalakan laptopnya, dia duduk di pojok kantin yang tak pernah sepi. Setumpuk kertas hasil revisi skripsinya tak luput menemani siang harinya. Mata panda gadis itu tampak menghiasi kedua sudut matanya.

"Istirahat dulu, Sher..." Ucap seseorang yang tanpa ijinnya sudah mendudukkan diri di samping Shera. Lelaki itu menyerahkan segelas coklat hangat ke hadapan Shera.

"Ck. Nanggung..." Ujar Shera masih berjibaku pada papan ketik laptopnya.

"Sekali-kali nurut, Shera Khanza..." Ucap Rian dengan suara rendah penuh penekanan. Shera menghentikan jemarinya, dengan sedikit memberengut dia pasrah, kala laptopnya di ambil Rian.

"Makan dan minum... Gak boleh telat lagi." Ucap Rian membukakan rice bowl chicken katsu lalu mengangsurkan ke arah gadis itu.

"Masa minumnya coklat hangat sih... Kan ga nyambung, Rian..." Seru Shera sembari menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Rian terkekeh sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sowry... Gue bingung loe sukanya apa... Jadi kalau loe nolak makanan dari gue. Minimal loe masih bisa kenyang minum coklat angetnya." Jawab Rian jujur.

"Thanks... Loe gak harus seberusaha ini kok buat meyakinkan gue. Tentang, loe..." Ucap Shera sembari menatap ke arah Rian.

"Gak papa... Seperti janji gue ke orang tua kita. Gue pengen memperjuangkan hubungan ini lagi. Gue pengen memulai dari awal. Kalau loe ngerasa terganggu dengan kehadiran gue... Gue minta maaf, tapi gue gak akan menyerah." Jelas Rian penjang lebar. Shera hanya tersenyum penuh arti.

"Makan dulu... Kalau laper emang bikin kita ngelantur..." Ujar Shera terkekeh, namun tangannya mengangsurkan sesendok chicken katsu ke arah Rian. Rian terkekeh sebelum akhirnya menerima suapan dari Shera.

"Meskipun terasa aneh, tapi masih bisa diterima di lidah kita." Komentar Shera yang menikmati coklat hangatnya setelah menghabiskan seporsi rice bowl-nya itu.

"Em... Mungkin kayak hubungan kita. Meskipun terasa aneh, tapi ga ada salahnya untuk di coba..." Ujar Shera terkekeh, ia kembali menyeruput coklatnya. Rian mengangguk sembari tersenyum ke arah Shera.

Lalu keduanya kembali sibuk dengan gawai mereka masing-masing.

"Sher... Gue boleh beli ini gak?!" Tanya Rian tiba-tiba. Dia mengangsurkan ponselnya yang menampilkan sebuah jacket boomber keluaran terbaru. Lalu menunjukkannya ke arah Shera.

"Kenapa tanya gue?" Shera mengernyit bingung mendapati todongan pertanyaan dari Rian.

"Em, loe bilang apapun harus di komunikasikan dengan baik, jadi gue ijin ke loe..." Jawab Rian, namun gelak tawa Shera tampak mengiringi pernyataan lelaki itu.

"Ih! Gak gitu juga Rian. Lebay loe!" Ujar Shera tertawa lagi.

"Jangan bikin loe gak nyaman buat ngejalanin ini sama gue." Lanjut Shera.

"Jadi boleh kan, Sher? Maksudnya gue pengen dibantu pilihin..." Lanjut Rian tampak memohon. Shera masih belum memahami perubahan Rian yang sangat kentara.

"Huft.. Kok gue merinding sih! Loe jadi aneh, Rian. Please kita bersikap kayak biasanya aja gaksih?!" Ujar Shera menambahi.

"Sher..." Rian terdengar merajuk, akhirnya Shera mengalah, Rian merapat ke arah Shera lalu membiarkan gadis itu megomentari postingan di sebuah online shop.

"Em... Yang ini bagus sih, tapi kek kurang cocok sih di badan loe... Warnanya kucem. Skip!" Perintah Shera. Rian hanya terus mengikuti komentar Shera, dia membantu menggulir gawainya yang menampilkan berbagai model jaket di laman yang sedang mereka lihat.

WEDDING IMPOSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang