Bab 15 : Senyum Merekah

2.9K 407 33
                                    

Ketika Gu Shangjun masuk di dalam ada Qi-shi, Liu-shi, Gu Cheng dan beberapa teman Nyonya Tua. Mereka tertawa satu sama lain dan mengobrol tanpa henti. 

Yang-shi adalah wanita yang sulit, ia tidak senang berkumpul untuk hal-hal tidak berguna semacam ini. Ketika Gu Shangjun masuk mereka semua langsung terdiam dan merasa canggung. 

Bagaimanapun Gu Shangjun terkenal sebagai anak yang sangat nakal dan suka membuat keributan. Apalagi hobi Gu Shangjun yang kerap memburu pada budak, walaupun ini dikatakan sebuah tren tapi tindakan itu juga sangat keji. 

Gu Shangjun lama tidak muncul di ibukota karena ikut menjadi pasukan yang menjaga perbatasan. Ketika ia muncul lagi, aura Gu Shangjun sangat menyeramkan membuat siapa saja menjadi sungkan karenanya. 

“A-Jun, kau kembali? Aku dengar kau jatuh sakit. Apakah itu sudah benar-benar sembuh?” Tidak peduli bagaimana buruknya hubungan Yang-shi dan Liu-shi, Nyonya Marquis ini tetap menyukai Gu Shangjun sebagai keponakannya sendiri. 

“Apakah menjadi tentara membuatmu gampang sakit, Shangjun?” Gu Cheng berbicara dengan nada meremehkan. Ia sejak dulu iri dengan prestasi Gu Shangjun dan betapa Gu Shangjun lebih dikenal dibanding dirinya, calon penerus asli gelar Marquis Yun. 

“Hanya satu kali dalam setahun. Aku lebih sering sakit karena terluka saat bertempur.” Gu Shangjun menjawab santai, ia tahu bahwa Gu Cheng sangat membencinya karena hal ini. Ia suka membuat orang lain marah. 

Liu-shi menenangkan Gu Cheng. Jangan sampai anaknya ini mengamuk dan mempermalukan keluarga mereka di depan para tamu. 

“A-Jun tinggalah lebih lama, kau sudah bertempur sepanjang tahun.” Qi-shi berbicara dengan nadanya yang lembut dan sopan. 

“Terima kasih atas perhatian Bibi.”

Akhirnya para tamu berpamitan, Qi-shi dan Liu-shi mengantar para tamu mencapai pintu depan. 

“Nenek~ sekolah akhir-akhir ini sangat sulit. Aku akan pergi belajar dulu, ya?” Gu Cheng berbicara dengan nada yang manis, Nyonya Tua tersenyum hangat dan membelai kepala cucu kesayangannya ini. 

“Benar. Sekolah memang sulit. Belajarlah dengan giat agar kau bisa lulus ujian kali ini. Hm?”

Gu Cheng tersenyum optimis. Ia berpamitan pada Nyonya Tua dan kembali ke kamarnya. Sementara itu ketika Gu Cheng sudah benar-benar pergi, senyum Nyonya Tua luntur dan wajahnya kembali datar seperti biasa. 

“Bawakan ramuan obatku.” Nyonya Tua memerintahkan pelayannya. Ia membetulkan posisi duduknya dan bergumam. “A-Cheng adalah anak yang sangat berbakti, dia membelikan ramuan obat yang ampuh bagi wanita tua ini.”

Gu Shangjun jelas mendengarnya. Ia tidak mampu menahan kekesalan dihatinya. Bagaimanapun itu pastilah ramuan obat yang ia bawa, Gu Cheng yang sedungu keledai itu mana mungkin bisa memiliki pemikiran mencari obat untuk Nyonya Tua? Tetapi jelas Gu Cheng akan mengambil pujian untuk dirinya sendiri. Gu Shangjun sudah terbiasa dengan hal itu. Dimata neneknya Gu Cheng adalah cucu terbaik yang ia miliki dan Gu Shangjun hanyalah anak nakal yang tidak bisa diatur. 

“Shangjun. Kapan kau akan berhenti dari pasukan? Biarkan A-Cheng yang menggantikanmu. Bagaimanapun A-Cheng akan menggantikan posisi Marquis Yun.” Nyonya Tua adalah wanita yang masih memegang teguh sebuah tradisi dan martabat keluarganya. Ketika Gu Shangjun jauh lebih dikenal daripada Gu Cheng, ia merasa cemas. 

“Perang belum usai.” Gu Shangjun memberikan jawaban pendek. 

“Oleh sebab itulah mengapa Gu Cheng harus menunjukkan dirinya. Shangjun tidakkah kau merasa kasihan kepada A-Cheng? Dia tidak begitu baik dalam pelajaran, mungkin bakatnya memang di dunia militer. Atau begini saja, kau bawalah Gu Cheng ikut berperang bersamamu.”

[BL] Kehidupan Kita Baru DimulaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang