Saat malam hari Gu Shangjun dan Yang-shi duduk di gazebo yang berada di pinggir kolam ikan. Udara terasa sangat dingin, Yang-shi mengeratkan jubah tebalnya.
“Maafkan ibu.”
Gu Shangjun terkejut. Setelah keheningan yang panjang dan canggung akhirnya Yang-shi mengatakan sesuatu. Tetapi itu jelas bukan suatu hal yang dipikirkan Gu Shangjun.
“Aku selalu mendidik anak-anakku dengan cara seperti apa yang keluargaku lakukan. Tetapi aku selalu lupa bahwa anak-anakku bukanlah aku ataupun saudaraku. Mereka memiliki jalan hidup sendiri yang tak seharusnya aku terlalu ikut campur.” ketika mengatakan kalimat ini rasanya Yang-shi sangat tercekat. “Apa yang kau katakan seluruhnya benar. Aku bukanlah ibu yang baik, aku bisa memahami mengapa kau membenciku. Aku tidak akan menyalahkanmu.”
“Meskipun aku mengatakan aku tidak suka dengan cara ibu mendidikku. Tetapi bukan berarti aku membenci ibu. Aku berusaha mengerti bahwa ibu hanya ingin yang terbaik bagiku, Qiuyue dan Haoran.” Gu Shangjun tidak pernah melihat ibunya begitu rentan seperti ini. Ia merasa ingin melindungi ibunya dari segala hal menyakitkan dari dunia ini. Sama seperti ibunya melindunginya ketika kecil dulu.
Gu Shangjun menyandarkan kepalanya ke bahu ibunya. Yang-shi dengan lembut membelai kepala Gu Shangjun.
“Melihat Zhu Yinan merawat Zhu Xuanjie. Aku memahami berbagai hal. Zhu Yinan akan melakukan apa saja yang terbaik bagi Zhu Xuanjie. Zhu Yinan akan membeli pakain serta mainan mahal untuk Zhu Xuanjie, Zhu Yinan akan panik dan kebingungan jika Zhu Xuanjie jatuh sakit, Zhu Yinan memastikan setiap harinya Zhu Xuanjie aman dan tidak menderita keluhan apapun. Aku mengerti, barangkali itulah yang ibu harapkan dan inginkan untukku.” Gu Shangjun mengungkapkan segalanya. “Tetapi ibu, sejak awal aku tidak ingin menjadi Marquis Yun. Aku ingin menjadi Sarjana karena ibu akan bahagia karenanya. Tetapi setelah aku ditekan agar mengalah pada Gu Cheng, aku sungguh membuat ibu kecewa kepadaku. Maafkan aku.”
Yang-shi selalu menggunakan cara keras untuk mendidik putranya. Gu Shangjun yang tidak bisa mengungkapkan kegagalannya pada Yang-shi yang membuat hubungan mereka mulai memburuk.
Keinginan Gu Shangjun sangat sederhana, menjadi Sarjana karena itulah yang akan membuat ibunya bangga terhadapnya.
“Aku pergi ke barak karena aku marah pada ibu, tetapi ibu aku tidak pernah ingin membencimu.” Air mata Yang-shi menetes semakin deras. “Terima kasih sudah melahirkanku.”
Gu Shangjun mengangkat kepalanya. Ia memandang ibunya. Dulu saat ia masih kecil ibunya masih begitu muda. Harus bertahan di rumah yang bukan miliknya, mengurus rumah tangga dan anak. Pada usia itu Gu Shangjun hanya tahu pergi berperang dan mengganggu Zhu Yinan. Tidak memiliki beban apapun.
Gu Shangjun memeluk Yang-shi erat. Yang-shi menangis tersedu-sedu.
“Terima kasih… terima kasih sudah memilih lahir sebagai putraku dan bertahan menjadi anakku.” Yang-shi berkata dengan begitu tulus.
Ia teringat saat dirinya sangat lelah dengan segala permasalahan di rumah ini, Yang-shi yang masih muda dan belum dewasa menangis. Gu Shangjun kecil datang membawa bunga dengan warna cerah, tidak mengatakan apa-apa, berjongkok di hadapan Yang-shi. Dengan mata bulatnya yang menggemaskan, bibir kecilnya yang membentuk senyuman, suara renyah ketika menghibur Yang-shi.
Yang-shi memeluk erat putranya. Menangis dipelukan Gu Shangjun kecil. Gu Shangjun kecil mengusap rambut ibunya dengan tangan mungilnya.
Sekarang Gu Shangjun dewasa memeluk ibunya erat. Tangannya yang kuat mengusap lembut rambut ibunya. Tubuh yang tidak lagi kecil, tubuh pria dewasa yang kuat dan kokoh menunjukkan bahwa Gu Shangjun tumbuh dengan baik melewati semua pahitnya kehidupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Kehidupan Kita Baru Dimulai
Fiksi SejarahZhu Yinan berasal dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Gu Shangjun disisi lain adalah Jenderal yang dulu berada di pasukan yang sama dengan Zhu Yinan. Siapapun tahu bahwa keduanya tidak memiliki hubungan yang baik. Lantas atas dasar apa Gu Shangjun...